Bisnis
Minggu, 29 Oktober 2023 - 09:11 WIB

BEI Prediksi IPO 2023 Capai 101 Emiten, 11 Aset Jumbo Masih Antre

Rizqi Rajendra  /  Newswire  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, belum lama ini. (Bisnis/Himawan L Nugraha)

Solopos.com, JAKARTA Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut tren pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) perusahaan pada tahun 2023 masih bergairah dan berpotensi menembus 101 emiten hingga akhir tahun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan, berdasarkan data pipeline BEI, terdapat 28 calon emiten yang masih antre untuk IPO hingga akhir tahun ini. Sebanyak 11 calon emiten di antaranya memiliki aset jumbo di atas Rp250 miliar.

Advertisement

Berikutnya, calon emiten dengan aset skala menengah antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar mendominasi dengan jumlah 16 perusahaan. Kemudian diikuti 1 perusahaan skala kecil dengan aset di bawah Rp50 miliar.

Artinya, dengan antrean tersebut, pencatatan emiten baru pada 2023 berpotensi mencapai 101 perusahaan tercatat, jika 28 perusahaan tersebut melakukan IPO tahun ini. Ditinjau berdasarkan sektornya, perusahaan dari sektor consumer cyclicals mendominasi dengan total 5 perusahaan.

Advertisement

Artinya, dengan antrean tersebut, pencatatan emiten baru pada 2023 berpotensi mencapai 101 perusahaan tercatat, jika 28 perusahaan tersebut melakukan IPO tahun ini. Ditinjau berdasarkan sektornya, perusahaan dari sektor consumer cyclicals mendominasi dengan total 5 perusahaan.

Disusul perusahaan dari sektor basic materials, industrial, infrastruktur, dan consumer non-cyclicals masing-masing sebanyak 4 perusahaan. Selanjutnya ada sektor energi dan teknologi masing-masing sebanyak 3 perusahaan. Diikuti sektor healthcare sebanyak 1 perusahaan.

Hingga 27 Oktober 2023 telah tercatat 73 emiten yang melantai di BEI dengan dana yang dihimpun sebesar Rp53,1 triliun. Tak hanya itu, dari pipeline obligasi sejauh ini BEI mencatat penerbitan 97 emisi dari 56 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp108,9 triliun.

Advertisement

Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (27/10/2023) sore ditutup naik mengikuti penguatan bursa saham kawasan Asia.

IHSG akhir pekan ditutup menguat 44,27 poin atau 0,66 persen ke posisi 6.758,79. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 3,60 poin atau 0,41 persen ke posisi 892,91.

“Indeks saham di Asia sore ini di tutup menguat dengan indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,9 persen, setelah kemarin terpuruk di level terendahnya dalam 11 bulan,” sebut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia dalam kajiannya di Jakarta, Jumat, seperti dilansir Antara.

Advertisement

Dari mancanegara, laporan keuangan dari Amazon dan Intel yang dirilis setelah pasar saham di Amerika Serikat (AS) tutup memberikan harapan bahwa indeks saham utama di Wall Street pada akhir pekan ini akan berusaha rebound di bawah bayangan konflik Timur Tengah.

Dari sisi makro ekonomi, meskipun perhitungan awal Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2023 AS memperlihatkan bahwa ekonomi AS menikmati laju pertumbuhan ekonomi tercepat sejak kuartal IV-2021, para pengamat ekonomi meyakini pertumbuhan ekonomi AS sudah mencapai puncaknya dan tahun depan akan mengalami perlambatan.

Fokus perhatian investor sekarang tertuju pada rilis data inflasi inti AS nanti malam, yang mungkin akan memperlihatkan bahwa tekanan inflasi semakin mereda.

Advertisement

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, delapan sektor meningkat yaitu dipimpin sektor infrastruktur sebesar 3,01 persen, diikuti sektor energi dan sektor kesehatan masing-masing naik sebesar 1,43 persen dan 1,13 persen.

Sedangkan tiga sektor turun yaitu sektor properti turun paling dalam yaitu minus 0,45 persen, diikuti sektor industri dan sektor teknologi yang masing-masing minus 0,37 persen dan minus 0,07 persen.

Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu ASMI, GJTL, CUAN, GTBO, dan STRK. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni DYAN, DMMX, BOBA, AMAN dan PCAR.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.152.118 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 18,38 miliar lembar saham senilai Rp8,68 triliun. Sebanyak 279 saham naik, 243 saham menurun, dan 235 tidak bergerak nilainya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif