SOLOPOS.COM - Co-Founder dan CEO Eratani Andrew Soeherman. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO–Selama ini petani Indonesia identik dengan praktik yang konvensional, tradisional, dan jauh dari modernisasi apalagi dunia digital. Andrew Soeherman berupaya menghapus stigma itu.

Keyakinan itu ada dasarnya. Temuan salah satu perusahaan agri-tech, Eratani, menunjukkan 50%-60% petani telah mempunyai telepon pintar meski sebagian dari mereka berusia 50-an tahun. Penetrasi gawai di masyarakat sudah luas, termasuk para petani yang kerap dianggap tradisional.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Mereka juga telah akrab dengan media sosial. Para petani bukannya tidak mengenal dunia digital, melainkan belum mengetahui bagaimana cara memanfaatkan teknologi agar bermanfaat bagi keberlanjutan pertanian mereka.

Kondisi itu membuat Andrew Soeherman selaku Co-Founder dan CEO Eratani semakin percaya diri menuju ekosistem digital bagi sektor pertanian. Dia berupaya menghadirkan super apps yang bisa membuat para petani naik kelas.

“Satu atau dua tahun ke depan super apps kita inilah yang akan menjadi pendobrak dan menjawab masalah pertanian,” kata Andrew saat berbincang melalui telekonferensi Zoom, Senin (5/2/2024) pagi.

Namun, untuk mengembangkan super apps, Andrew mengaku harus memikirkan dua langkah ke belakang sebelum melompat tiga langkah ke depan. Artinya, perlu persiapan serius membuatnya.

Konsep super apps tersebut, kata dia, tidak bisa langsung diimplementasikan. Untuk merealisasikannya, Eratani terus mendata pelanggan secara digital.

Bagi Andrew, pendataan merupakan bagian dari riset adalah kunci dalam pengembangan ekosistem digital. Perlu akurasi dan kesesuaian data agar misi dan tujuan tercapai maksimal.

Ada beberapa hal yang ditawarkan Eratani bagi petani Indonesia. Tawaran itu antara lain kemudahan akses finansial, pengadaan sarana pertanian, edukasi pertanian, dan akses distribusi hasil panen.

Empat hal itu diharapkan mampu menjawab persoalan utama petani Indonesia seperti kesulitan akses permodalan, kurangnya kemampuan mengelola keuangan, dan belum jelasnya nasib pascapanen.

andrew soekerman eratani
Andrew Soeherman (tengah, berbaju putih lengan panjang) bersama tim Eraforce. (Istimewa)

Sebagai aggregator, Eratani menjadi jembatan antara petani dengan institusi keuangan untuk bisa mendapatkan permodalan. Sebab, selama ini profil petani Indonesia belum dianggap bankable alias layak menerima kredit bank.

Untuk memastikan pengelolaan modal sesuai dan menjaga produktivitas hasil panen, Eratani juga mengedukasi dan mendampingi petani. Misalnya dengan memerinci anggaran dari praproduksi hingga memastikan hasil panen petani bisa terjual.

Dengan demikian akan terbentuk siklus produksi yang sehat dan menjanjikan. “Sehingga missed management ini terhindarkan,” kata Andrew.

Tiga Pilar Utama Eratani

Dalam menjalankan misi itu, Eratani mempunyai tiga pilar utama. Pertama, agri management, yaitu memastikan petani mendapatkan pendanaan dari pihak pemberi pinjaman.

Tak berhenti sampai situ, Eratani membantu manajerial keuangan petani, salah satunya menjadikan sarana produksi pertanian sebagai modal. Ini termasuk pemberian asuransi dan pendampingan dari agronom.

Pilar kedua adalah agri input, yaitu mewadahi toko tani, kelompok tani, supplier, dan pembeli. Eratani bekerja sama dengan kios tani yang berdekatan dengan area lahan petani.

Selain untuk memudahkan akses bagi petani, bekerja sama dengan kios-kios tani juga menjadi wujud komitmen mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Pilar ketiga adalah agri output. Saat ini Eratani masih fokus pada komoditas padi sehingga outputnya diwujudkan dalam bentuk jaminan hasil panen.

“Ketika kita ambil gabah mau ke mana? Pabrik penggilingan. Mereka juga bisa menjadi suporter kita di dalam memberikan [pelayanan] petani Eratani,” kata dia.

Eratani terus berkomitmen dalam mengembangkan pertanian Indonesia. Bagi Andrew, masalah ketahanan pangan termasuk kesejahteraan petani padi adalah tugas bersama. Untuk, Eratani merasa beruntung bisa menjadi perpanjangan tangan pemerintah dalam menjaga stabilitas pangan pokok.

Bagi Andrew, penyelesaian masalah pertanian harus diawali dari satu komoditas, bukan langsung mencakup berbagai macam komoditas sekaligus. Eratani sejak berdiri tiga tahun lalu masih berfokus pada komoditas padi.

“Tetapi kita sudah mulai belajar di komoditas kedua dan ketiga,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya