SOLOPOS.COM - Beragam menu makanan yang biasa disajikan warung makanan di Alun-alun Utara Solo.(Ilustrasi/Adhelia Kusumawardhani)

Solopos.com, SOLO —Solo selalu memikat wisatawan, khususnya domestik, untuk datang. Salah satu daya tariknya adalah kuliner. Namun, Solo dinilai masih perlu menyelesaikan sejumlah pekerjaan rumah (PR) jika ingin bisa diterima secara global. Diketahui Solo direncanakan akan diusulkan menjadi City of Gastronomy kepada UN Tourism.

Diketahui Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno berencana mengusulkan Kota Solo sebagai City of Gastronomy kepada UN Tourism. Hal yang menjadi alasan yakni karena Solo memiliki kuliner yang beragam dengan sejarah yang kuat.

Promosi Tingkatkan Konektivitas Data Center, Telin dan SingTel Kembangkan SKKL

Potensi wisata kuliner di Solo sejauh ini disebut cukup kuat. Dari kalangan pelaku usaha perjalanan wisata juga menyebutkan jika banyak tamu yang menginginkan datang lagi ke Solo, karena alasan kuliner. Namun itu lebih pada tamu-tamu wisatawan domestik atau dalam negeri.

“Untuk tamu domestik yang datang ke Solo, mereke repeater karena kuliner. Namun kalau tamu dunia, tetap harus dilihat dulu marketnya memenuhi tidak dengan pola kuliner di Solo. Untuk tamu Eropa mungkin masih agak cocok lidahnya, Belanda juga. Namun tidak semua lidah wisman [wisatawan mancanegara] itu bisa cocok dengan cita rasa kuliner di Solo,” kata Ketua Asita Solo, Mirza Ananda, Senin (3/6/2024).

Dia menyebutkan, untuk saat ini daerah tujuan wisata yang sudah cukup lengkap berkaitan dengan ragam kuliner tersebut adalah Bali. Menurutnya kelengkapan ragam kuliner tersebut perlu untuk menju menjadi kota gastronomi secara global. Sebab menurutnya dengan ditetapkannya sebagai kota gastronomi, harus bisa memenuhi kebutuhan pengunjungnya.

“Kita tahu, beda negara, beda rasa. Kalau di Bali, saat ini sudah cukup lengkap, vegetarian sudah lengkap, vegan lengkap, Timur Tengah ada, western apa lagi. Namun kalau yang asli Bali, itu memang juga tidak bisa dicampur untuk semua market internasional,” kata dia.

Sedangkan jika melihat Solo saat ini, menurutnya sudah kuat untuk kebutuhan tamu dalam negeri. Namun untuk memenuhi kebutuhan tamu internasional harus ada peningkatan lebih banyak.

Menurutnya untuk menjadi kota kuliner atau kota gastronomi, bukan sekedar memperhatikan ragam kulinernya. Banyak faktor yang harus dipastikan siap. Misalnya saja tentang keberadaan lokasi yang representatif untuk menjamu tamu dari daerah lain atau negara lain. Menurutnya, ketika Solo nantinya menjadi kota gastronomi, tentunya sudah siap menerima tamu apapun risikonya.

Hal ini tampaknya juga masih perlu diperhatikan untuk Solo. Misalnya kebutuhan tempat makan yang bisa menampung tamu yang jumlahnya cukup banyak. Belum lagi ketika ada permintaan dadakan. Selain itu kebutuhan lahan parkir juga menjadi hal yang penting. Tidak banyak tempat makan yang memiliki lahan parkir yang memadahi untuk bus, terlebih di tengah Kota Solo.

“Saya pernah bawa tamu 450 pax, saya cari rumah makan kesusahan. Ada juga anggota kami yang bawa tamu 600 tamu, bingung dibawa kemana untuk makan. Biasanya solusinya ya dipecah-pecah. Mungkin beberapa seperti restoran Diamond, tempatnya besar. Tapi kan tidak bisa juga setiap kali makan di situ,” lanjut dia.

Kendala lain yang dihadapi ketika membawa tamu ke Solo adalah mengenai anggaran makan yang dinilai cukup besar dibandingkan daerah lain seperti Jogja atau Bali.

“Ketika dibandingkan budget makan Rp70.000, di Jogja itu sudah all you can eat, itu sudah di resto proper, sudah dapat banyak lauk. Kru [bus] pun kita sudah tidak mikir, artinya mereka dari tempat makan sudah menyiapkan buat kru. Di Solo dengan budget yang sama mungkin dapatnya beberapa lauk saja, maksudnya itu di tempat yang proper,” jelas dia.

Bahkan menurutnya, di Bali, dengan anggaran makan sekitar Rp25.000 sudah bisa menjamu tamu dengan menu yang lengkap.

Diberitakan sebelumnya saat memberikan sambutan acara penutupan Solo Great Sale (SGS) 2024 di halaman Balaikota Solo, Minggu (2/6/2024), Menparekraf, menyebut dirinya akan mengusulkan Kota Solo sebagai City of Gastronomy kepada UN Tourism. Dikatakan, saat ini hanya Bali yang memiliki penghargaan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya