SOLOPOS.COM - ilustrasi kredit perbankan. (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA — Peneliti Senior CORE Indonesia Etika Karyani mengatakan pertumbuhan kredit perbankan belum akan signifikan pada tahun politik 2024 di tengah meningkatnya aktivitas konsumsi.

“Ketika tahun Pemilu, pertumbuhan kredit itu tidak terlalu meningkat. [Pemilu] tidak begitu pengaruh terhadap pertumbuhan kredit,” ujar Etika dalam Outlook Ekonomi Sektor- Sektor Strategis oleh CORE Indonesia di Jakarta, Selasa (23/1/2024) seperti dilansir Antaranews.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Sepanjang tahun 2023, Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit perbankan sebesar 10,38 persen year on year (yoy).

Ia melanjutkan sentimen dari mancanegara, sektor keuangan pada tahun ini akan menghadapi tantangan konflik geopolitik dan perubahan iklim (climate change).

Menurutnya, apabila bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed menurunkan tingkat suku bunga acuannya, maka Bank Indonesia akan mengikuti penurunan tersebut.

“Kalau The Fed menurunkan di kuartal I-2024, mungkin BI akan merubah kebijakannya. Tapi, juga ada lain yang perlu dipertimbangkan yaitu inflasi, inflasi harus 1,5 sampai 3,5 persen sesuai target,” ujar Etika.

Ketika suku bunga acuan turun, lanjutnya, tidak serta merta industri perbankan di Tanah Air menurunkan tingkat suku bunganya.

“Tapi perbankan tidak serta merta mengikuti, dia butuh waktu untuk menurunkan suku bunga, paling suku bunga perbankan baru turun di akhir 2024 atau 2025,” ujar Etika.

Dari sektor pasar modal, Ia memperkirakan terdapat potensi investor asing akan masuk ke dalam negeri apabila The Fed menurunkan tingkat suku bunga acuannya.

“Kalau investor asing tahun ini capital inflow masih tetap ada, dengan kondisi yang kondusif, mereka akan masuk.

Menurutnya, para pelaku pasar akan antusias berinvestasi ke obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN), karena dari sisi risiko yang lebih rendah dibandingkan saham.

“Ini pemerintah lagi banyak menerbitkan sukuk, kayaknya masyarakat juga antusias untuk masuk di obligasi negara karena dari sisi resiko lebih rendah,” ujar Etika.

Penyaluran Kredit Baru

Sementara itu hasil survei perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa penyaluran kredit baru pada triwulan IV-2023 terindikasi meningkat.

“Hal tersebut tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru sebesar 96,1 persen, lebih tinggi dibandingkan 95,4 persen pada triwulan sebelumnya,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono di Jakarta, Selasa.

Erwin menuturkan peningkatan tersebut terutama terjadi pada kredit investasi dan kredit modal kerja. Pada triwulan I-2024, penyaluran kredit baru diperkirakan melambat dengan SBT prakiraan penyaluran kredit baru sebesar 44,6 persen.

Standar penyaluran kredit pada triwulan IV-2023 sedikit lebih ketat dibandingkan periode sebelumnya. Hal itu terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) positif sebesar 0,3 persen.

Kebijakan penyaluran kredit diproyeksikan lebih ketat, antara lain pada aspek agunan, plafon kredit, dan persyaratan administrasi. Di sisi lain, suku bunga kredit dan biaya persetujuan kredit diperkirakan tetap longgar.

Hasil survei menunjukkan responden tetap optimistis terhadap pertumbuhan kredit ke depan. Responden memperkirakan pertumbuhan kredit untuk keseluruhan tahun 2024 sebesar 10,8 persen secara year on year (yoy).

Optimisme tersebut antara lain didorong oleh prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan serta relatif terjaganya risiko penyaluran kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya