SOLOPOS.COM - Sejumlah penari yang tergabung dalam Sanggar Candra Kirana Art Center tampil pada Festival Wayang Bocah 2022 di Gedung Wayang Orang Sriwedari, Solo, Rabu (5/7/2023). (Solopos.com/Joseph Howi Widodo)

Solopos.com, SOLO — Adyatama Kepariwisataan dan Ekraf Ahli Muda Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo, Terry Sulistyaningrum, menyampaikan pengembangan pariwisata di Solo akan terus dilakukan dengan memperdayakan secara modern potensi yang ada tanpa meninggalkan kearifan lokal.

Sementara untuk memperkaya destinasi khususnya di malam hari, akan dilakukan dengan mengoptimalkan pentas wayang, pentas tari dan lainnya. terlebih ketika nanti Balekambang sudah dapat dibuka untuk umum. Pihaknya juga mengapresiasi kontribusi sejumlah komunitas yang juga berupaya untuk menambah alternatif wisata malam hari seperti komunitas seni, street art market, dan lainnya.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Di sisi lain dia mengatakan jika salah satu penunjang terbanyak jumlah kunjungan wisata di Solo adalah dari sektor MICE. “Jadi memang tingkat hunian akan bertambah ketika nantinya banyak event yang digelar di Solo,” kata dia dalam talkshow Tomorrow Land yang menjadi rangkaian acara Astrid Widayani Peduli (Awali) Fest, di Balai Kota Solo, Sabtu (3/2/2024).

Sementara itu pakar komunikasi dan branding dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Andre Noevi Rahmanto, mengatakan pentingnya memikirkan konsep pariwisata berkelanjutan. Ketika Solo sudah banyak dikunjungi, perlu juga dipikirkan mengenai upaya untuk menjaga Solo.

“Ketika sudah banyak orang yang datang ke Solo, ya jangan berpikir enaknya saja. Bisa saja nantinya polusi bisa semakin parah. Kemudian ada kerusakan lingkungan, [kerusakan] tata ruang dan sebagainya, itu harus dipikirkan. Jadi pariwisata itu harus sustainable,” kata dia.

Menurutnya ketika nantinya ketika kondisi kota yang sudah sangat padat dan sibuk karena banyaknya pengunjung, mungkin dari kalangan warga lokal juga akan terganggu.

Selanjutnya, dia mengatakan dalam upaya mengelola Solo sebagai brand, juga harus memperhatikan mengenai manfaat untuk lingkungan dan masyarakat.

“Ngapain [masyarakat] harus menyambut wisatawan dan lainnya kalau tidak ada keuntungan yang dirasakan. Jadi branding itu juga harus berkaitan, ada peta jalan untuk sampai membawa kesejahteraan warga kota. Jadi semua sektor semua bidang bisa bergerak bersama,” lanjut dia.

Talkshow Tomorrow Land yang menjadi rangkaian acara Astrid Widayani Peduli (Awali) Fest, di Balai Kota Solo, Sabtu (3/2/2024). Inisiator Awali, Astrid Widayani, mengatakan salah satu alasan digelarnya talkshow tersebut adalah untuk mendapatkan gambaran penuh mengenai pegembangan pariwisata Solo ke depan.

“Acara ini harapannya kita ingin mendapatkan gambaran sejauh mana Solo ini bisa dikembangkan. Hal yang perlu kita fokuskan dalam konteks Solo tentu tidak jauh dari budaya, ekonomi dan industri tertentu yang tidak ada di kota lain,” kata dia dalam acara tersebut, Sabtu.

Menurutnya, pembahasan mengenai potensi Solo dalam hal pariwisata sudah sering kali dibahas. Meski bukan sebagai daerah dengan paket lengkap dalam hal destinasi, karena tidak adanya pantai maupun gunung, namun Solo memiliki sudut-sudut kota yang kaya akan sejarah dan budaya. Solo juga dikenal sebagai kota toleransi, di mana semua agama hidup secara harmonis.

Ketua Badan Promosi Pariwisata daerah (BPPD) Kota Solo, Retno Wulandari, mengatakan ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memasarkan Solo. “Perlu memerhatikan adanya manajemen brand, manajemen produk dan manajemen customer,” jelas dia.

Berdasarkan data 2023, jumlah kunjungan wisatawan di Solo mencapai 5.541.700 wisatawan. Jumlah itu naik lebih dari 100% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 2.530.805 wisatawan.

“Data tersebut tentu menjadi patokan dalam melakukan marketing. Dari situlah indikator, untuk menentukan treatment apa yang akan dilakukan. Data itu menunjukkan kunjungan ke Kota Solo naik. Berarti manajemen brand positif, sebab targetnya tentunya jumlah wisatawan. Manajemen produk juga positif,” kata dia.

Hanya, ada beberapa hal yang menurutnya perlu menjadi kajian bersama. Hal itu menyangkut soal tingkat hunian kamar. Disebutkan bahwa Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Solo di 2022 sekitar 53,37% sedangkan di 2023 sekitar 53,44%. Dengan begitu tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan. Jika dilihat dari jumlah kunjungan yang meningkat, secara logika ada tamu yang berkunjung ke destinasi namun tidak semua menginap.

“Ini yang harus diakselerasi bersama bagaimana meningkatkan lama tinggal wisatawan. Kalau mengenai lama tinggal, ini juga harus dilihat, ada tidak yang dikerjakan wisatawan di malam hari, yang membuat mereka tidak beranjak, atau bisa tinggal lebih lama di Kota Solo,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya