SOLOPOS.COM - Ilustrasi kegiatan produksi industri tekstil. (panbrotherstbk.com)

Solopos.com, SOLO—Tantangan perekonomian global berimbas pada industri tekstil Indonesia. Hal ini membuat pelaku usaha industri ini tetap fokus terhadap pasar ekspor tradisional dan berupaya memperkuat pasar dalam negeri.

Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Liliek Setiawan, menguraikan ketidakpastian kondisi perekenomian global salah satunya karena perang Ukraina dan Rusia. Kondisi itu membuat krisis di Eropa tidak kunjung selesai.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Hal tersebut berimbas pada naiknya ongkos pengiriman hingga lima kali lipat dan menurut Liliek tidak ada jaminan barang akan sampai tujuan.

“Jadi bagaimana hal tersebut bisa membuat suasana perdagangan global bisa kondusif? Saya rasa tidak,” ujar Liliek saat ditemui Solopos.com  di Diamond Solo Convention Center Solo pada Kamis (29/2/2024).

Walaupun terjadi ketidakpastian ekonomi global, menurut Liliek, industri tekstil dinilai bisa membidik dan mengamankan pasar dalam negeri. Mengingat, saat ini ekspor tekstil Indonesia masih mengandalkan pasar tradisional yaitu Eropa dan Amerika Serikat meski pihaknya juga melirik pasar baru misalnya di Timur Tengah.

Lebih lanjut, dia mengatakan dengan dukungan pemerintah melalui regulasi yang jelas bisa memperkuat pasar domestik. Salah satunya dengan pembatasan impor.

“Saya tidak mengatakan jangan sepenuhnya tidak boleh impor. Karena nanti akan sulit sekali. Kalau misalnya untuk membuat baju, kita butuh aksesoris, harus impor. Jadi kalau total impor distop, saya rasa sulit. Jadi harus dikonfirmasi [barang impor] adalah barang yang bisa menjadikan nilai tambah,” kata dia.

Dengan adanya aturan mengenai positive list barang impor, menurut Liliek hal ini menjadi keputusan pemerintah yang tepat. Namun, dia menyebut pengawasan aturan ini harus dilakukan agar aturan mampu dijalankan dengan maksimal.

“Sebenarnya tepat. Itu merupakan satu jendela peluang yang tepat karena masih memberikan opportunity atau memberikan kesempatan untuk impor barang yang belum bisa produksi,” tambah Liliek.

Pengurus CV More Media Kreasi, Bryan Whildan Arsaha, mengatakan kondisi global memang menjadi gambaran industri tekstil.

Namun menurutnya dia, sektor tekstil di skala menengah seperti garmen, sablon, dan digital printing, cenderung mampu bertahan seusai pandemi Covid-19. Hal ini disebabkan karena kebutuhan dan permintaan barang sandang selalu ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya