SOLOPOS.COM - Tyto alba atau burung hantu. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Pabrik Danone Aqua di Klaten turut mendukung dalam upaya menjaga hasil pertanian di Kabupaten Klaten dari serangan hama tikus. Salah satunya dengan memanfaatkan predator alami, burung hantu jenis serak Jawa.

Stakeholder Relations Manager Pabrik Danone Aqua Klaten, Rama Zakaria, mengatakan burung hantu serak Jawa mampu memakan 2-5 ekor tikus per harinya. Fakta itu menjadikan alasan bahwa keberadaan burung hantu serak Jawa bisa menjadi solusi dalam penanganan hama tikus di sawah.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

“Artinya, penanganan hama tikus sawah akan terselesaikan,” kata dia dalam rilis, Rabu (13/12/2023).

Disampaikan bahwa salah satu daerah yang terdampak serangan hama tikus di Kabupaten Klaten adalah Kecamatan Polanharjo, Klaten. Daerah itu merupakan daerah yang termasuk dalam kategori dataran rendah, dimana mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani desa.

Ada beberapa upaya mengendalikan persoalan yang bisa dilakukan. Salah satunya dengan racun tikus dan belerang. Namun penggunaan racun tikus dan belerang memerlukan biaya dan penanganan khusus, ditambah lagi potensi pencemaran yang akan meningkat.

Untuk itu pengendalian hama tikus dengan memanfaatkan predator alami menjadi salah satu solusi yang dikembangkan. Selain biayanya yang murah, juga tidak memerlukan perawatan lebih.

Namun dibutuhkan ruang terbuka hijau sebagai habitat alami serak Jawa. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh tim peneliti di Taman Kehati Aqua Klaten, ditemukan adanya potensi baru untuk pengembangan habitat alami serak Jawa.

Disebutkan bahwa serak Jawa memiliki habitat yang secara umum dapat ditemukan di area dataran rendah. Biasanya berada di wilayah yang memiliki kerapatan pepohonan seperti di tepi hutan, perkebunan, persawahan, pekarangan, hingga bangunan-bangunan besar dan taman-taman di kota besar. Keberadaannya sering bertengger rendah di pohon atau bersembunyi di celah-celah gedung atau bangunan besar.

Potensi reproduksi serak Jawa lebih tinggi jika dibandingkan dengan raptor lain. Sebab serak Jawa adalah burung dengan perkembangbiakan yang produktif. Setiap tahun mereka dapat menghasilkan hingga 3 indukan, dimana beberapa mampu menghasilkan hingga 12 anakan.

Dengan kondisi lingkungan yang sesuai dan cocok, burung itu dapat berkembang biak sepanjang tahun. Sebab serak Jawa merupakan spesies yang sangat sensitif terhadap faktor lingkungan, seperti cuaca buruk dan variasi pasokan makanan.

Serak Jawa juga disebut mempunyai kemampuan yang baik dalam menangkap mangsanya, mempunyai penglihatan dan pendengaran yang tajam, paruh dan cakar yang kuat, serta kemampuan terbang yang cepat. Serak Jawa biasanya memangsa hewan-hewan kecil seperti tikus, kodok, kelinci, serangga dan lain-lain.

Menurut penelitian tersebut, keberadaan burung hantu ini akan semakin mudah perkembangannya jika tersedia tempat berkembang biak, sebab jenis ini adalah jenis yang tidak bisa untuk membuat sarang. Untuk itu sejauh ini, PT Tirta Investama-Pabrik Klaten turut menginisiasi rubuha di Kabupaten Klaten.

Rama mengatakan, Aqua Klaten juga mendorong terbentuknya Perdes yang disepakati bersama beberapa desa, Perdes itu mengatur tentang larangan memburu burung hantu. Pemahaman Masyarakat tentang pentingnya keberadaan burung hantu sebagai predator alami untuk memberantas hama tikus menjadi penting. Dalam hal ini masyarakat juga menjadi motor untuk menjaga keberadaan burung hantu, tidak hanya dari warga sekitar tetapi juga pemburu yang berpotensi datang dari luar daerah.

Sementara itu Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten, Widiyanti, mengatakan pemanfaatan predator alami, yakni burung hantu, memang menjadi salah satu cara dalam upaya pengendalian hama tikus. Untuk itu sejauh ini pihaknya telah mendukung penyediaan tempat bagi burung hantu agar bisa memangsa tikus yang ada di sawah.

“Rubuha menjadi salah satu tempat singgah burung hantu. Ketika burung hantu tersebut singgah di rubuha dan nyaman, maka dia akan menetap sampai beranak-pinak,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Jumat (15/12/2023).

Disebutkan bahwa untuk bertahan hidup, para burung hantu tersebut bisa memangsa tikus yang menjadi hama bagi tanaman di sawah. Artinya keberadaan burung hantu juga memberikan manfaat bagi pengendalian hama tikus. Namun, sambungnya, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) tersebut tidak bisa hanya dilakukan sendiri-sendiri.

Butuh peran bersama agar hasil pengendalian hama bisa berjalan dengan optimal. Misalnya ketika ada satu kawasan menjadi sasaran hama tikus, maka tidak bisa hanya satu atau dua petani di satu daerah saja yang menyiapkan rubuha. Hal itu juga harus didukung pada petani lain yang ada di sekitarnya.

Menurut Widiyanti, selama ini DKPP Klaten juga terus mendorong para penyuluh untuk memberikan motivasi kepada para kelompok tani atau petani. Terlebih rubuha juga dapat dibuat dengan bahan-bahan sederhana, bahkan bisa dengan barang bekas. Asalkan rubuha itu bisa dibuat dengan desain yang sesuai, yang nyaman bagi burung hantu.

Dikatakannya saat ini jumlah rubuha yang ada di Kabupaten Klaten ada sekitar 650 buah. Jumlah tersebut tersebar di beberapa daerah yang berpotensi terserang hama tikus. Misalnya di wilayah Juwiring, Polanharjo, Karanganom dan lainnya.

Sementara untuk pelibatan program corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan-perusahaan dalam pengembangan rubuha, dia mengatakan bahwa biasanya program untuk CSR telah diatur melalui pemerintah daerah. Namun menurutnya, bisa saja kegiatan CSR langsung dilakukan di lokasi terkait, sesuai dengan permasalahan di masing-masing wilayah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya