SOLOPOS.COM - Ilustrasi investor memantau pergerakan saham di pasar modal. (freepik)

Solopos.com, SOLO — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kinerja pasar saham Indonesia sampai dengan 16 Februari 2024 masih menguat di tengah perlambatan ekonomi global.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 0,86% year to date (ytd) ke level 7.335,55, serta membukukan net buy sebesar Rp20,05 triliun ytd.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Berdasarkan siaran pers OJK yang diterima Solopos.com, Jumat (23/2/2024), pada 5 Januari 2024 IHSG menyentuh all time high di level 7.403,08. Beberapa sektor di IHSG pada Februari 2024 hingga periode yang sama masih menguat di antaranya sektor kesehatan dan sektor konsumsi primer.

Dari sisi pertumbuhan, nilai kapitalisasi pasar saham tercatat Rp11.603 triliun atau secara ytd turun tipis sebesar 0,61%. Pada 4 Januari 2024, nilai kapitalisasi pasar menyentuh all time high kapitalisasi pasar sebesar Rp11.810 triliun.

Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham tercatat Rp10,66 triliun ytd. Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi atau Indonesia Composite Bond Index (ICBI) menguat 0,60% ytd ke level 376,87.

Secara ytd hingga 13 Februari 2024, yield surat berharga negara (SBN) naik rata-rata sebesar 4,73 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp3,30 triliun ytd. Untuk pasar obligasi korporasi, investor non-resident juga tercatat net sell sebesar Rp1,59 triliun ytd.

“Di industri pengelolaan investasi, nilai asset under management [AUM] pengelolaan investasi per 15 Februari 2024 tercatat sebesar Rp800,30 triliun [turun 2,96% ytd], dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp477,28 triliun atau turun 4,82% dan tercatat net redemption sebesar Rp5,29 triliun,” demikian tertulis dalam rilis tersebut.

Antusiasme penghimpunan dana di pasar modal juga masih terlihat, tercatat nilai penawaran umum sebesar Rp12,34 triliun dengan emiten baru tercatat sebanyak 11 emiten.

Sementara itu, masih terdapat 86 pipeline penawaran umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp50,02 triliun yang diantaranya merupakan rencana initial public offering (IPO) oleh emiten baru sebanyak 59 perusahaan.

Untuk penggalangan dana pada securities crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi usaha kecil dan menengah (UKM) sejak pemberlakuan ketentuan SCF telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 509 penerbit, 169.851 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp1,07 triliun.

Pada bursa karbon, sejak diluncurkan pada tanggal 26 September 2023 tercatat 48 pengguna jasa yang mendapatkan izin dengan total volume sebesar 501.910 tCO2e dan akumulasi nilai sebesar Rp31,36 miliar, dengan perincian 31,39% di pasar reguler, 9,69% di pasar negosiasi dan 58,92% di pasar lelang.

Ke depan, potensi bursa karbon masih sangat besar mempertimbangkan terdapat 3.418 pendaftar yang tercatat di sistem registri nasional pengendalian perubahan iklim (SRN PPI) dan tingginya potensi unit karbon yang ditawarkan.

Dalam rangka penegakan hukum di bidang pasar modal, selama 2024, yaitu sampai dengan 13 Februari 2024, OJK telah mengenakan sanksi administratif berupa denda kepada satu manajer investasi, satu perusahaan efek, tiga bank kustodian, dan 11 orang perorangan. Serta enam perintah tertulis, pembekuan izin satu orang perseorangan, dan percabutan izin satu orang perseorangan.

Mendekati Target Inflasi

OJK juga telah mengenakan sanksi administratif berupa denda atas keterlambatan kepada 119 pelaku jasa keuangan di pasar modal dan 23 peringatan tertulis atas keterlambatan penyampaian laporan.

Lebih lanjut, OJK menilai saat ini ketidakpastian perekonomian global mulai menurun, namun masih terjadi divergensi pemulihan antarnegara.

Indikator perekonomian menunjukkan pertumbuhan ekonomi termoderasi di beberapa negara, khususnya di negara Uni Eropa dan Tiongkok. Perlambatan pertumbuhan ekonomi mendorong inflasi turun mendekati target inflasi sehingga memberikan ruang bagi bank sentral untuk lebih akomodatif.

Di Amerika Serikat (AS), The Fed mengisyaratkan akan menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 75 bps di 2024 dengan pasar menilai ekonomi AS masih cukup resilient dan diperkirakan tidak akan mengalami resesi.

Namun, pasar masih mencermati perkembangan geopolitik ke depan, seperti eskalasi ketegangan di laut merah imbas dari konflik Timur Tengah, serta penyelenggaraan pemilihan umum sepanjang tahun 2024 yang mencakup 50% populasi dunia terutama di beberapa negara utama seperti AS, Uni Eropa, India, dan Taiwan serta pemulihan ekonomi Tiongkok.

Secara umum sentimen di pasar keuangan global cenderung positif sejak Desember 2023 didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga fed funds rate (FFR) dan perkiraan soft landing di AS. Hal ini mendorong kembalinya aliran dana masuk ke emerging markets (EM) dan menjadi penopang penguatan pasar keuangan global, termasuk pasar keuangan Indonesia.

Volatilitas baik di pasar saham, surat utang, maupun nilai tukar juga terpantau menurun. Di domestik, leading indicators perekonomian nasional masih cukup positif, di antaranya ditunjukkan oleh neraca perdagangan yang masih surplus dan PMI Manufaktur yang masih ekspansif.

Tingkat inflasi juga terjaga rendah pada 2023 di level 2,61% year on year (yoy). Namun, masih perlu dicermati perkembangan permintaan domestik ke depan seiring masih berlanjutnya penurunan inflasi inti, penurunan optimisme konsumen, serta melandainya pertumbuhan penjualan ritel dan kendaraan bermotor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya