SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menargetkan inflasi turun ke kisaran 2,5 plus minus satu persen pada 2024 dari kisaran tiga plus minus satu persen pada 2024.

“Bank Indonesia akan terus mencermati sejumlah risiko yang dapat mengganggu terkendalinya inflasi, terutama yang bersumber dari harga pangan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Bulan Desember 2023 di Jakarta, Kamis (21/12/2023) seperti dilansir Antaranews.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Untuk itu, Bank Indonesia tetap memperkuat bauran kebijakan moneter dan mempererat sinergi dengan pemerintah pusat dan daerah.

Penguatan sinergi antarpemerintah diwujudkan dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah untuk memastikan inflasi terkendali dalam kisaran 2,5 plus minus satu persen pada 2024.

Lebih lanjut Perry menuturkan inflasi saat ini tetap terjaga dalam kisaran sasaran, yang ditunjukkan dengan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) November 2023 terkendali pada 2,86 persen secara year on year (yoy).

Dengan demikian, inflasi IHK tahun 2023 diperkirakan akan berada dalam kisaran tiga plus minus satu persen.

Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh inflasi inti yang tetap rendah sebesar 1,87 persen (yoy) sejalan dengan konsistensi kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar rupiah oleh Bank Indonesia. Inflasi administered prices juga rendah sebesar 2,07 persen (yoy).

Sementara itu, inflasi kelompok volatile food naik menjadi 7,59 persen (yoy) dipengaruhi oleh faktor musiman yang memengaruhi produksi beberapa komoditas hortikultura.

Di sisi lain, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 20-21 Desember 2023 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya atau BI rate sebesar 6 persen.

Suku bunga deposit facility dipertahankan sebesar 5,25 persen, dan suku bunga lending facility juga tetap sebesar 6,75 persen.

“Keputusan Bank Indonesia mempertahankan BI rate pada level 6 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.

Keputusan tersebut dilakukan untuk mendukung langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus satu persen pada tahun 2024.

Sementara itu kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kebijakan longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.

Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran juga terus didorong untuk meningkatkan volume transaksi dan memperluas inklusi ekonomi keuangan digital termasuk digitalisasi transaksi keuangan pemerintah pusat dan daerah.

BI terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 sebesar 3 persen dan akan melambat menjadi 2,8 persen pada 2024.

“Perekonomian dunia melambat dengan ketidakpastian pasar keuangan yang mulai mereda,” kata Perry Warjiyo.

Perry menuturkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan India tahun 2023 lebih baik dari perkiraan awal, ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan ekspansi pemerintah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya