SOLOPOS.COM - Ilustrasi pinjaman online (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Bhimo Rizky Samudro, menyebut beberapa risiko yang perlu dipertimbangkan dalam skema pinjaman pendidikan.

Seperti diketahui, layanan pembiayaan berbasis teknologi atau pinjaman online (pinjol) yang terlibat dalam menyediakan fasilitas pinjaman pendidikan dinilai berisiko tinggi.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Baru-baru ini, ramai diperbincangkan kerja sama perusahaan financial technologi (fintech) PT Inclusive Finance Group (Danacita) sebagai layanan pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Menanggapi hal tersebut, Bhimo menilai urgensi pinjaman pendidikan ini bisa disebabkan mahasiswa atau generasi muda yang berusaha mendapatkan pinjaman dengan akses cepat dengan dana yang proporsional.

Oleh sebab itu, mahasiswa merasa dimudahkan dalam membayar biaya kuliah. Namun ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan. Misalnya skema yang ditawarkan dalam mengakses pinjaman pendidikan tersebut.

“Nah, saya melihat begini kalau pinjaman pendidikan memang ini resmi dan formal dari pihak apa namanya kampus dan terstruktur dengan pihak kampus artinya ada garansi ada penjamin. Saya pikir tidak akan menjadi masalah karena kampus lah yang memberikan jaminan gitu untuk pinjaman meskipun online. Yang penting kampus sebagai pihak yang bertanggung jawab,” terang Bhimo saat dihubungi Solopos.com, pada Senin (5/2/2024).

Lebih lanjut Bhimo menyebut terlaksananya pendidikan di proses perguruan tinggi itu memang berat. Perguruan tinggi wajib menjamin akses mahasiswa terhadap pinjaman pendidikan.

“Kemudian risiko apa yang timbul jika pinjol ini kalau tidak ada garansinya, tidak dapat menjaminnya secara terstruktur, tidak resmi,” kata dia.

Ketika tidak ada jaminan tersebut, maka ada berisiko besar, misalnya terjerat pinjol. Menurut Bhimo, perlu ada jaminan dari kampus untuk memperkecil risiko tersebut.

“Karena memang benar yang dikatakan bahwa anak muda atau mahasiswa itu rentan terhadap pinjol zaman online ini. Memang rentan sekali karena tidak ada tidak ada garansinya tidak ada tidak ada pelindungnya tidak ada tidak ada skema yang terstruktur untuk itu,” tegas Bhimo. 

Sementara itu, pengamat pendidikan, Edi Subkhan, menilai pinjaman pendidikan berisiko tinggi sehingga cenderung negatif dan bukan menjadi alternatif solusi biaya kuliah yang mahal.

Dosen Progam Studi Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang (Unnes)  ini menyebut pinjaman pendidikan berpotensi membebani mahasiswa. Dia mencontohkan kasus gagal bayar student loan di Amerika Serikat.

“Risikonya terlalu tinggi, jadi cenderung negatif, yang kena beban pasti mahasiswa. Kasus serupa, gagal bayar, dan lain-lain di Amerika terkait student loan jadi beban berat,” terang Edi saat dihubungi Solopos.com, Minggu (4/2/2024).

Dia menguraikan risiko beban mahasiswa yang tinggi adalah pembayaran saat kuliah atau setelah kuliah. Edi juga mempertanyakan kontrol kampus dan pihak penyedia pinjol dalam pembayaran cicilan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya