SOLOPOS.COM - Ilustrasi impor. (Freepik).

Solopos.com, SOLO — Pengamat ekonomi dari Universitas Negeri Sebelas Maret Solo, Nurul Istiqomah mengatakan Indonesia menjadi negara tujuan utama masuknya barang-barang imitasi dari China, disusul Malaysia, Singapura, dan Filipina.

“Sesuai dengan determinan variabel yang berpengaruh terhadap permintaan, salah satunya jumlah penduduk. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang besar sehingga pembeli potensial barang-barang impor tersebut juga besar,” kata Nurul saat dihubungi Solopos.com, Selasa (25/7/2023).

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Nurul meneruskan China mulai menggeser Amerika Serikat sebagai negara sumber impor terbesar di Indonesia terutama untuk barang berkualitas tertentu, salah satunya barang imitasi tersebut.

Selanjutnya, menurut dia usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia menghadapi tantangan besar menghadapi masifnya impor barang imitasi dari China. Namun Nurul berpendapat UMKM Indonesia dapat memetakan produk dari China.

Ceruk pasar yang tidak dibuat oleh produsen China menjadi keuntungan utama UMKM Indonesia. Meski begitu Nurul menyadari perlu usaha sangat besar untuk melakukannya.

Sinergi diperlukan untuk mencegah masifnya produk imitasi China ke Indonesia, terutama dari pemerintah dan UMKM pelaku bisnis.

Dia menilai program yang dibuat pemerintah terbatas oleh regulasi dan dana, sehingga tidak mampu bergerak cepat untuk beradaptasi menghadapi perkembangan yang terjadi.

Nurul juga menjelaskan ada perbedaan kualitas antara produk lokal dengan impor dari China. Kualitas produk-produk impor China tidak sebanding dengan kualitas produk lokal meskipun harga lebih murah.

Nurul mengakui, strategi ini merupakan cara China meningkatkan nilai ekspornya dengan menyerang harga murah. Namun harga murah ini didapat dengan ongkos produksi terutama biaya tenaga kerja yang sangat murah.

Desainer lokal Tuty Adib mengakui gempuran produk impor China ke Indonesia memang masif, tetapi ada keunggulan yang membuat produk lokal menang.

“Kalau dari China itu mass product [produk massal] sehingga kualitasnya agak kurang. Sebenarnya pasarnya di Indonesia kecil karena masyarakat lebih menyukai produk fesyen dengan kualitas yang bagus dengan harga bersaing,” papar Tuty saat dihubungi Solopos.com, Rabu (26/7/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya