SOLOPOS.COM - Ilustrasi listrik PLN untuk menghidupkan mesin irigasi sawah. (Tangkapan layar Youtube Espos Indonesia)

Solopos.com, SOLO — Beralih ke peralatan berbasis listrik mampu meningkatkan efisiensi dan menambah produktivitas. Selain lebih hemat, peralatan listrik juga dipastikan standar keamanannya.

Hal ini diungkapkan oleh Manager Business Retail PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero), Megantara Vilanda, dalam Webinar bertajuk Membaca Arah Pengembangan Elektrifikasi dan Tren Teknologi 2024 yang digelar Solopos Media Group dan disiarkan melalui channel Youtube Espos Live, Selasa (5/2/2024).

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Megantara menguraikan banyak bukti ketika menggunakan peralatan listrik mampu meningkatkan efisiensi. Misalnya di sektor pertanian, salah satu petani tebu di Sumatra Barat dulunya harus membeli Rp350.000 bahan bakar minyak (BBM) untuk diesel setiap hari untuk menggiling satu ton tebu.

Untuk menggiling jumlah yang sama, dengan peralatan berbasis listrik biaya yang harus dikeluarkan untuk energi hanya Rp90.000 per hari.

“Artinya efisiensinya mencapai lebih dari 75%. Kemudian seorang petani di Wonogiri untuk kebutuhan irigasi yang membeli BBM Rp170.000 sehari dengan genset. Tetapi dengan mesin irigasi listrik hanya butuh Rp55.000 per hari. Artinya efisiensinya 67%,” kata Megantara.

Menurut Megantara, dengan konversi peralatan yang sebelumnya berbasisi BBM menjadi listrik, pastinya meningkatkan efisiensi atau lebih hemat. Hal ini juga didukung dengan bertambahnya perkembangan teknologi yang akan menghadirkan peralatan hemat energi yang juga mengurangi emisi karbon.

Megantara mengklaim sisi keamanan juga sangat perhatian dalam proses elektrifikasi. Seluruh peralatan listrik di masyarakat harus dilakukan uji standar nasional indonesia (SNI) sebelum sampai ke tangan konsumen.

Selain itu, pihaknya memastikan untuk instalasi listrik di rumah harus memiliki sertifikasi layak operasi (SLO). Dengan adanya sertifikasi tersebut, instalasi listrik dijamin aman untuk digunakan.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Konversi Energi Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Gigih Udi Atmo, menyebut beberapa tantangan dalam mengadopsi teknologi ramah lingkungan, salah satunya elektrifikasi.

Menurutnya ada beberapa hal yang harus dilakukan agar transisi energi bisa dilakukan secara optimal di masyarakat. Tantangan perubahan iklim menurut Gigih merupakan tantangan yang harus dihadapi bersama.

“Jadi setiap masyarakat harus berkontribusi. Dan kontribusi itu bisa dilakukan mulai setiap individu dari sekarang. Bicara listrik, paling mudah mematikan listrik yang tidak diperlukan,” kata Gigih.

Oleh sebab itu, elektrifikasi bisa didukung dengan menggunakan peralatan listrik sesuai kebutuhan masing-masing dan mampu meningkatkan produktivitas.

Dengan melakukan transisi energi, maka hal ini bisa membantu pemerintah dalam komitmen Indonesia di Paris Agreement dalam mengurangi dampak perubahan ikilm.

Lebih lanjut dia menjelaskan, dalam proses transisi energi harus dilakukan secara nyaman dan sesuai standar. Terakhir, penyediaan infrastruktur yang berkaitan dengan kendaraan listrik.

Dalam ekosistem kendaraan listrik mensyaratkan pasokan listrik yang cukup dan charging station atau stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang memadai. Dengan dukungan PLN, saat ini terdapat lebih dari 1.100 unit SPKLU di seluruh Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya