Bisnis
Jumat, 15 Desember 2023 - 13:12 WIB

Tiongkok, Negara Tujuan Ekspor Nonmigas Terbesar RI pada November

Newswire  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi ekspor. (Freepik).

Solopos.com, JAKARTA–Tiongkok menjadi negara tujuan ekspor nonmigas terbesar Indonesia pada November 2023. Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor nonmigas November 2023 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$5,41 miliar.

“Disusul [ekspor ke] India US$2,01 miliar, dan Amerika Serikat US$1,94 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 45,16 persen,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, di Jakarta, Jumat (15/12/2023), seperti dilansir Antara.

Advertisement

Sebelumnya, pada periode Januari–November 2023, Tiongkok tetap merupakan negara tujuan ekspor yang memiliki peranan terbesar dengan nilai US$56,56 miliar atau 25,49 persen kontribusi terhadap total ekspor nonmigas Januari-November 2023. Komoditas utama yang diekspor ke Tiongkok pada periode tersebut adalah besi atau baja, lignit, dan batubara.

Sementara itu, dua negara tujuan ekspor nonmigas lainnya yang memiliki peran terbesar pada periode Januari–November 2023, yakni Amerika Serikat dengan nilai US$21,17 miliar atau 9,54 persen dan India US$18,45 miliar atau 8,31 persen.

Advertisement

Sementara itu, dua negara tujuan ekspor nonmigas lainnya yang memiliki peran terbesar pada periode Januari–November 2023, yakni Amerika Serikat dengan nilai US$21,17 miliar atau 9,54 persen dan India US$18,45 miliar atau 8,31 persen.

Sementara itu, ekspor nonmigas ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) pada November 2023 masing-masing tercatat sebesar US$3,78 miliar dan US$1,29 miliar. Pada periode Januari – November 2023, ekspor nonmigas ke kawasan ASEAN dan Uni Eropa pada periode tersebut kontribusinya masing-masing US$41,20 miliar atau 18,56 persen dan US$15,17 miliar atau 6,84 persen.

Menurut Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan, salah satu upaya peningkatan perdagangan yang dapat dijalankan dengan Tiongkok adalah mengatasi berbagai hambatan perdagangan. Selain itu, Indonesia dan Tiongkok juga dapat membuka lebih lebar akses pasar kedua negara.

Advertisement

Pada bagian lain, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Mohammad Faisal menyebut Indonesia masih perlu melakukan diversifikasi ekspor agar tidak bergantung pada negara mitra dagang utama seperti China.

“Kita perlu mewaspadai ketergantungan terhadap pasar Tiongkok menjadi semakin tinggi. Selama ini kita selalu suarakan pentingnya diversifikasi ekspor,” kata Faisal dalam CORE Economic Outlook 2024 di Jakarta, Selasa (12/12/2023).

Menurut Faisal, dalam jangka pendek atau sampai 5 tahun mendatang, ketergantungan terhadap pasar China dapat meningkatkan ekspor Indonesia ke China sebesar 1 persen setiap Produk Domestik China (PDB) naik 1 persen.

Advertisement

Dalam jangka panjang atau sampai 10 tahun mendatang, ekspor Indonesia ke China bisa tumbuh 37,6 persen setiap kenaikan 1 persen PDB China. Namun pada saat yang sama, penurunan ekonomi China juga berpotensi menurunkan ekspor Indonesia ke Negeri Tirai Bambu tersebut, yang pada akhirnya berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Faisal menyoroti dalam lima tahun terakhir, kecuali di 2020 saat pandemi Covid-19, ekspor Indonesia ke China rata-rata tumbuh 24 persen per tahun, sementara ekspor ke negara lain tumbuh 6,26 persen.

“Jadi memang ekspor ke China tumbuh cepat. Sisi plusnya, dari struktur, ada penambahan ekspor produk besi dan baja hasil hilirisasi ke China, salah satunya nikel,” kata Faisal. Ekspor nikel Indonesia ke China tumbuh lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang juga
mengekspor nikel seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam.

Advertisement

Selain ke China, ekspor Indonesia ke India tumbuh rata-rata sebesar 12,26 persen per tahun, ke negara-negara Asean tumbuh 5,36 persen, ke Jepang tumbuh 2,73 persen, ke Amerika Serikat tumbuh 2,65 persen, dan ke Eropa tumbuh 2,60 persen per tahun.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif