SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras. (Freepik)

Solopos.com, SOLO-Kenaikan harga komoditas pangan yang terjadi di wilayah Soloraya sejak beberapa waktu terakhir perlu mendapat perhatian semua pihak. Sebab kondisi tersebut cukup berpotensi untuk menyumbang kenaikan inflasi daerah.

Analis Data dan Statistik Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo, Hafidh Amrullah, mengatakan berdasarkan hasil pemantauan harga terakhir di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), hampir semua komoditas pangan mengalami kenaikan harga. Bahkan menurutnya kenaikan harga itu telah mencapai di atas rentang sasaran inflasi.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

“Untuk 2024 ini secara nasional target inflasi ditetapkan di range 2,5% +- 1. Jika harga sudah melewati 3,5%, artinya harus sudah mulai kita waspadai bersama. Sampai dengan kemarin, komoditas yang kami pantau di PIHPS menunjukkan kenaikan harga yang sudah melebihi tersebut, sehingga memang isu terkait harga komoditas pangan menjelang puasa dan Lebaran sudah sepantasnya menjadi fokus bersama,” kata dalam Webinar Sapa BUMN: ID Food, Bulog, dan Stabilitas Harga Pangan Jelang Ramadan yang digelar Solopos Media Group,  Selasa (27/2/2024).

Terkait pemantauan inflasi di suatu daerah, Bank Indonesia bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan menyusun langkah-langkah intervensi. Dimana langkah yang diambil, biasa dikenal dengan strategi 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi dan Komunikasi efektif). Implementasi 4K tersebut juga bisa bermacam-macam tergantung kondisi di masing-masing daerah.

“Dari sini biasanya TPID bersama kami akan menyusun langkah strategis, misalnya apakah akan dilakukan kegiatan strategis seperti operasi pasar atau pasar murah, pemantauan stok dan sebagainya,” jelas dia.

Sementara sejak 2022, lanjut dia, strategi 4K tersebut telah dipertajam secara implementasi melalui gerakan pengendalian inflasi pangan, yang secara khusus mempertajam pengendalian inflasi pada komoditas pangan. Dimana hal itu juga akan dilanjutkan di tahun ini.

“Kalau kita bedah dari jenis komoditas, memang inflasi tidak hanya dari komoditas pangan, ada juga inflasi yang bersumber dari komoditas non pangan. Namun mungkin kalau bicara kondisi di daerah, sejauh ini komoditas pangan masih jauh mendominasi terkait andilnya dalam mendorong inflasi,” kata dia.

Dia mencontohkan pada 2023, dalam satu tahun setidaknya harga komoditas pangan yaitu beras muncul sebanyak lima kali sebagai lima besar komoditas pendorong inflasi di Kota Solo. Selain beras, komoditas pangan lain seperti cabai merah dan daging ayam juga banyak memberikan andil inflasi.

Terkait inflasi di daerah Soloraya, menurutnya relatif memiliki arah yang sama. Misalnya ketika Kota Solo mengalami kenaikan inflasi, maka daerah lain di Soloraya akan memiliki arah yang sama, yaitu kenaikan inflasi, namun dengan level yang berbeda.

Untuk itu menurutnya perlu diperhatikan bersama bahwa pengendalian inflasi tidak bisa hanya dilakukan di satu daerah saja. pengendalian juga harus dilakukan di daerah sekitarnya. Dalam hal Ini sinergi antar daerah perlu diperkuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya