SOLOPOS.COM - Ilustrasi digital marketing. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Keberadaan platform digital mestinya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pengelola brand untuk lebih dekat dengan konsumen atau masyarakat. Di media sosial, brand juga harus mampu menjadi seperti manusia yang bisa berinteraksi secara baik dengan konsumen.

Dosen Manajemen Marketing STIE Surakarta yang juga DLB di Unair, Ginanjar Rahmawan, mengatakan secara umum, branding merupakan upaya perusahaan untuk mengelola produk dan jasanya agar berbeda dengan kompetitor. Menurutnya pengusaha selalu berusaha agar konsumen bisa membedakan produknya dengan produk kompetitor.

Promosi Telkomsel IndiHome dan Cooltura Gelar Festival Musik dan Budaya di 6 Kota

Upaya tersebut bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama dapat dilakukan dengan membuat points of parity, atau memetakan keunggulan produknya dibanding dengan produk kompetitor. Kedua adalah dengan memanfaatkan points of different, untuk menjadikan produknya berbeda dengan produk kompetitor.

“Pelaku usaha harus mulai  menemukan apa yang menjadi ciri mereka dan ciri itu menjadi nilai yang tidak bisa disaingi oleh perusahaan lain,” kata dia, Rabu (19/6/2024).

Dia pun mencontohkan, ketika ada perusahaan yang bisa membuat produk yang bagus tapi harga yang lebih terjangkau. Hal itu tentu akan menjadi poin tersendiri yang kemungkinan sulit disaingi kompetitor. Atau ketika perusahaan memiliki keunikan, misalnya restoran yang memiliki tempatnya dengan pemandangan bagus dan berbeda dengan yang lain. Maka hal itu akan menjadi keunikan tersendiri yang sulit untuk disamai kompetitor.

Dalam mengelola brand, pelaku bisnis memang dituntut untuk bisa menemukan nilai yang bisa menjadi keunggulan brand mereka. Nilai tersebut juga dapat dilihat dari kedekatannya dengan konsumen. Terlebih di era digital saat ini. Dimana brand bisa lebih mudah dijangkau semua orang dan bisa menjangkau semua orang.

Menurutnya jangan menjadi brand yang hanya memiliki komunikasi satu arah. Misalnya saja ketika di ranah sosial media, maka ketika ada orang yang menyapa atau komplain atau bertanya, maka brand harus memiliki personality.

“Brand itu juga harus seperti manusia, misalkan ketika di sosial media, ya brand itu harus menyapa, mau engage dengan konsumen, harus fast response,” jelas dia.

Dengan adanya sosial media mestinya bisa menjadi sarana yang baik untuk dimanfaatkan brand guna terkoneksi langsung ke konsumen. Ketika brand sudah bisa dekat dengan konsumen dan bisa menjalankan komunikasi yang baik di media sosial, memiliki respons yang cepat untuk setiap pertanyaan, akan sangat membantu perusahaan dalam memposisikan kehadirannya di masyarakat.

Namun berkaitan dengan keterbukaan informasi di ranah digital, brand juga harus siaga ketika ada komplain atau komentar negatif dan lainnya.

“Brand jangan gegabah untuk menangkis, namun harus bisa menggunakan manajemen konfik dengan baik. Bahkan ketika ada review jelek, diharapkan bisa mengelolanya dengan baik,” lanjut dia.

Marketing Tools

Dia mencontohkan adanya pelaku bisnis di bidang fashion, yang mendapat komplain karena bahan produknya dinilai oleh pihak tertentu tidak sesuai dengan deskripsi. Namun pengelola brand bisa memanfaatkan hal itu dengan baik. Misalnya justru menjadikan persoalan itu sebagai konten untuk membuktikan jika bahan produknya benar-benar dari bahan yang sesuai diskripsi. Itu juga bisa menjadi sarana untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang jenis bahan.

“Jadi ketika pengelola brand bisa mengelola, justru bisa dijadikan marketing tools lagi,” kata dia.

Diketahui Best Brand and Innovation (SBBI) Awards tahun ini hadir dengan metode riset baru, yakni berbasis digital. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi digunakannya metode tersebut.

Koordinator Tim Riset Solopos Institute, Syifaul Arifin, mengatakan desain riset terus dikembangkan sehingga relevan dengan perkembangan dan dinamika pasar. Riset SBBI berbasis digital melihat bagaimana kekuatan brand di dunia digital. Dari metode tersebut, ekosistem yang diukur adalah media sosial (medsos) dan media online.

“Kenapa hal itu penting? Menurut survei We Are Social pada Januari 2024, dari 278,7 juta penduduk Indonesia, yang menggunakan Internet sebanyak 185,3 juta [66,5%] dan yang memanfaatkan medsos 139 juta orang atau 49%,” kata dia.

Untuk itu, kekuatan brand di dunia digital dinilai sangat penting. Data tersebut juga menunjukkan potensi pasar yang besar. Dengan standar yang ada, hasil riset SBBI diharapkan bisa menjadi barometer pasar di Solo dan sekitarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya