SOLOPOS.COM - Ilustrasi pergerakan saham. (Nurul Hidayat/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA – Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yakni Federal Reserve atau The Fed menetapkan untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap stabil pada level tertinggi dalam 22 tahun pada kisaran 5,25%-5,5%.

Dalam pertemuan yang digelar pada Selasa (31/10/2023) waktu setempat dan Rabu (1/11/2023), beberapa poin penting disampaikan saat pengumuman. Pernyataan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) sebagian besar tidak berubah.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Pejabat The Fed mempertahankan suku bunga acuan tetap stabil dan membiarkan kemungkinan kenaikan lebih lanjut. Pejabat The Fed juga menambahkan persetujuan untuk memperketak kondisi keuangan. Ketua The Fed, Jerome Powell tidak secara eksplisit mengesampingkan kenaikan suku bunga untuk di masa depan.

Dia menegaskan kembali bahwa The Fed bergerak dengan kecepatan pada pertemuan demi pertemuan dan diperlukan lebih banyak data untuk menunjukkan bahwa inflasi turun secara berkelanjutan. Powell juga mengatakan masih ada jalan panjang untuk mengembalikan inflasi ke target yang ditetapkan The Fed. Namun, beberapa catatan penting dalam pidato yakni, Powell juga melontarkan pernyataan yang cukup dovish.

Powell mengatakan perkiraan kemanjuran akan semakin terkikis seiring dengan berjalannya waktu yang berpotensi menjadi sinyal dukungan untuk satu kali kenaikan suku bunga semakin berkurang.

Sementara itu, salah satu yang membantu The Fed untuk tidak menaikan suku bunga adalah adalah imbal hasil surat utang AS. Pengetatan tambahan pada kondisi keuangan memberikan kontribusi bagi upaya The Fed.

Di sisi lain, saat pidatonya, saham-saham tercatat mengalami kenaikan dan mencapai sesi tertinggi dengan S&P 500 naik 1,1% pada pukul 15.39 waktu setempat. Suku bunga berjangka menunjukkan lebih kecilnya kemungkinan kenaikan suku bunga lagi dibandingkan dengan diberitakan sebelumnya.

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (1/11/2023) sore ditutup melemah seiring adanya kekhawatiran pasar bahwa The Fed akan bersikap hawkish.

IHSG ditutup melemah 109,79 poin atau 1,63 persen ke posisi 6.642,42. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 13,46 poin atau 1,51 persen ke posisi 878,87.

“Kami memperkirakan, pelemahan IHSG disebabkan beberapa hal, antara lain pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang dikarenakan sinyal hawkish dari The Fed,” ujar Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana di Jakarta seperti dilansir Antara, Rabu.

Didit melanjutkan, sentimen juga datang dari rilis data perekonomian China yang menunjukkan adanya perlambatan setelah rilis data Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur yang terkontraksi ke level 49.

Selain itu, investor masih cenderung wait and see terhadap The Federal Open Market Committee (FOMC) Meeting yang akan selesai pada Kamis (2/11/2023) dini hari waktu Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya