SOLOPOS.COM - Ilustrasi memilih properti. (freepik)

Solopos.com, SOLO – Pengamat ekonomi dan properti Universitas Sebelas Maret (UNS), Ariyanto Adhi Nugroho, menguraikan secara umum sektor properti dibagi menjadi dua yaitu properti residensial dan properti komersial.

Ariyanto menjelaskan properti residensial meliputi perumahan, apartemen dan bentuk hunian lain. Sedangkan properti komersial bisa berupa office bulding, pusat perbelanjaan, hotel dan mixed use building.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Ia menjelaskan berbagai jenis properti tersebut mempunyai karakteristik masing-masing. Misalnya, perumahan mempunyai karakteristik yang unik, permintaannya mempunyai dualisme yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan tempat tinggal sekaligus sebagai instrumen investasi.

Ariyanto menguraikan perumahan juga dianggap sebagai merit goods yang memiliki rasa kebanggaan bagi pemiliknya. “Dari sisi bisnis, properti mempunyai dua sumber pendapatan, yang pertama melalui cash flow yang didapatkan atas pemanfaatan properti tersebut oleh pihak lain seperti sewa, dan yang kedua adalah capital gain,” paparnya saat dihubungi Solopos.com, Selasa (17/10/2023) malam.

Lebih lanjut dia menguraikan dari kedua potensi pendapatan tersebut menjadikan investasi properti masih menarik. Terlebih lagi, properti sangat terkait dengan lokasi. Ia menjelaskan karakteristik properti adalah fixity dan durability. Hal tersebut menjadikan ketersediaan lahan yang semakin terbatas atau langka.

Selain itu, pertumbuhan nilai atau capital gain dalam bisnis properti menjadi salah satu harapan besar bagi investornya. Menurutnya, dengan permintaan yang tidak terbatas sedangkan ketersediaan lahan yang semakin sedikit menjadikan harga melambung tinggi di beberapa daerah.

“Namun hal tersebut juga tidak berlaku menyeluruh, faktor lokasi yang menjadi penentu. Selagi aset berada di lokasi yang baik dari aksesibilitas, perkembangan lingkungan, dan jauh dari bencana, kita akan lebih tenang,” tambah dia.

Dia menguraikan jika dilihat dari kriteria investasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Misalnya keamanan dan apresiasi modal, keamanan dan apresiasi pendapatan, likuiditas. Kemudian biaya perolehan dan penjualan, biaya manajemen atau perawatan dan implikasi pajak.

Ia juga menjelaskan permasalahan dalam bisnis properti secara umum bagi investornya adalah besarnya ketergantungan terhadap perbankan. “Bisnis properti merupakan bisnis yang menggiurkan tetapi mempunyai kelemahan karena tidak likuid. Membutuhkan waktu dan kondisi untuk mendapatkan harga yang optimal,” tambahnya.

Tentunya, lanjut Ariyanto, bagi masyarakat perlu melakukan pemiihan instrumen investasi yang tepat. Jika mempunyai dukungan modal dan wawasan pasar yang baik, sektor properti mempunyai pilihan yang baik, mengingat perkembangan kota pada setiap wilayah semakin meningkat.

Namun, perlu memperhatikan banyak hal dalam memutuskan investasi di sektor properti. Hal ini sangat terkait dengan kebijakan wilayah daerah masing-masing.

“Kita perlu cek di tata kota bagaimana perencanaan daerah melalui RTRW pada lokasi yang kita pilih. Selain itu, perlu dipahami batasan tata ruang masing-masing lahan, karena ada batasan-batasan dari pemerintah seperti garis sempadan bangunan [GSB], Koefisien Dasar Bangunan [KDB], Koefisien Lantai Bangunan [KLBM] dan beberapa batasan lain seperti ketersediaan parkir, fasos, fasum dan lain-lain,” ulasnya.

Jika hal tersebut tidak bisa terpenuhi oleh kemampuan masyarakat, menurutnya masih banyak instrumen investasi yang juga menjanjikan. Seperti yang paling banyak dilakukan masyakarat umum seperti emas, pasar modal dan valas. Namun ia menambahkan pilihan tersebut tergantung pada preferensi masing-masing investor dan momentum pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya