Bisnis
Senin, 22 Januari 2024 - 17:19 WIB

Kisah Kesuksesan Achebong, Mulai Hobi Kini Jadi Bisnis Menjanjikan

Bayu Jatmiko Adi  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seniman kolase yang juga pemilik Achebong, Andini Cahyaning Putri, di sela kegiatan workshop pembuatan buku dengan kain perca di Lokananta, Sabtu (20/1/2024). (Solopos.com/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SOLO — Tidak ada salahnya menekuni hobi, sebab nyatanya beberapa orang mampu menjadikan hobi itu menjadi ladang bisnis yang menghasilkan keuntungan.

Salah satu yang memanfaatkan hobi sebagai ladang bisnis yakni Andini Cahyaning Putri, atau yang akrab disapa Ache. Dia mengembangkan adalah pemilik bisnis bikin kaver buku dari bahan perca dengan bran Achebong.

Advertisement

Wanita kelahiran 1991 itu sangat suka membuat kolase dari benda-benda dua dimensi. Mulai dari kertas sisa buku, majalah bekas, kain dan lainnya.

Barang-barang bekas itu dia gunting sedemikian rupa kemudian disusun lagi menjadi kolase. Dengan memanfaatkan barang-barang bekas itu, bukan hanya karya namun juga bisa mengurangi sampah yang ada di sekitarnya.

Advertisement

Barang-barang bekas itu dia gunting sedemikian rupa kemudian disusun lagi menjadi kolase. Dengan memanfaatkan barang-barang bekas itu, bukan hanya karya namun juga bisa mengurangi sampah yang ada di sekitarnya.

Dia menceritakan kegemarannya membuat kolase itu awalnya tidak spesifik dari barang bekas. Ache mulai menyenangi kegiatannya itu sejak masuk di perkuliahan.

Pada 2009 lalu dia masuk di Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Sebelas Maret (UNS).

Advertisement

Dia mengaku sayang untuk membiarkan barang-barang untuk dibuang begitu saja. Apalagi jika tahu masih bisa dimanfaatkan.

Akhirnya dia juga mencoba memanfaatkan barang-barang bekas seperti buku bekas, majalah bekas, hingga tugas kuliah yang sudah tidak terpakai itu untuk dibuat kolase.

“Majalah-majalah yang sudah lama, yang bila dibaca juga sudah tidak relate, masih bisa dipakai [untuk kolase]. Bisa mempercantik,” lanjut seniman kolase itu.

Advertisement

Kini, bukan hanya kolase yang sifatnya hanya untuk hiasan.

Mulai 2014 lalu dia juga mulai membuat buku tulis atau notebook dari bahan-bahan yang sama. Ide itu muncul karena kebiasannya menulis. Dia ingin tulisan-tulisan itu dilakukan pada media atau buku yang tidak biasa. Akhirnya Ache juga membuat buku tulis dengan kolase.

Tidak menyangka produk tersebut ternyata juga menarik minat orang lain. Hingga pada 2015, Ache menyadari jika hobinya membuat kolase itu bisa mendatangkan uang.

Advertisement

Selain menjual secara online, karya-karyanya dengan brand Achebong itu juga mulai dijual secara offline di beberapa store di luar daerah.

“Memang untuk [pasar] Solo sekarang ini masih susah. Namun akhirnya saya juga belajar dimana market yang sesuai. Jadi memang pasar selama ini bukan di Solo. Awalnya justru di Jogja, kemudian Bali, Jakarta, Bandung, Depok dan di Semarang juga ada. Ketemu marketnya di situ,” kata warga Ngemplak, Boyolali itu.

Pemasaran dilakukan dengan model menitipkan barang di toko. Dia mengatakan ada beberapa concept store maupun semacam creative space di beberapa daerah tersebut yang telah menjual produknya.

Mulai dari produk note book, merchandise kolase seperti gantungan kunci, striker, dan lainnya. Produk note book dijual dengan harga mulai Rp55.000 hingga Rp250.000.

Mengenai harga termahal, Ache menggunakan cover kain yang di sisi depannya ditambahkan gambar atau lukisan manual. Dia mengatakan sejauh ini dari sisi penjualan cukup bagus. Setiap bulannya ada laporan keluar masuk barang yang terus dia kelola.

“Jadi setiap bulannya saya menerima laporan tentang barang apa saja yang sudah kosong, kemudian saya kirim lagi. Saat ini notebook ada empat jenis. Kalau dibilang keteteran atau tidak [dalam produksi], saat ini keteteran banget,” lanjut dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif