Bisnis
Senin, 19 Februari 2024 - 18:27 WIB

Soal Merger BTN Syariah dan Bank Muamalat, Ini Penjelasan Erick Thohir

Dionisio Damara Tonce  /  Arlina Laras  /  Fahmi Ahmad  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi perbankan (freepik.com)

Solopos.com, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan proses merger antara BTN Syariah dan Bank Muamalat akan rampung sebelum pergantian presiden pada Oktober 2024.

“Muamalat dan BTN Syariah kalau bisa digabungkan targetnya Maret, April, atau Mei 2024, intinya sebelum Oktober 2024,” ujarnya di JIExpo Kemayoran Jakarta, Minggu (18/2024) seperti dilansir Bisnis.com.

Advertisement

Dia menyatakan Kementerian BUMN terus mendorong pembangunan ekonomi syariah di Tanah Air. Oleh karena itu, pihaknya berupaya menghadirkan bank syariah lain yang mampu menjadi pesaing bagi PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI.

“Itulah kenapa saya ajak bicara Pak Hery [Direktur Utama BSI], kita juga akan melakukan perbaikan kepada Bank Muamalat bersama BTN Syariah. Pak Hery bilang ke saya, bagus pak biar kalau latihan olahraga ada lawan tanding,” ujar Erick.

Advertisement

“Itulah kenapa saya ajak bicara Pak Hery [Direktur Utama BSI], kita juga akan melakukan perbaikan kepada Bank Muamalat bersama BTN Syariah. Pak Hery bilang ke saya, bagus pak biar kalau latihan olahraga ada lawan tanding,” ujar Erick.

Sebelumnya, Erick menyampaikan Kementerian BUMN sudah melakukan diskusi dengan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dan Menteri Agama terkait peluang kerja sama antara BTN Syariah dengan Bank Muamalat.

Menurutnya, penggabungan dua bank tersebut memiliki peluang besar untuk masuk ke dalam jajaran 10 bank syariah terbesar di dunia. Dia pun memperkirakan pembahasan final terkait merger antara BTN Syariah dan Muamalat akan selesai pada Maret 2024.

Advertisement

Dia menyatakan kemungkinan besar proses tersebut akan rampung pada Maret mendatang. Jika sudah selesai, perseroan akan mengambil keputusan akuisisi pada April 2024.

“Saya sudah lapor ke Pak Erick [Menteri BUMN Erick Thohir], kayaknya optimisnya April. Di April kita ambil keputusan,” ujar Nixon pada awal Februari lalu.

Di sisi lain, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae telah mengonfirmasi bahwa BTN dan Bank Muamalat kini sedang dalam proses negosiasi dan belum mengajukan izin kepada otoritas. Menurutnya, OJK saat ini masih menunggu hasil negosiasi bisnis antarkedua perusahaan. Adapun pembahasan bersama OJK akan dilakukan jika kedua belah pihak sudah saling sepakat.

Advertisement

“Kita sih masih nunggu aja lah, itu kan [urusan] B2B [business-to-business]. Silakan aja mereka selesaikan dulu. Kalau ada kesepakatan, baru kita ketemu saya setelah itu,” ujarnya.

Melansir Bisnis.com, unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) atau BTN Syariah telah meraup laba bersih RpRp235,27 miliar di kuartal III/2023, melonjak 70,4% secara tahunan (year on year/yoy).

Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan kinerja positif BTN Syariah tersebut sejalan dengan semakin besarnya minat masyarakat Indonesia untuk membeli rumah melalui skema pembiayaan syariah.

Advertisement

“Masyarakat Indonesia mayoritas merupakan muslim yang merupakan basis nasabah yang kuat untuk bisnis pembiayaan perumahan dengan skema syariah. Kami optimistis BTN Syariah memiliki ruang besar untuk terus bertumbuh besar sehingga dapat melayani kebutuhan pembiayaan perumahan masyarakat Indonesia,” kata Nixon dalam keterangan tertulis pada Senin (27/11/2023).

Sementara itu berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dirilis Selasa (31/10/2023), laba bersih setelah pajak Bank Muamalat tumbuh 65,6% year-on-year (yoy) menjadi Rp52,36 miliar pada kuartal III/2023 dari Rp31,62 pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur Utama Bank Muamalat Indra Falatehan mengatakan peningkatan laba tersebut salah satunya didorong oleh pendapatan komisi yang tumbuh double digit sebesar 20,8% (yoy).

Selain itu, aset Bank Muamalat juga tumbuh sebesar 10,7% (yoy) dari Rp59,8 triliun per 30 September 2022 menjadi Rp66,2 triliun per 30 September 2023. Pertumbuhan aset ini ditopang oleh peningkatan penyaluran pembiayaan yang tumbuh 22,4% (yoy) menjadi Rp21,7 triliun.

OJK juga bersikap objektif dalam memberikan persetujuan terhadap rencana akuisisi tersebut. Artinya, jika proposal tersebut memenuhi persyaratan yang berlaku, maka OJK akan memberikan persetujuan kepada BBTN untuk mengakuisisi Bank Muamalat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif