SOLOPOS.COM - Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, memberikan sambutan dan meresmikan peluncuran buku KSK No. 41, di Hotel Alila, Solo, Senin (23/10/2023).(Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SOLO — Bank Indonesia (BI) meluncurkan buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No. 41 di Solo, Senin (23/10/2023). Buku KSK No. 41 bertema Konsistensi, Inovasi dan Sinergi Mendorong Intermediasi untuk Menumbuhkan Ekonomi Berkelanjutan.

Diketahui, BI sebagai otoritas makropudensial secara rutin per semester, menerbitkan KSK untuk mengkomunikasikan asesmen perkembangan sistem keuangan dan respons kebijakan makropudensial. Dengan begitu dapat menjadi referensi untuk mengambil keputusan bagi otoritas, lembaga dan pelaku industri keuangan.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Peluncuran buku KSK tersebut dilakukan langsung oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung. Dalam sambutannya dia berharap kajian tersebut bisa menjadi pengingat bahwa stabilitas sistem keuangan harus diupayakan secara bersama guna mewujudkan dan menjaga stabilitas keuangan negara.

“Setidaknya ada tiga tantangan utama yang kita hadapi dalam menjaga stabilitas keuangan pada saat ini,” kata dia.

Tantangan yang dimaksud baik secara global maupun domestik. Secara global, diketahui saat ini ketidakpastian ekonomi global terus meningkat. Sebab belum selesai dunia dihadapkan dengan krisis perang Ukraina dan Rusia, sudah datang lagi kondisi ketegangan antara Israel dan Palestina.

Menurutnya ketegangan politik tersebut sangat berpotensi berdampak pada meningkatnya harga energi dan harga pangan meningkat. Dimana nantinya bisa berdampak pada meningkatnya inflasi secara global, termasuk di berbagai negara maju. Hal itu tentunya harus direspons di banyak negara.

“Tentunya ini memiliki implikasi pada ekonomi kita. Kita tahu dalam satu dua bulan terakhir, probabilitas arus modal sangat tinggi. Ini menjadi tantangan dalam menjaga stabilitas makro ekonomi, maupun stabilitas sistem keuangan,” lanjut dia.
Menurutnya hal itu pula yang menjadi dasar BI menaikkan suku bunga kebijakan menjadi 6%. Tujuannya adalah untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar.

Meski begitu dia memastikan bahwa sektor keuangan dalam negeri saat ini masih dalam kondisi baik. Dikatakan bahwa secara domestik fundamental, sistem keuangan Indonesia masih baik-baik saja.

“Dengan kondisi ini maka tantangan kita ke depan adalah bagaimana agar kita bisa menjadikan stabilitas makro dan stabilitas sistem keuangan negara, namun tetap bisa mendorong pertumbuhan ekonomi pasca covid,” jelas dia.

Hal lain yang menjadi tantangan adalah mengenai meningkatnya risiko cyber. Dimana jika insiden cyber terus meningkat, nantinya akan menyebabkan menurunnya kepercayaan masyarakat pada sistem keuangan kita. Selain itu ancaman perubahan iklim juga perlu terus dicermati.

Guna menanggapi berbagai tantangan tersebut, BI akan terus bersinergi untuk memastikan stabilitas makro dan stabilitas keuangan negara. Serta akan terus melakukan inovasi untuk mendukung transformasi ekonomi nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya