SOLOPOS.COM - Ilustrasi THR(Freepik).

Solopos.com, SOLO — Menjelang Idulfitri banyak orang yang menantikan uang tunjangan hari raya (THR). Biasanya tambahan pendapatan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan Lebaran.

Sejalan dengan bertambahnya pendapatan, maka muncul keinginan untuk menggunakan uang THR. Oleh sebab itu, perlu ada perencanaan uang THR agar tidak habis sia-sia.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

CEO & Founder Oneshildt, Budi Raharjo, menguraikan empat langkah yang bisa dilakukan untuk mengatur perencanaan alokasi uang THR. Budi menguraikan dalam setahun biasanya pengeluaran keluarga cenderung relatif sama setiap bulannya.

Kecuali, untuk bulan tertentu pengeluaran keluarga dapat membengkak akibat pengeluaran tahunan. Seperti pengeluaran untuk liburan, pembayaran uang kuliah, ataupun pemenuhan kewajiban perpajakan.

“Seperti pajak penghasilan dan juga pajak tahunan aset seperti pajak rumah dan kendaraan serta yang tidak kalah besar adalah pengeluaran saat hari raya. Biasanya untuk pengeluaran hari raya ini pekerja memanfaatkan uang THR yang diberikan satu tahun sekali. Nah, bagaimana caranya agar pengeluaran hari raya baik mulai saat memasuki Ramadan dan Idulfitri kita tetap dapat menabung dan tidak berlebihan?” terang Budi saat dihubungi Solopos.com, Selasa (26/3/2024).

Certified Financial Planner ini menyebut langkah pertama dalam perencanaan uang THR adalah dengan memprediksi pola pengeluaran. Menurut Budi biasanya kita sudah mengenali pola pengeluaran rutin bulanan, baik untuk utilitas rumah, misalnya listrik, air, gas, dan internet.

Ada juga pengeluaran untuk cicilan, biaya transportasi, belanja rutin bulanan, pengeluaran anak, dan sebagainya.

Namun pada saat Ramadan dan Lebaran, perlu untuk memasukkan komponen pengeluaran lain, yaitu anggaran khusus Ramadan dan Lebaran. Misalnya biaya mudik, yang termasuk biaya transportasi, biaya akomodasi, biaya uang saku untuk mudik, serta angpau Lebaran.

“Kemudian belanja kebutuhan hari raya untuk membeli baju baru untuk keluarga serta biasanya budaya memberikan amplop lebaran untuk keponakan yang menjadikan biaya hari raya membengkak. Ditambah lagi apabila ada biaya memberikan THR bagi ART serta untuk para pekerja di lingkungan RT,” tambah Budi.

Karena banyaknya komponen pengeluaran tersebut, maka perlu disusun anggaran agar pengeluaran dapat terkendali. Menurut Budi, mungkin saja ada pos pengeluaran yang mengalami penurunan, seperti biaya makan di luar atau di tempat kerja. Akan tetapi, biasanya pengeluaran lain juga meningkat yaitu untuk infak, zakat, dan sedekah.

Setelah memprediksi pola pengeluaran, langkah kedua untuk mengatur uang THR adalah mengidentifikasi sumber pendapatan. Bagi karyawan, momen Lebaran menjadi waktu yang ditunggu karena akan mendapatkan THR.

Sumber pendapatan ini, sambung Budi, mirip seperti bonus tahunan. Sumber pendapatan ini yaitu uang THR dapat digunakan untuk mengkaver pengeluaran Ramadan dan Lebaran yang membengkak. Bagi orang yang memiliki penghasilan tidak tetap, maka harus melakukan cek ulang sumber pendapatan.

“Apakah pendapatan saat Ramadan dan setelah hari raya mengalami fluktuasi atau tidak? Apabila mengalami fluktuasi, maka hal ini perlu diantisipasi. apabila memang pola pendapatan saat hari raya mengalami peningkatan, maka hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena berarti kenaikan pengeluaran dapat diantisipasi dengan kenaikan hasil usaha,” kata dia.

Namun, ketika terjadi pola penurunan pendapatan saat hari raya ataupun setelahnya, maka sebaiknya pemilik pendapatan tidak tetap harus bersiap. Bagi pemilik pendapatan tidak tetap seperti freelancer dan pengusaha, ketika pendapatan dan bisnis di bulan sebelumnya meningkat, bisa disisihkan sebagian keuntungan untuk menutupi pengeluaran besar saat hari raya.

Tetap Bisa Menabung

Langkah ketiga untuk mengatur uang THR adalah optimalisasi. Budi menjelaskan setelah seseorang mengetahui pengeluaran dan pendapatan saat hari raya, maka perlu menyusun anggaran agar tidak membuat kantong jebol dan bisa tetap menabung.

“Optimalkan pengeluaran dengan berbagai cara penghematan dan penyusunan prioritas. Dan menjadilah realistis. Apabila memang pendapatan saat hari raya tidak memungkinkan untuk memenuhi seluruh pengeluaran hari raya, maka perlu dilakukan langkah prioritas serta penghematan. Misal memanfaatkan berbagai diskon, promo, kupon dan poin,” ujar Budi.

Apabila tidak bisa memanfaatkan hal tersebut, menurut Budi bukan tidak mungkin untuk melakukan langkah penghematan. Yaitu, dengan menghapus beberapa pengeluaran yang kurang prioritas. Cara lainnya adalah dengan menambah pendapatan dengan memanfaatkan momen Lebaran untuk menciptakan bisnis musiman.

“Setelah itu semua dilakukan dan kita telah memperoleh gambaran strategi paling pas untuk keuangan saat Lebaran maka kita bisa mengamankan dana rutin tabungan yang biasanya kita lakukan. Segera transfer dana tabungan ke rekening terpisah sebelum dibelanjakan agar lebih mudah mengendalikan keuangan kita,” kata dia.

Dengan empat langkah sederhana yang menurut Budi bisa dilakukan. Namun, perlu juga dipastikan untuk menyisihkan sebagian pendapatan rutin untuk berjaga-jaga ketika ada pengeluaran yang tidak bisa diprediksi.

“Hati-hati apabila harus menutupi pengeluaran hari raya dengan utang konsumtif. Jangan sampai pengeluaran hari raya menjadi beban pengeluaran di bulan-bulan berikutnya dengan membayar cicilan plus bunganya,” tegasnya.

Budi menguraikan memang tidak ada persentase alokasi atau rumus khusus uang THR misalnya untuk angpau Lebaran, karena kebutuhan setiap keluarga berbeda-beda. Jadi hal ini bisa dikembalikan ataupun disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan individu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya