SOLOPOS.COM - Para narasumber menyampaikan materi pada Webinar Inklusi Keuangan dengan tema Cerdas Berinvestasi, Siapkan Kemandirian Finansial Sejak Dini, yang digelar Solopos Media Group (SMG), Selasa (31/10/2023).(Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SOLO — Hasil survei dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara nasional pada 2022 menyebutkan tingkat inklusi dan literasi keuangan di kalangan usia muda, masih lebih rendah dibandingkan kelompok usia di atasnya.

Namun saat ini jumlahnya terus meningkat, seiring program pendekatan yang dilakukan baik dari OJK maupun dari industri jasa keuangan untuk mendukung peningkatan literasi dan inklusi keuangan.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Hal tersebut menjadi pembahasan dalam Webinar Inklusi Keuangan dengan tema Cerdas Berinvestasi, Siapkan Kemandirian Finansial Sejak Dini, yang digelar Solopos Media Group (SMG), Selasa (31/10/2023).

Deputi Direktur Manajemen Strategi EPK dan Kemitraan Pemerintah Daerah OJK Regional III Jateng-DIY, Tias Retnani, menyampaikan berdasarkan hasil survei di 2022 menunjukkan tingkat literasi dan inklusi keuangan pada masyarakat di usia 15-17 tahun dan 18-25 tahun, lebih rendah dibandingkan kelompok usia di atasnya.

“Ini menjadi hal yang harus direspons dari kami di OJK bersama industri jasa keuangan,” kata dia, dalam acara yang disiarkan di Youtube Espos Live tersebut.

Meski begitu, jika dilihat secara umum, tingkat literasi dan inklusi keuangan tersebut sudah mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Untuk data literasi atau pemahaman pada usia 15-17 tahun, di 2016 sekitar 5,20%, kemudian di 2019 menjadi 15,92% dan di 2022 menjadi 43,28%. Untuk usia 18-25 tahun, di 2016 sekitar 32,10%, pada 2019 sekitar 44,04% dan di 2022 sekitar Rp49,03%.

Kemudian untung usia 26-35 tahun, pada 2016 sekitar 33,50%, di 2019 sekitar 47,98% dan pada 2022 sekitar 52,93%. Pada usia 36-50 tahun, pada 2016 sekitar 30,60%, pada 2019 sekitar 37,87% dan di 2022 sekitar 50,89%. Sedangkan pada usia di atas 50 tahun, pada 2016 sekitar 21,40%, di 2019 sekitar 26,13% dan di 2022 sekitar 46,27%.

Untuk tingkat inklusi, pada usia 15-17 pada 2016 sekitar 53,00%, di 2019 sekitar 58,28% dan di 2022 sekitar 69,30%. Pada usia 18-25 tahun di 2016 sekitar 70%, kemudian di 2019 sekitar 82,06% dan di 2022 sekitar 85,57%. Pada usia 26-35 tahun, di 2016 sekitar 68,40%, di 2019 sekitar 83,41% dan di 2022 sekitar 89,42%. Lalu untuk usia 36-50 tahun, pada 2016 sekitar 69,50%, pada 2019 sekitar 77,46% dan di 2022 sekitar 87,78%. Pada usia di atas 50 tahun, pada 2016 sekitar 63,70%, di 2019 sekitar 64,45% dan di 2022 sekitar 79,24%.

Secara detail, hasil survei belum mengarah pada faktor penyebab rendahnya tingkat literasi dan inklusi pada masyarakat kalangan usia muda. Namun dati analisis secara umum, hal itu juga berkaitan dengan usia yang nasih usia sekolah. Dimana pada usia sekolah, mereka masih bergantung pada orang tua.

“Analisis secara umum, mereka masih bergantung orang tua dan belum aware bahwa mereka harusnya sudah mulai mengenal produk keuangan,” lanjut dia.

Sejauh ini OJK telah melakukan berbagai upaya agar masyarakat, termasuk kalangan muda lebih memahami tentang produk-produk keuangan. Dia mengatakan OJK secara masif melakukan edukasi kepada masyarakat baik secara langsung atau secara virtual.

“Ini termasuk menyasar segmen anak muda. Data kami di Kantor OJK Regional 3, selama 2023 kami sudah melakukan 68 kegiatan menerima kunjungan dengan jumlah sekitar 15.000 orang lebih. Khusus untuk anak muda ada sekitar 41 kunjungan di antaranya dengan jumlah lebih dari 5.000,” jelas dia.

Sedangkan untuk kegiatan yang sifatnya aktif sudah berlangsung 26 kegiatan. Dia berharap melalui kegiatan tersebut anak-anak muda yang menerima edukasi bisa menjadi duta untuk menyebarkan pemahamannya kepada teman-temannya.
Mengenai edukasi yang diberikan kepada masyarakat juga disesuaikan dengan usianya. Dengan begitu materi edukasi yang diberikan kepada anak muda tidak akan sekompleks materi yang diberikan kepada masyarakat yang telah berkeluarga atau usia di atasnya.

Ada pula pemahaman mengenai sektor keuangan syariah, serta program edukasi lain yang disampaikan melalui website resmi OJK. Dimana materi edukasi bisa diakses secara mandiri. Termasuk adanya fasilitas kalkulator keuangan untuk memastikan kesehatan keuangan.

Kerja Sama

Di sisi lain dengan bekerja sama dengan industri jasa keuangan, juga melakukan beberapa program untuk mendukung generasi muda lebih mudah mengakses produk keuangan. Bukan hanya dalam bentuk tabungan di perbankan namun termasuk fasilitas anak-anak muda bisa menjadi investor di pasar modal, akses produk asuransi dan lainnya.

Ketua Forum Komunikasi Industri Jasa Keuangan (FKIJK) Solo, Djaka Nur Sahid, mengatakan sejauh ini FKIJK juga berupaya membantu memberikan literasi ke masyarakat khususnya anak muda. Salah satunya FKIJK melakukan perjanjian kerja sama dengan perguruan tinggi untuk mewujudkan kampus literasi berkelanjutan. Ada pula pembukaan insurance corner di kampus UIN Raden Mas Said.

Ada pula program podcast di Radio Solopos FM dengan melibatkan para narasumber milenial, talkshow dengan industri perbankan dan non perbankan. “Kami juga melakukan beberapa program seperti talkshow kolaborasi dengan OJK baik luring maupun daring,” kata dia.

Namun berbicara mengenai masih rendahnya tingkat literasi dan inklusi keuangan di kalangan anak muda tersebut, ada kabar menggembirakan dari dunia pasar modal. Sebab dengan akses yang lebih mudah yang bisa dilakukan secara online, serta harga saham yang kian terjangkau, menjadikan banyak kalangan anak muda yang melirik pasar modal.

Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Jateng 2, M. Wira Adibrata, mengatakan jumlah investor di Soloraya per September 2023 ada sekitar 231.000 investor. Dari jumlah itu, 60% adalah anak-anak muda.

“Rata-rata peningkatan jumlah investor di Soloraya, satu bulan bertambah 2.500 investor,” kata dia.

Bisa dikatakan, masa pandemi Covid-19 lalu menjadi momentum peningkatan secara drastis jumlah investor dari kalangan muda di Soloraya. Jumlah transaksi bulanan untuk pasar modal di Soloraya saat ini telah mencapai Rp2 triliun.
“Mungkin karena banyak di rumah dan sangat akrab dengan digital, membuat banyak waktu luang untuk explore pengetahuan, termasuk mengenai investasi saham,” jelas dia.

Meski begitu, upaya edukasi terus digencarkan BEI Jateng 2 saat ini. Bukan hanya menyasar kalangan pelajar dan mahasiswa, namun juga menyasar kalangan masyarakat umum, pendidik hingga Aparatur Sipil Negara.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya