SOLOPOS.COM - Ilustrasi jajan kuliner. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Meski belum menjadi penyumbang terbesar dalam pertumbuhan PDRB Kota Solo, akomodasi makanan dan minum (mamin) merupakan sektor terbesar jika dilihat dari sisi pertumbuhannya. Hal tersebut dinilai sebagai indikator bahwa Solo memiliki potensi pariwisata yang cukup besar.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo, Dwiyanto Cahyo Sumirat, Senin (18/3/2024) lalu, menyampaikan jika secara umum pertumbuhan ekonomi di Soloraya sekitar 5,41%. Angka tersebut berada di atas Jawa Tengah (4,98%) dan nasional (5,05%). Sedangkan khusus kota Solo ada di 5,57% atau lebih tinggi dari Soloraya, sekaligus Jateng dan nasional.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

“Tentu hal ini menjadi hal yang patut disyukuri,” kata dia.

Disebutkan jika Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita Kota Solo merupakan yang tertinggi di Soloraya. Untuk 2023, PDRB per kapita di Solo sekitar Rp114,8 juta. Sedangkan di kabupaten lain di Soloraya antara Rp35,15 juta-Rp49,88 juta.

Untuk pangsa PDRB di Soloraya, tertinggi ada di sektor industri pengolahan dengan 31,05%. Lalu diikuti perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 16,17%. Urutan ketika ada pertanian, kehutanan dan perikanan (12,20%) dan konstruksi (10,54%). Di luar itu ada jasa pendidikan (4,97%), informasi dan komunikasi (4,87%), penyediaan akomodasi dan makan minum (3,97) dan lain-lain (16,24%).

Kemudian untuk pangsa PDRB di Kota Solo, tertinggi ada di sektor konstruksi (27,16%). Kemudian urutan kedua dan ketika ada perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor (23,81%) dan informasi dan komunikasi (15,27%). Berikutnya ada industri pengolahan (9,24%), penyediaan akomodasi makan dan minum (7,03%), jasa pendidikan (5,57%), administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib (5,19% serta lain-lain (6,72%).

“Sektor industri pengolahan memiliki porsi yang besar dalam perekonomian Soloraya. Hal ini karena di Soloraya memiliki industri tekstil. Namun khusus Solo, porsi terbesar adalah sektor konstruksi. Diketahui, banyak proyek strategis di Solo,” jelas dia.

Sedangkan untuk sektor dengan jumlah pertumbuhan tertinggi di Solo, ternyata terjadi pada sektor penyedia akomodasi mamin. Meskipun sektor tersebut relatif kecil sekitar 3,97% dalam perekonomian Soloraya dan 7,03% di Solo, namun menurutnya pertumbuhannya sangat tinggi.

Disampaikan dari data BPS yang diolah, pada 2022 pertumbuhan secara year-on-year sektor penyedia akomodasi mamin mencapai 42,62%. Sedangkan industri pengolahan 5,72%, perdagangan 4,6%, informasi dan komunikasi 2,11% dan konstruksi 1,08%. Pada 2023, pertumbuhan sektor penyedia akomodasi mamin 11,6%, informasi dan komunikasi 11,15%, perdagangan 5,17%, industri pengolahan 2,87% dan konstruksi 1,38%.

“Pada 2022 untuk pertumbuhan tahunan ada di 42,62% dan di 2023 ada 11,6%. Mungkin ada pertanyaan kok anjloknya jauh? Kalau dihitung pertumbuhan tahunan di 2022 tentu bandingannya dengan 2021 sebab di 2021 masih ada PPKM, sehingga tidak banyak yang datang ke hotel maupun restoran, sehingga lonjakan di 2022 akan tinggi,” kata Dwiyanto. Kemudian di 2023 ternyata juga masih tumbuh namun tidak setinggi tahun sebelumnya.

Dijelaskan bahwa pertumbuhan pada penyedia akomodasi mamin tersebut menggambarkan ekonomi di Solo, dimana potensi wisatanya cukup besar. Diharapkan peningkatan di sektor tersebut akan mendorong sektor lainnya.

Sebelumnya Ketua BBadan Promosi Pariwisata daerah (BPPD) Kota Solo, Retno Wulandari, dalam suatu acara di Solo Februari 2024 lalu menyebutkan bahawa berdasarkan data 2023, jumlah kunjungan wisatawan di Solo mencapai 5.541.700 wisatawan. Jumlah itu naik lebih dari 100% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 2.530.805 wisatawan.

Hanya, ada beberapa hal yang menurutnya perlu menjadi kajian bersama, yakni terkait tingkat hunian kamar. Disebutkan bahwa Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Solo di 2022 sekitar 53,37% sedangkan di 2023 sekitar 53,44%. Dengan begitu tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan. Jika dilihat dari jumlah kunjungan yang meningkat, secara logika ada tamu yang berkunjung ke destinasi namun tidak semua menginap.

“Ini yang harus diakselerasi bersama bagaimana meningkatkan lama tinggal wisatawan. Kalau mengenai lama tinggal, ini juga harus dilihat, ada tidak yang dikerjakan wisatawan di malam hari, yang membuat mereka tidak beranjak, atau bisa tinggal lebih lama di Kota Solo,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya