SOLOPOS.COM - Ilustrasi pertanian. (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Sektor pertanian menjadi salah satu program utama dalam implementasi elektrifikasi atau electrifying agriculture. Hal ini salah satunya bertujuan utuk efisiensi di tengah ancaman petani yang kian minim.

Dalam Webinar bertajuk Membaca Arah Pengembangan Elektrifikasi dan Tren Teknologi 2024 yang digelar Solopos Media Group melalui channel Youtube Espos Live, pada Selasa (5/2/2024), Manager Business Retail PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero), Megantara Vilanda, menguraikan kontribusi di sektor pertanian cukup tinggi.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Dia menguraikan sektor pertanian berkontribusi sebesar 5,6 tWh atau Rp64 triliun dari total pendapatan PLN hampir sebesar Rp500 triliun pada 2023. Menurut dia angka tersebut cukup besar di sektor ritel.

Lebih lanjut Megantara menilai sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang tetap tumbuh positif bahkan saat pandemi Covid-19 lalu. “Pertanian bisa menajdi jantung pereknomian Indonesia yang harus kami dukung,” terang Megantara.

Oleh sebab itu, menurutnya perlu ada kolaborasi baik dari pemerintah, perbankan, dan pihak terkait yang mampu mendukung elektrifikasi pertanian agar pertanian bisa efisien.

Kepala Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Mekanisasi Pertanian, Agung Prabowo, menyebut salah satu tantangan dalam konsep elektrifikasi di sektor pertanian adalah mengubah mindset petani. Menurut Agung petani adalah aktor utama dalam penyedia pangan.

Senada dengan Megantara, Agung menyebut sektor pertanian tidak goyah walaupun diterpa pandemi lalu. Lebih lanjut dia menguraikan pada 2050 diprediksi populasi penduduk di dunia mencapai lebih dari 9,6 miliar orang.

Hal ini juga harus didukung dengan kenaikan produktivitas pangan sebesar 70% hingga 100%. Tantangan yang harus dihadapi bersama ini perlu upaya yang besar. Apalagi rata-rata petani saat ini sudah berusia lanjut. Sumber daya manusia (SDM) di sektor pertanian diprediksi akan nihil pada 2035 mendatang.

“Saat ini saja, hanya [petani] yang beusia 54 tahun ke atas yang bekerja di pertanian, itu sangat kontradiktif. Di mana effort untuk memenuhi pangan harus terpenuhi, sementara aktornya di bidang pertanian semakin sedikit,” kata Agung.

Salah satu alternatif masalah ini melalui mekanisasi, baik dari irigasi, penyiapan lahan, tanam, pemeliharaan tanah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan waktu kerja, menurunkan biaya kerja, meningkatkan provitas, dan menurunkan susut hasil. Agung menguraikan sejak adanya penggelontoran subsidi alsintan pada 2016 hingga 2018 berimbas positof pada level mekanisasi pertanian di Indonesia.

Proses mekanisasi ini membutuhkan energi, yang saat ini petani masih cenderung menggunakan energi fosil. Kebutuhan energi di sektor pertanian untuk bahan bakar traktor, combine, dan pompa pada 2025 paling tidak membutuhkan 38,6 juta liter per tahun.

“Dan juga kondisinya riil petani di lapangan harus ada rekomendasi surat dari kepala desa. Maka perlu ada transisi,” kata dia.

Agung juga sepakat dengan Megantara elektrifikasi menjadi salah satu alternatif untuk memperkuat sektor pertanian dan juga bertujuan mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 mendatang. Pihaknya menilai saat ini alternatif energi pertanian dengan elektrifikasi cukup efisien.

Misalnya untuk pompa dengan menggunakan energi listrik membutuhkan Rp239 per meter kubik, ketika menggunakan energi surya membutuhkan Rp1.200 per meter kubik. Sementara dengan menggunakan energi fosil yaitu bensin jual lebih mahal sebesar Rp1.831 per meter kubik. Oleh sebab itu, Agung menilai elektrifikasi di pertanian perlu dilakukan dari hulu hingga hilir.

Webinar yang dipandu oleh Redaktur Pelaksana Solopos, Syifaul Arifin ini juga dihadiri oleh Direktur Konversi Energi Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Gigih Udi Atmo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya