Bisnis
Jumat, 9 Februari 2024 - 16:26 WIB

Proyeksi LPEM UI : Pertumbuhan Ekonomi RI Tahun 2024 Capai 5%

Anitana Widya Puspa  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (Freepik.com)

Solopos.com, JAKARTA–Hajatan akbar pemilihan umum (Pemilu) 2024 yang meningkatkan konsumsi dan belanja masyarakat diprediksi dapat mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia tahun ini di angka 5%.

Menurut ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky, memasuki 2024, risiko global yang lebih tinggi melalui harga komoditas, kenaikan biaya logistik, dan melemahnya permintaan global dan pertumbuhan ekonomi mitra dagang dapat menimbulkan beberapa risiko pertumbuhan bagi Indonesia.

Advertisement

Sementara itu, perekonomian Indonesia dapat tumbuh didukung oleh konsumsi dan belanja terkait pemilihan umum atau pemilu 2024.

Bank Indonesia, sebutnya, juga diperkirakan memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga, sehingga berpotensi meningkatkan aktivitas perekonomian lebih lanjut.

Advertisement

Bank Indonesia, sebutnya, juga diperkirakan memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga, sehingga berpotensi meningkatkan aktivitas perekonomian lebih lanjut.

“Oleh karena itu, kami mempertahankan pandangan kami sebelumnya bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 5,0% secara tahunan pada 2024,” ujarnya dalam paparan tertulis yang dikutip bisnis.com, Jumat (9/2/2024).

Teuku Riefky menyebut di sisi lain, risiko global masih ada dan mungkin meningkat pada 2024. Dalam hal risiko geopolitik, lanjutnya, konflik di Timur Tengah dapat meningkat lebih jauh ke wilayah yang lebih luas yang mencakup beberapa negara eksportir minyak dan gas terbesar di dunia.

Advertisement

Dikatakan olehnya, risiko geopolitik ini dapat mempunyai implikasi serius terhadap pengelolaan inflasi domestik melalui inflasi impor.

Selain itu, melemahnya pertumbuhan Tiongkok memberikan tekanan tambahan pada berkurangnya surplus perdagangan Indonesia karena Tiongkok merupakan mitra dagang utama Indonesia, baik dari sisi ekspor maupun impor.

Tanpa melakukan diversifikasi perdagangan luar negeri secara signifikan, pertumbuhan Indonesia mungkin akan terkena dampak negatif dari lemahnya pertumbuhan Tiongkok.

Advertisement

Di sisi lain, potensi penurunan suku bunga The Fed dapat memicu apresiasi Rupiah dan mengurangi tekanan inflasi impor. Hal ini juga akan memberikan ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga tanpa mengancam upayanya dalam mencapai target inflasi.

Selain itu, menurutnya, Indonesia sangat membutuhkan sumber pertumbuhan baru. Hal ini terlihat dari kinerja pertumbuhan ekonomi yang sangat bergantung pada siklus bisnis dan harga komoditas.

Menyusul pelemahan harga komoditas dan berlalunya musim liburan pada kuartal sebelumnya, PDB Indonesia hanya tumbuh sebesar 4,94% (y-o-y) pada kuartal III/2023 dan tercatat sebagai pertumbuhan triwulanan terendah sejak kuartal IV/2026. Data tersebut dengan mengesampingkan periode Covid-19 pada 2020 dan 2021.

Advertisement

Selain itu, Indonesia mempunyai cita-cita untuk menjadi negara maju yang masyarakatnya berpendapatan tinggi pada 2045. Hal ini memerlukan pertumbuhan ekonomi yang jauh melampaui tingkat saat ini.

Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan reindustrialisasi dan peningkatan produktivitas yang signifikan. Namun, proses reindustrialisasi dan peningkatan produktivitas merupakan proses jangka menengah dan panjang karena sifat strukturalnya dalam perekonomian.

Oleh karena itu, kata dia, reformasi struktural perlu terus dilakukan dan tetap menjadi prioritas bagi pembuat kebijakan. Pemilihan umum mendatang akan menghasilkan pemerintahan baru dan pemerintahan berikutnya tidak boleh kehilangan fokus pada isu produktivitas dan reindustrialisasi.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul LPEM UI: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini Masih Optimistis 5%.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif