SOLOPOS.COM - Seorang barista menyiapkan kopi untuk pelanggan di Kedai Wilis Coffee & Thai Tea, Desa Tuban Kidul, Kel. Tuban, Kec. Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Senin (9/10/2023) malam. (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO — Tren coffee shop yang menjamur di perkotaan kini sudah mulai masuk desa. Desa yang biasanya identik dengan ekonomi berbasis agraris kini juga digerakan oleh sektor lain, salah satunya adalah coffee shop.

Solopos.com menyambangi salah satu coffee shop di desa Tuban Kidul, Kel. Tuban, Kec. Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Namanya adalah Kedai Wilis Coffee & Thai Tea.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Meski berlokasi di tengah desa, lokasi coffee shop ini tidak terlalu sulit dijangkau lantaran berdekatan dengan jalan raya Solo-Purwodadi km 12. Walau berlokasi di desa, coffee shop ini cukup ramai pengunjung. Pada akhir pekan, pengunjung lebih ramai. Adanya hiburan live music membuat pengunjung lebih ramai.

Bangunan Kedai Wilis dikonsep cukup sederhana dengan sentuhan atau gaya arsitektur industrial namun minimalis. Tersedia bangku dan meja besar, diperuntukan bagi pengunjung yang datang rombongan. Ada juga meja yang lebih kecil untuk yang datang sendiri atau berpasangan. Tempatnya yang terbuka membuat Kedai Wilis lebih nyaman dinikmati kala malam. 

Pemilik Kedai Wilis, Muhammad Rian Lutfi, menyebut dirinya sudah mendirikan usaha kopi itu sejak 2018. Dia bercerita awalnya hanya jualan Thai Tea dengan gerobak kecil di dekat rumahnya di Desa Tuban.

Hasil keuntungan dari jualan Thai Tea digunakan untuk membeli mesin coffee pertamanya. Rian bercerita mesin kopi pertama yang dibeli merek Wingkin berukuran kecil buatan China. “Kita enggak bisa beli yang mahal-mahal,” kata dia.

Pada 2018, coffee shop sudah mulai menjamur di Kota Solo, namun belum sampai ke desa-desa. Kedai Wilis merupakan coffee shop pertama yang dibuka di daerah itu. “Waktu itu kopi Arabika belum banyak yang tahu to, tahunnya paling kopi hitam biasa yang ada di angkringan,” kata dia ketika berbincang dengan Solopos.com di Kedai Wilis, Senin (9/10/2023) malam.

Minimnya pengetahuan jenis kopi di kalangan orang desa, membuatnya tergerak untuk membuat coffee shop kecil-kecilan di pinggir Jl Raya Solo-Purwodadi km 12. Waktu itu, dirinya masih menyewa ruko dan belum bertempat di aset miliknya sendiri.

“Kita itu sebenarnya mau mengenalkan juga di desa, mosok neng ndeso ora ngerti kopi. Awalnya gitu sih, iseng-iseng dulu itu,” kata dia.

Upaya Mengenalkan Kopi di Desa

Ternyata tidak mudah memperkenalkan kopi ke orang desa. Pada awal mula berdiri, orang-orang sekitar tidak terlalu tertarik. Sebab budaya nongkrong dan kumpul lebih identik dengan angkringan ketimbang coffee shop. 

“Kalau kopi masih aneh ya, di sini dikasih kopi Arabika kan belum banyak yang tahu, ya sekalian ngasih edukasi. Kita promosi sekalian edukasi,” kata dia.

Edukasi itu juga dalam bentuk menyajikan kopi dengan cara manual brew tanpa mesin espresso. Cara ini digunakan agar rasa kopi lebih terasa. Sebab kopi dari masing-masing daerah di Indonesia, memiliki karakter yang berbeda. “Kita jualan single origins supaya mereka tahu kalau kopi yang beda asal maka rasanya juga bakal beda,” kata dia. 

Misi memperkenalkan itu cukup berhasil sebab banyak yang akhirnya mau mencoba cita rasa kopi Nusantara yang dia jual. “Ada dari desa sini yang mau coba dan akhirnya jadi sering datang ke sini, lumayan banyak dan nyobain single origin, sih,” kata dia.

Single origin yang dia sediakan seperti kopi Gayo dari Aceh, kopi Toraja dari Sulawesi Selatan, sampai kopi Mandailing dari Sumatra Utara. Lalu pada 2020, dirinya memutuskan untuk pindah tempat. Masa-masa pandemi membuatnya harus tutup hampir tiga bulan. Selama itu pula dia menyiapkan tempat baru di Desa Tuban Lor yang merupakan aset miliknya sendiri. “Tengah-tengah pandemi itu kita pindah ke sini [tempat baru],” kata dia.

Dijual Murah

Harga kopi yang ditawarkan tidak semahal di Kota Solo. Jika rata-rata kopi di Solo sudah dibanderol dengan harga Rp25.000 sampai Rp40.000 per cup. Di Kedai Wilis, kopi espresso dijual mulaiRp8.000, Americano dijual Rp10.000, Affogato Rp14.000, sedangkan Cappucino dan Coffee Latte Rp15.000.

Lalu harga untuk kopi manual brew juga bervariasi. Mulai dari tubruk dan Vietnam drip dibanderol Rp12.000, V60 dijual dengan harga Rp14.000, dan Aeropress Rp16.000. Terdapat juga varian non-kopi seperti susu, teh, mojito, squash dan soda.

“Iya karena kita jualan kan lokasinya juga di desa, yang penting orang bayarnya seneng, kita juga senang. Ya tetep untung, mosok orang jualan rugi,” kata dia.

Dia mengatakan sejak awal berdiri memang sengaja memberikan harga yang murah. Bahkan, dia mengatakan sempat menjual kopi manual brew hanya Rp8.000 dan espresso Rp7.000, ketika yang lain menjual di atas Rp15.000. 

Tujuannya tentu agar orang-orang di desa sekitar mau mencoba kopi single origin khas dari berbagai daerah di Indonesia itu. Hal itu membuahkan hasil, kini usahanya memperkenalkan kopi di desa cukup manjur. Sebab rata-rata omzet per hari di Kedai Wilis sudah mencapai Rp2.000.000. 

“Ya alhamdulilah masih bertahan lah sampai sekarang. Sampai cah SMP [orang desa setempat] mau datang, anak SD mau datang, kan berarti sudah oke lah,” kata dia.

Adib misalkan, warga Desa Jeron, Nogosari, yang tidak jauh dari lokasi Kedai Wilis cukup sering datang berkunjung. Alasannya, lantaran dekat dengan rumah dan harga juga murah.

“Dengan harga yang cukup murah ya dari kopi lain, tapi rasanya tetap enak. Mungkin karena dari pihak yang punya masih jaga kualitas ya,” kata dia kepada Solopos.com, Senin.



Kedai Wilis yang kini sudah mempekerjakan enam karyawan dan dua diantaranya merupakan warga setempat itu berusaha terus dikembangkan. Kedai Wilis setidaknya menjadi pelopor, sebelumnya akhirnya muncul beberapa usaha coffee shop di daerah itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya