SOLOPOS.COM - Ilustrasi minyak atsiri (Instagram/@grija_za_stavite_i_muskulite)

Solopos.com, SOLO — Potensi bisnis rempah-rempah Indonesia masih sangat besar, terutama tingginya permintaan ekspor minyak atsiri. 

Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum DPP Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Benny Soetrisno dalam keterangan tertulis yang diterima Solopos.com, Minggu (22/10/2023).

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Dia mengatakan berdasarkan data tahun 2021, Indonesia memiliki 189 eksportir minyak atsiri yang tersebar di seluruh provinsi. Sedangkan total nilai ekspor mencapai US$248,5 juta. 

Lebih lanjut provinsi Jawa Barat menjadi penyumbang ekspor minyak atsiri terbesar dengan nilai sebesar USD91,9 juta. Nilai itu setara dengan 36,9% total ekspor minyak atsiri Indonesia.

Data dari International Trade Center menunjukkan bahwa ekspor minyak atsiri mencapai US$5,85 miliar pada tahun 2021. Selama periode lima tahun terakhir (2017-2021), rata-rata pertumbuhan ekspor minyak atsiri global adalah sekitar 1,49% per tahun.

Melansir kemlu.go.id, setiap tahun permintaan minyak atsiri dari konsumen di Eropa terus meningkat. Di Eropa, sebagian besar minyak atsiri digunakan oleh industri makanan, termasuk makanan beku, produk susu olahan, roti, makanan manis, daging, camilan, dan minuman. 

Selain digunakan dalam produk makanan, minyak atsiri di Eropa juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan parfum, produk kosmetik untuk perawatan kulit, rambut, kecantikan, serta perlengkapan mandi, dan lainnya.

Penggunaan terbesar minyak atsiri di Eropa adalah untuk perlengkapan mandi, perawatan kulit, dan rambut, masing-masing sebesar 25%, diikuti oleh penggunaan dalam pembuatan parfum dan produk kecantikan, masing-masing sebesar 15% dan 10%. Selain itu, minyak atsiri juga bisa digunakan untuk aromaterapi.

Bahkan, pertumbuhan pasar aromaterapi di Eropa diperkirakan terus berlanjut dengan perkiraan nilai perdagangan mencapai US$2,7 miliar pada tahun 2024 dan mengalami peningkatan tahunan sekitar 9,5%.

Wakil Ketua Umum III Bidang Manufaktur, Pertambangan, Kehutanan dan Investasi DPP GPEI, Abdul Sobur melihat kebermanfaatannya dan antusiasme masyarakat global untuk menjaga kesehatan diharapkan menjadi momentum bagi eksportir.

“Devisa yang dihasilkan dari ekspor produk berupa rempah-rempah, herbal, dan hasil bumi Indonesia ke mancanegara nilainya sangat signifikan untuk berkontribusi kepada APBN,” kata dia.

Abdul mengatakan produksi rempah-rempah Indonesia masih menempati peringkat ke-4 secara global, setelah India, Tiongkok, dan Nigeria. Sementara untuk kinerja ekspor, Indonesia masih berada di peringkat 10 besar, setelah Tiongkok, India, Belanda, dan Jerman.

Guna meningkatkan potensi tersebut GPEI berpartisipasi dalam Pameran Trade Expo Indonesia (TEI) 2023 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Rabu-Minggu (18-22/10/2023).

“Dengan memamerkan produk berupa rempah, herbal dan hasil bumi,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya