SOLOPOS.COM - Ilustrasi yoga (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Soloraya disebut memiliki banyak potensi untuk mengembangkan wellness tourism. Namun hingga kini belum ada konsep pasti untuk memunculkan produk wellness tourism khas Solo yang dapat dijual ke masyarakat.

Sebuah video mengenai layanan detoksifikasi yang dibuka di wilayah Koh Samui, Thailand, menarik perhatian para pelaku pariwisata dan pelaku kesehatan yang hadir dalam Forum Komunikasi Pariwisata di Swiss-Bel Hotel Solo, Rabu (25/10/2023).

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Video menggambarkan masyarakat dari berbagai tempat yang datang ke Samui, dan menjalankan program detoks dengan ramuan herbal, untuk mengeluarkan racun dan sampah di dalam tubuh. Diawali dengan menampilkan orang-orang yang ada di sebuah lokasi serupa resor. Kemudian memperlihatkan aktivitas meminum ramuan, minum teh hingga melakukan spa, serta aktivitas lain mendukung proses detoksifikasi tersebut.

Proses berlanjut dengan mengumpulkan kotoran yang keluar dari dalam tubuh untuk kemudian diteliti untuk mengetahui penyakit apa yang ada di dalam tubuh masing-masing orang itu. Namun semua terlihat dijalankan dengan tetap memperhatikan kenyamanan dan kebersihan.

Video tersebut diputar saat Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Solo, Mirza Ananda, menyampaikan materi dalam forum itu. Acara dengan tema Menggaet Wisatawan Eksplore Wellness Tourism Kota Surakarta, tersebut tengah membahas mengenai potensi wellness tourism di Solo dan rencana ke depannya.

Menurut Mirza, Thailand kini merupakan salah satu negara yang juga tengah gencar mengembangkan wellness tourism, selain Penang, Malaysia, yang sudah lebih dulu sukses. Sebagai pelaku perjalanan wisata, Mirza menyampaikan sudah cukup banyak melayani klien dari Indonesia yang ingin datang ke Samui maupun Penang. Meskipun untuk jumlah klien yang ingin berkunjung ke Samui belum sebanyak yang ingin ke Penang, tapi dia melihat pasarnya sudah ada.

Untuk Penang, memang sudah lebih dulu mengembangkan medical tourism. Bahkan peminatnya juga sudah banyak dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Menurutnya ada beberapa alasan dari para klien tersebut yang mengaku memilih berobat ke Penang, salah satunya soal harga yang terjangkau.

Bahkan menurut pengakuan para klien yang dia layani, yang sudah melakukan survei kecil-kecilan sebelum memutuskan berangkat ke Penang, ternyata biaya berobat ke Penang lebih murah dibanding berobat di Indonesia. Meskipun masih harus ditambah biaya akomodasi dan transportasi.

Alasan lain adalah soal kemudahan pelayanan, di mana Penang masih bisa menerima hasil check up kesehatan dari Indonesia. Selain itu banyak maskapai yang melayani penerbangan ke tempat tersebut. Penggunaan bahasa Melayu yang masih serumpun dengan bahasa Indonesia juga dirasa sangat memudahkan tamu dari Indonesia dalam berkomunikasi.

Sedangkan dari sisi fasilitas kesehatan yang digunakan juga sudah menggunakan alat-alat modern dan terbaru. Di Penang juga banyak pilihan rumah sakit dan dokter serta hotel. Tidak kalah menarik adalah adanya wisata tambahan. Menurut informasi yang dia dapatkan, 250.000 orang indonesia berobat ke Penang setiap tahunnya.

Sebagai kota yang juga ingin menggarap potensi wellness tourism, Solo tentunya juga harus memiliki trobosan dan konsep matang.

“Apakah ini [konsep matang mengenai wellness tourism] bisa diterapkan di Solo? Kalau bisa tentu kami berterima kasih dan kami siap membantu dengan kemampuan kami untuk memasarkan,” kata Mirza.

Forum Komunikasi Pariwisata menjadi ajang yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo untuk membicarakan mengenai pengembangan pariwisata. Namun di hari itu, sengaja mendatangkan para pelaku wisata, perwakilan rumah sakit serta perwakilan pemerintah daerah yang menangani pariwisata di wilayah Soloraya.

Kolaborasi

Potensi Wellness Tourism potensial untuk terus dikembangkan dengan semangat kolaborasi.
Potensi Wellness Tourism potensial untuk terus dikembangkan dengan semangat kolaborasi.

Kepala Dinas Kesehatan Solo, Siti Wahyuningsih, saat membuka forum itu mengatakan jika Soloraya sebenarnya memiliki potensi untuk menggarap wellness tourism. Butuh kolaborasi dari semua pihak untuk bisa menarik orang untuk datang ke Solo dan sekitarnya. Bukan hanya kolaborasi antara pelaku wisata dan pelaku kesehatan, namun kolaborasi antar daerah, sebab menurutnya Solo tidak mungkin bekerja sendiri.

“Bagaimana medical, wellness di Solo dan sekitarnya bisa kita kembangkan, bagaimana bisa kita jual, bagaimana ini bisa ditawarkan. Sudah tumbuh, tapi mungkin belum optimal menjadi sesuatu yang saling menguatkan,” kata dia.

Saat ini Soloraya sudah memiliki potensi di bidang medical. Di sektor wisata, baik kuliner, wisata belanja, wisata alam, wisata budaya juga tersedia. Perhotelan juga bisa dikatakan melimpah. Solo juga memiliki sejumlah rumah sakit, baik rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus. Belum lagi sejumlah potensi yang berada di kabupaten-kabupaten di sekitar Solo. Namun perlu mengkombinasikan potensi-potensi tersebut. Dengan begitu segmen baru yang menginginkan tidak hanya bisa berobat, namun juga berekreasi dan berbelanja, bisa digarap.

Menurutnya, saat ini mungkin sudah banyak masyarakat dari luar daerah yang datang ke Solo untuk melakukan terapi kesehatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain. Namun bisa jadi waktu tunggunya lama. Untuk itu akan menarik ketika ada paket yang dikemas, sehingga bisa menawarkan sesuatu yang menarik selain berobat atau terapi kesehatan.

Meski saat ini sudah ada rumah sakit yang menangkap peluang itu, namun pelaksanaannya masih dikerjakan secara mandiri di rumah sakit tersebut. Seperti yang dilakukan Rumah Sakit Onkologi Solo. Sejak tiga bulan lalu, rumah sakit itu telah menawarkan tiga paket health tourism yang memadukan penanganan pasien dengan wisata.

Dimana selain bisa menjalani terapi kanker, pasien bisa diselingi dengan aktivitas lain seperti ke salon, jalan-jalan, gowes, hingga shopping. Hal itu disampaikan langsung oleh Direktur RS Onkologi Solo, drg. Bobet Evih Hedi I.R, MMR., dalam acara tersebut.

Beberapa peluang untuk memunculkan produk wellness tourism juga dia sampaikan, ,misalnya dengan menangkap fenomena yang terjadi di kalangan milenial atau generasi Z, yakni fenomena parasosial.  Saat ini banyak kalangan muda tersebut yang begitu menggandrungi artis-artis tertentu. Segmen entertainment tersebut menurutnya masih menjadi segmen yang belum tergarap.

“Misalnya saja event gathering penggemar artis tertentu, yang kemudian juga diselipi dengan tips-tips sehat dari artis tersebut,” kata dia.

Hanya, potensi wellness tourism di Solo belum ditangkap oleh masyarakat luas. Hal itu tercermin dari hasil riset Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Solo. Pengurus BPPD Solo, Pri Siswanto, menjelaskan, sekitar 2021 lalu BPPD Solo telah melakukan riset mengenai persepsi masyarakat terkait wellness tourism di Solo. Tujuannya adalah untuk membaca persepsi market wisatawan dari beberapa kota, terkait wellness tourism Kota Solo.

Dari hasil riset itu disampaikan bahwa kebanyakan persepsi wisatawan terhadap Solo masih lebih mengarah pada hal budaya dan kuliner. “Persepsi marketnya masih seperti itu. Maka kita harus menjawab situasi itu. Kira-kira dengan market seperti itu apa yang mau disiapkan dengan potensi yang dimiliki, dengan adaptasi keinginan market,” kata dia.

Dia mengapresiasi langkah Rumah Sakit Onkologi Solo yang telah menangkap peluang tersebut. Bahkan menurutnya paket yang ditawarkan sudah mempresentasikan potensi yang ada di Solo, dan bisa dijual. “Sudah Solo banget,” kata dia. Dia berharap upaya itu bisa diduplikasi atau dikembangkan lebih luas, dan diadaptasikan dengan keunggulan dari masing-masing rumah sakit.



Namun secara umum, menurutnya, Solo masih perlu pembahasan yang lebih mengerucut yang nantinya bisa merumuskan mengenai konsep-konsep wellness tourism yang akan ditawarkan. Kehadiran perwakilan dari pelaku kesehatan dan pelaku pariwisata dalam acara itu diharapkan bisa menemukan benang merah untuk memadukan potensi yang ada.

Usulan membuat tim khusus untuk mengkaji lebih terperinci mengenai wellness tourism khas Soloraya pun muncul di forum itu yang langsung disikapi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo, Aryo Widyandoko. Struktur kepengurusan langsung dibentuk dengan menunjuk Kepala Dinas Kesehatan Solo sebagai ketuanya. “Namun tim ini perlu kami SK-kan dulu,” jelasnya.

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya