SOLOPOS.COM - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BCA), Jahja Setiaatmadja memaparkan kinerja BCA pada kuartal III/2023 melalui Zoom Meeting, Kamis (19/10/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Di tengah tren suku bunga yang tinggi, PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) yakin rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) tak tergerus meski. Saat ini, NIM masih menjadi indikator utama perbankan meraih profitabilitas.

Tercatat NIM BBCA berada di level 5,54% sepanjang 2023, naik 20 basis poin (bps) dari sebelumnya 5,34% pada sepanjang 2022.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Presiden BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan porsi himpunan dana pihak ketiga (DPK) BCA didominasi dana murah atau current account saving account (CASA) mencapai 80%.

“Harus dipahami, struktur DPK setiap bank berbeda. Ada bank yang mengandalkan 60%-70% untuk time deposit. Nah, kalau begitu, dari segi sensitif cost. Kalau time deposit naik akan langsung memengaruhi semua cost of fund [biaya dana] bank tersebut,” katanya dalam Paparan Kinerja 2023, Kamis (25/1/2024) yang dipantau dari Solo.

Alhasil, kata Jahja, apabila porsian dana mahal terlampau besar, maka suatu perbankan mau tidak mau harus menaikkan kredit untuk bisa terus mempertahankan NIM.

“Atau kalau kreditnya tetap, maka risiko NIM tergerus,” ucapnya. Meski, BCA belum melakukan penyesuaian terhadap suku bunga yang mereka tawarkan.

Akan tetapi perseroan menilai tidak menutup kemungkinan apabila ke depan akan ada penyesuaian suku bunga. Menurutnya, ini suatu yang dianggap wajar sebagai upaya untuk mengkompensasi kenaikan biaya dan dampaknya diharapkan tidak terlalu besar, karena porsi dana dari time deposit atau deposito dalam struktur dana bank dianggap relatif kecil.

“Memang ada kemungkinan untuk mengompensasi di sana sini, tapi untuk prime customer kita akan ada treatment khusus,” ujarnya. Adapun, sebagai strategi untuk mengelola NIM di level yang terjaga di tengah tren suku bunga BI yang tinggi, BCA sendiri mengadopsi pendekatan yang lebih alami, yaitu memberikan penetapan harga (pricing) yang sesuai dengan kemampuan nasabah dan kebutuhan masyarakat.

“Karena varibel dari kredit begitu banyak, jadi mau setel-nya susah. Jadi, kita lakukan secara natural, memberikan pricing sesuai dengan kemampuan nasabah agar bisa menikmati fasilitas kredit BCA,” ujarnya.

PT Bank Central Asia (BCA) Tbk (BBCA) dan entitas anak mencatatkan pertumbuhan kredit 13.9% secara tahunan (YoY) selama 2023. Dari sisi profitabilitas, pada 2023 laba bersih BCA juga tumbuh 19,4% YoY, atau mencapai Rp48,6 triliun.

Kenaikan tersebut ditopang oleh pertumbuhan kredit yang berkualitas, peningkatan volume transaksi dan pendanaan, serta perluasan basis nasabah. Pertumbuhan total kredit selama 2023 mencapai di atas rata-rata industri. Kemudian untuk rasio loan to deposit (LDR) juga meningkat ke 70%, dibandingkan posisi terendah saat pandemi sebesar 62%.

“Kami berterima kasih atas kepercayaan nasabah serta dukungan dari pemerintah dan otoritas, sehingga BCA mampu melewati tahun 2023 dengan kinerja solid. Meskipun terdapat tantangan berupa tekanan inflasi global serta peningkatan tensi geopolitik, kami melihat perekonomian domestik tetap tangguh dan stabil,” kata  Jahja Setiaatmadja.

Dijelaskan, sebagai komitmen BCA untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. tahun lalu juga telah digelar berbagai event strategis. Di antaranya dua kali BCA Expo, BCA UMKM Fest 2023, dan BCA Wealth Summit 2023. Dimana upaya tersebut juga berdampak positif terhadap kinerja perseroan. Salah satunya terlihat dari penyaluran kredit ke segmen UKM dan konsumer yang naik signifikan per Desember 2023.

Disebutkan pula bahwa peningkatan volume kredit BCA tumbuh dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Per Desember 2023, kredit korporasi tumbuh 15,0% secara YoY mencapai Rp368,7 triliun. Untuk kredit komersial naik 7,5% secara YoY mencapai Rp126,8 triliun.

Khusus untuk kredit UKM, menunjukkan tren yang terus meningkat, hingga tercatat mencapai Rp107,9 triliun pada akhir 2023, atau naik 16,0% secara YoY. Bahkan pertumbuhan kredit UKM tersebut tercatat menjadi yang tertinggi di segmen kredit bisnis.

Kesuksesan penyelenggaraan dua kali BCA Expo, juga berdampak pada kenaikan new booking KPR dan KKB. Di mana masing-masing naik 2,3 dan 2,6 kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Pencapaian tersebut turut mendorong outstanding KPR meningkat 11,7% secara YoY menjadi Rp121,8 triliun, dan KKB naik 20,8% secara YoY atau mencapai Rp56,9 triliun per Desember 2023. Saldo outstanding personal loans tercatat juga tumbuh 21,7% secara YoY menjadi Rp16,7 triliun, sehingga total portofolio kredit konsumer naik 14,8% secara YoY menjadi Rp198,8 triliun. Dengan begitu secara total, kredit BCA naik 13,9% YoY menjadi Rp810,4 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya