SOLOPOS.COM - Ilustrasi perumahan. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS), Ariyanto Adhi Nugroho menilai sektor properti setelah pandemi Covid-19 sampai saat ini terlihat mulai meningkat termasuk di Kota Solo.

Ariyanto menggambarkan dalam property clock setelah pasar properti terjadi slump, selama dua tahun terakhir ini mulai proses recovery. Tanda-tanda recovery tersebut dapat dilihat dari harga sewa properti yang cenderung meningkat di berbagai daerah.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Lebih lanjut dia menjelaskan dalam Survey Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia pada 2023 sektor perumahan mempunyai kecenderungan pertumbuhan yang seragam. Ada beberapa wilayah yang mempunyai pertumbuhan lebih tinggi dari rata-rata. Mayoritas di wilayah luar jawa antara lain Bandar Lampung, Palembang, Padang, Pontianak, Batam, Balikpapan dan Samarinda.

Di Pulau Jawa, pertumbuhan harga di atas rata-rata terjadi pada wilayah Bandung dan Jabodetabek hingga Banten. Hal ini menurut Ariyanto menunjukkan bukti bahwa pertumbuhan pasar properti merata, tidak hanya di Pulau Jawa saja. Sektor properti komersial, perhotelan mempunyai pertumbuhan permintaan yang lebih tinggi dibandingkan perkantoran, ritel, apartemen, lahan industri, convention hall, dan warehouse complex.

“Hal ini seiring dengan pertumbuhan sektor pariwisata di berbagai daerah,” terang Ariyanto kepada Solopos.com, pada Jumat (30/12/2023).

Dia menyebut sektor properti diyakini akan semakin membaik pada 2024 yang merupakan tahun politik.

“Melihat dari beberapa statement yang disampaikan para calon presiden [capres] dan wakil presiden [cawapres], terlihat satu suara di mana akan dilakukan pemerataan pembangunan. Hal ini penting untuk dapat memberikan trigger bagi sektor properti, di mana infrastruktur terus dikembangkan akan meningkatkan tingkat aksesbilitas sektor properti untuk mendapatkan nilai yang optimal,” tambah dia.

Ariyanto menguraikan perkembangan perkotaan juga banyak disinggung para capres dan cawapres menunjukkan pembangunan yang kontinu. Dengan mengoptimalkan lahan-lahan yang sementara ini idle di berbagai daerah akan semakin optimal. Hal ini tentunya tidak hanya di Pulau Jawa saja tetapi merata di seluruh wilayah. Ariyanto menilai sektor properti merupakan hal yang penting dalam menjaga stabilitas ekonomi suatu negara.

Krisis ekonomi di Amerika Serikat pada 2008 menjadi gambaran bahwa sektor perumahan sangat penting, karena ketika salah kebijakan bisa mengakibatkan krisis finansial bahkan berdampak luas. Ini terjadi karena sebagian dari sektor properti yaitu perumahan (subprime mortgage). Hal ini berdampak ke beberapa negara lain. Krisis ini menjadi perhatian bagi pemerintah di dunia untuk memasukkan sektor properti dalam kebijakan pemerintah, salah satunya melalui kebijakan moneter. Indonesia juga telah melakukan beberapa kebijakan terkait properti.

“Kita ketahui bahwa sektor properti sensitive terhadap kredit atau pembiayaan. Terdapat lebih dari 70% masyarakat melakukan pembelian property khususnya perumahan melalui kredit. Artinya kebijakan pemerintah terkait kredit properti ini dapat digunakan untuk mendorong sektor properti untuk tumbuh,” ujarnya. Salah satu kebijakan tersebut adalah melalui loan to value (LTV) atau financing to value (FTV).

Insentif pajak yang dilakukan pemerintah terutama pada sektor perumahan tentunya berdampak positif. Kebijakan ini dinilai mampu mengurangi backlog perumahan, juga dapat menumbuhkan gairah pasar properti. Pasar properti sangat penting dalam mendukung stabilitas ekonomi nasional. Banyak sektor yang berkaitan erat pada sektor peroperti, seperti perbankan dan industri material.

Insentif berupa subsidi bantuan uang muka (SBUM) juga terus berlanjut pada 2024. Namun dengan jumlah unit subsidi yang lebih sedikit dari tahun sebelumnya menjadi 166.000-an unit, Ariyanto menilai disebabkan keterbatasan anggaran pemerintah.

“Namun, dengan daya beli masyarakat yang meningkat dan kemudahan layanan perbankan tentunya tidak mengurangi permintaan rumah dari masyarakat. Bagi pengembang, tentunya ini menjadi tantangan untuk tetap menyediakan rumah berbagai tipe yang dapat diterima pasar, apalagi bagi MBR. Pengembang harus pintar-pintar mencari lokasi yang layak namun dengan harga yang ekonomis,” terang dia.

Walaupun tahun politik 2024 menjadi alasan investor untuk wait and see terkait kebijakan pemerintah, Namun beberapa daerah yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang baik tentunya tidak terpengaruh besar. Pasar saat ini juga cenderung mempunyai tren positif. Dia menjelaskan bagi para investor jangan sampai momentum ini tidak dimanfaatkan untuk fast recover di sektor properti.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartato menyebut sektor properti menjadi motor utama penggerak pertumbuhan Indonesia. Airlangga menguraikan sepanang semester I/2023, perekonomian Indonesia tercatat tumbuh 5,17% dengan inflasi di level 3,27%, hal ini diikuti dengan kinerja ekspor yang tetap tumbuh sebesar 3,12 juta.

Airlangga juga mencatat adanya geliat penjualan rumah yang tumbuh 15,11% sepanjang periode tersebut. Angka ini dinilai membaik sesuai sektor properti sempat dilanda ‘badai’ penjualan pada masa pandemi Covid-19.

“Industri properti merupakan salah satu sektor unggulan yang dapat mendorong perekonomian Indonesia. Kontribusi pada kuartal kedua adalah 9,48% untuk sektor konstruksi dan 2,4% untuk sektor real estate,” tuturnya dalam agenda The International Real Estate Federation (FIABCI) Trade Mission 2023 di Jakarta pada September 2023 lalu sebagaimana dilansir dari Bisnis.com, pada Jumat (29/12/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya