SOLOPOS.COM - Salah satu momen pernikahan yang ditangani oleh Mahadewi Moment Wedding Organizer Solo. (Istimewa/dok. Dewi).

Solopos.com, SOLOBisnis wedding organizer disebut cukup prospektif bagi generasi milenial maupun Z di tengah surutnya budaya gotong-royong dan kesibukan masyarakat di kota besar saat ini.

Owner Mahadewi Moments Wedding Organizer Solo, Dewi merintis bisnis wedding organizer sejak tiga tahun lalu dan menilai sampai hari ini  masih dianggap potensial.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Menurutnya prospek bisnis wedding organizer semakin cerah mengingat tren jasa weedding organizer yang makin dibutuhkan di kota besar.

Dewi menangani klien terbanyak dari Kota Solo dan sekitarnya. Namun ia mengaku pernah menangani klien hingga Semarang.

“Yang mana tren gotong royong atau bantuan dari keluarga dan tetangga sudah semakin sulit didapatkan mengingat kesibukan masing-masing,” ujar Dewi saat dihubungi Solopos.com pada Senin (12/6/2023).

Lebih lanjut Dewi menjelaskan dalam setahun hanya dua bulan yang sepi klien, yaitu pada Ramadan dan Sura. Ia mengaku belum mampu menangani beberapa wedding dalam satu waktu, jadi masih fokus satu hari untuk satu klien.

Dalam sebulan ia biasanya menangani empat hingga delapan momen pernikahan. Rata-rata peminat wedding organizer adalah orang tua mempelai atau calon pengantin itu sendiri.

Ada beberapa alasan mereka menggunakan jasa wedding organizer menurut Dewi, salah satunya persiapan pernikahan jadi lebih matang. Kemudian lebih hemat tenaga, lebih efisien waktu, acara lebih terkonsep, terorganisir, rapi, dan tepat waktu.

“Selain itu budget atau pendanaan lebih terukur atau terkontrol. Bisa mengurangi beban pikiran dan kebingungan dan mendapatkan hasil yang terbaik dan vendor,” kata dia.

Jumlah orang dalam satu tim wedding organizer biasanya tergantung pada kebutuhan spesifikasi tugas dan tamu undang. Rata-rata untuk menangani satu momen pernikahan membutuhkan enam hingga sepuluh personel wedding organizer.

“Cara kerja wedding organizer adalah mencari vendor-vendor pendukung acara yang terbaik sesuai dengan kosnep dan pendanaan,” papar Dewi.

Mulai dari menyusun kepanitiaan, menyusun rundown step by step acara dan durasi waktu.

Kemudian melakukan koordinasi semua rangkaian acara, mengatur dan menangani seluruh rangkaian acara dan tidak lupa memberikan pelayanan terbaik dengan kecepatan dan ketepatan waktu.

“Keramahan dari hati yang tulus dan kesungguhan dalam kesuksesan atau keberhasilan dalam suatu resepsi suatu pernikahan,” terang Dewi.

Saat ini ia belum mempunyai kantor untuk bisnis ini, walaupun menurutnya kantor cukup dibutuhkan untuk pertemuan dan konsultasi dengan klien.

Ketika mempunyai kantor akan membutuhkan pegawai tetap dan cost operasional yang jauh lebih tinggi. Ia biasanya melayani konsultasi klien di rumah, kafe, restoran ataupun melalui Whatsapp sesuai keinginan klien.

Ia gencar mempromosikan jasanya melalui media sosial, misalnya Instagram, Tiktok, dan Whatsapp. Namun mayoritas kliennya mendapatkan rekomendasi dari rekan.

Menurut Dewi saat ini persaingan bisnis wedding organizer cukup berat. Baik dari segi harga ataupun servis. Ia mengaku terus meningkatkan pelayanan agar pelanggannya puas yang menurutnya sulit diukur dengan harga.

“Untuk Mahadewi kami tidak ikut merusak harga pasar, karena bagi kami pelayanan itu kepuasan pelanggan yang sulit diukur dengan harga. Jadi terus meningkatkan kualitas pelayanan dan ilmu. Namanya melayani banyak orang dari berbagai kalangan dan status jadi modalnya ketulusan, kejujuran, disertai ilmu dan pengalaman puluhan tahun di dunia wedding,” pungkas Dewi.

Hasil Survei

Tingginya minat warga pada wedding organizer didukung survei yang dilakukan oleh perusahaan penyedia layanan consumer insights, Populix.

Berdasarkan rilis yang dikirim kepada Solopos.com, Senin (12/6/2023), dari 1.087 responden, mayoritas gen-Z dan generasi milenial ingin menggunakan jasa wedding organizer jika biaya yang diperlukan sesuai dengan anggaran pernikahan yang telah dipersiapkan.

Mereka biasanya mendapat rekomendasi pilihan wedding organizer melalui media sosial, teman atau keluarga, situs pernikahan atau aplikasi, wedding fair, dan rekomendasi dari influencer.

Dalam survei tersebut dijelaskan alasan mereka memilih menggunakan jasa wedding organizer salah satunya karena harga yang ditawarkan. Alasan lain yakni dilihat dari pengalaman vendor, paket wedding yang ditawarkan, dan lain-lain.

Sementara itu responden yang tidak mempertimbangkan menggunakan jasa ini karena merasa tidak memerlukan jasa ini, anggaran pernikahan terbatas, dan merasa bisa melangsungkan pernikahan tanpa bantuan wedding organizer.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya