SOLOPOS.COM - Ilustrasi investor memantau pergerakan saham di pasar modal. (freepik)

Solopos.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memasuki Februari 2024 sekali pun tanpa fenomena January Effect.

Saham-saham bank bisa menjadi pendorong karena mencatatkan pertumbuhan laba yang fantastis. IHSG terpantau menguat pada perdagangan perdagangan kemarin, Rabu (31/1/2024), sekaligus perdagangan terakhir Januari 2024. Namun, sepanjang bulan ini IHSG cenderung melemah sehingga tidak terjadi fenomena January Effect.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Kemarin IHSG terpantau menguat 0,22% atau 15,72 poin ke 7.207,94. Sepanjang sesi, indeks komposit bergerak di rentang 7.192-7.247. Sebanyak 18,69 miliar saham diperdagangkan kemarin dengan nilai transaksi Rp11,26 triliun dan frekuensi 1,12 juta kali jelang penutupan.

Sejumlah 257 saham menguat, 257 saham melemah, dan 251 saham stagnan. Kapitalisasi pasar tercatat Rp11.452 triliun. Kendati naik, IHSG cenderung menurun pada Januari 2024 sehingga fenomena January Effect tidak terjadi. Pada akhir 2023, IHSG berada di posisi 7.272,79 sehingga pada Januari 2024 turun 0,89%.

Dari jajaran saham berkapitalisasi jumbo atau big cap, saham BBRI kemarin naik 1,33%, ASII naik 0,49%, BBNI naik 1,77%, GOTO naik 1,15%. Di lain sisi, Grup Mayapada SRAJ melonjak 20%, disusul RSCH yang naik 13,08%, PMMP 9,63%, dan PSAB 8.26%. Sementara itu, dari jajaran top losers antara lain PTMP yang turun 24,82%, MXPL 24,48% dan MSKY 13,02%.

Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan, IHSG dapat melanjutkan rebound menuju 7.230-7.255 dan diperkirakan akan mengonfirmasi pembentukan wave (v) apabila menembus ke atas 7.281.

“Namun apabila penutupan hariannya masih di bawah garis SMA-20 maka IHSG mestinya akan melanjutkan struktur koreksi wave c dari (iv),” ujar Ivan dalam publikasi riset seperti dilansir Bisnis.com.

Level support IHSG berada di 7.021 sampai 6.803, sementara level resistennya di 7.281 hingga 7.503. Berdasarkan indikator MACD menandakan momentum bearish.

Keputusan The Fed

Sementara itu, The Federal Reserve (The Fed) mengumumkan mempertahankan suku bunga dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC), Rabu (31/1/2024) waktu Amerika Serikat.

The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,25%-5,5%. Kebijakan mempertahankan suku bunga acuan ini diambil oleh anggota komite dengan suara bulat.

Meski telah diperkirakan sebelumnya The Fed akan mempertahankan tingkat suku bunga dalam pertemuan kali ini, Bloomberg melaporkan The Fed kembali mengisyaratkan keterbukaan untuk menurunkan suku bunga, meski tidak segera dilakukan.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan dua hari mereka, para pejabat Fed membatalkan pernyataan mereka sebelumnya bahwa kenaikan suku bunga mungkin terjadi dan malah mengadopsi penilaian yang lebih adil terhadap jalur kebijakan di masa depan.

“Komite menilai bahwa risiko untuk mencapai tujuan lapangan kerja dan inflasi bergerak ke arah yang lebih seimbang,” ulas FOMC.

Disebutkan, para pengambil kebijakan bank sentral ini dalam mempertimbangkan penyesuaian apa pun terhadap kisaran target suku bunga dana federal, Komite akan secara hati-hati menilai data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko.

Namun sebagai tanda bahwa para pejabat tidak terburu-buru menurunkan suku bunga, FOMC juga mengatakan tidak memperkirakan akan tepat untuk mengurangi kisaran target sampai mereka memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2%.

The Fed juga menegaskan kembali niatnya untuk terus mengurangi neraca keuangannya sebanyak US$95 miliar per bulan. Dalam pernyataan pasca-pertemuan mereka, para pembuat kebijakan mengubah deskripsi mereka mengenai kegiatan ekonomi.

Menyusul pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan pada kuartal keempat, komite tersebut menggambarkan aktivitas ekonomi berkembang dengan kecepatan yang solid. Di antara perubahan lain dalam pernyataan tersebut, komite tersebut menghilangkan bahasa yang telah dimasukkan dalam beberapa bentuk sejak bulan Maret lalu, dengan menyebut sistem perbankan sehat dan tangguh dan memperingatkan kondisi kredit yang lebih ketat kemungkinan akan membebani perekonomian.

FOMC juga menggunakan pertemuan pertama tahun ini untuk menegaskan kembali tujuan jangka panjang dan strategi kebijakan moneternya, termasuk komitmennya untuk mengejar target inflasi rata-rata 2%. Komite juga memperbarui kebijakannya yang mengatur investasi dan perdagangan oleh staf dan pembuat kebijakan Fed.

Hal ini memperluas jumlah staf Fed yang tunduk pada pembatasan paling ketat dan memperketat pembatasan pada semua staf yang memiliki akses terhadap informasi rahasia FOMC. Secara keseluruhan, kinerja perekonomian lebih baik dari perkiraan pembuat kebijakan tahun lalu. Inflasi turun lebih tajam, dengan kebijakan yang disukai The Fed pada akhir tahun 2023 sebesar 2,6%.

Perekonomian berkembang lebih cepat, dengan produk domestik bruto naik 2,5% dan pasar tenaga kerja lebih kuat, dengan tingkat pengangguran pada Desember mencapai 3,7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya