SOLOPOS.COM - Suasana Kedai Wilis Coffee & Thai Tea, Desa Tuban Kidul, Kel. Tuban, Kec. Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Senin (9/10/2023) malam. (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati).

Solopos.com, SOLO — Bisnis coffee shop kini sudah mulai menjamur di berbagai daerah Soloraya, mulai dari pusat kota hingga perdesaan.

Fenomena ini cukup unik sebab pada mulanya ekonomi di desa digerakan oleh sektor agraris atau pertanian.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Hal ini juga ditangkap oleh akademisi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS Solo, Nurul Istiqomah yang menyebut memang struktur perekonomian di desa bergantung pada pertanian.

“Tapi pertanian itu hanya ditekuni oleh penduduk desa yang usianya sudah tua,” kata dia kepada Solopos.com, Selasa (10/10/2023).

Dia menyebut saat ini masyarakat di desa sudah menangkap peluang bisnis lain, termasuk coffee shop. Maka menurutnya struktur perekonomian di desa tidak hanya bergantung pada sektor pertanian.

“Anak-anak muda itu untuk bekerja di sektor pedesaan [sebagai petani] sudah tidak mau, jadi mereka beralih menjadi wirausaha, misalnya dengan mendirikan coffee shop di desa. Tetapi modal dan margin laba mungkin lebih rendah jika dibandingkan dengan di kota,” kata dia.

Selain itu pengaruh sosial media juga cukup menentukan. Menurutnya melalui sosial media, anak-anak muda di desa sudah mulai memperhatikan gaya hidup orang kota, termasuk kebiasaan nongkrong di coffee shop.

“Dan itu ditangkap oleh pengusaha lokal yang ada di desa,” kata dia.

Sedangkan, Akademisi Sosiologi FISIP UNS, Siti Zunariyah menyebut sebenarnya sudah tidak ada lagi dikotomi desa dan kota sejak sosial media hadir. Dia mengatakan sosial media meleburkan batas itu.

“Karena sebenarnya era revolusi 4.0 itu kan kehidupannya sudah mengglobal, sudah melintasi ruang dan waktu, sudah dipotong oleh kehadiran teknologi,” kata dia.

Maka perilaku masyarakat saat ini tidak murni dipengaruhi oleh tempat di mana dia lahir dan besar. Melainkan sudah banyak dipengaruhi oleh teknologi dalam hal ini adalah kehadiran media sosial.

Menurutnya perilaku maupun gaya hidup orang yang tinggal di kota maupun di desa, bisa saja sama lantaran kehadiran media sosial tersebut.

“Sehingga ketika dibangun kafe di desa, itu ya saya kira bagian dari budaya populer hari ini dengan menongkrong dan sebagainya,” kata dia.

Menurutnya budaya nongkrong di kafe juga merupakan bagian dari eksistensi diri untuk tampil lebih di masyarakat.

“Makanya sekarang itu punya fungsi sosial juga. Jadi kalau aku makan di coffee shop itu tidak lagi aku makan maka aku kenyang, tapi terkait dengan posisi sosial,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya