Bisnis
Kamis, 13 Juni 2024 - 20:50 WIB

100 UMKM di Soloraya Terpilih Jadi Binaan BI Solo, Ini 5 Kategorinya

Galih Aprilia Wibowo  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Kantor Perwakilan BI Solo, Dwiyanto Cahyo Sumirat (berkacamata) akan mengalungkan wastra kepada pelaku UMKM binaan BI Solo, di Novotel Solo, Kamis (13/6/2024). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SOLO–Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Solo meluncurkan program pembinaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bertajuk Onboarding UMKM Soloraya 2024 Digitalisasi UMKM Solo UMKM Tambah Jago Lan Raharjo, di Novotel Solo, Kamis (13/6/2024).

Sejak 2019, KPw BI Solo telah menyelenggarakan seleksi UMKM Binaan BI Solo dengan satu kategori yaitu UMKM Digital. Pada tahun 2024 terdapat empat penambahan kategori baru yaitu UMKM Hijau, UMKM Industri Kreatif Syariah (Ikra), UMKM Potensi Ekspor, dan UMKM Wirausaha Muda.

Advertisement

Kepala KPw BI Solo, Dwiyanto Cahyo Sumirat, menjelaskan sebelumnya ada 396 UMKM dari Soloraya yang mendaftar, namun hanya 100 UMKM yang terpilih untuk mengikuti program ini.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mendaftar program ini, di antaranya usaha yang dilakukan sudah lebih dari setahun. Kedua, UMKM tersebut harus siap untuk ditampi;kan di pameran-pameran.

Advertisement

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mendaftar program ini, di antaranya usaha yang dilakukan sudah lebih dari setahun. Kedua, UMKM tersebut harus siap untuk ditampi;kan di pameran-pameran.

UMKM yang tergabung juga telah melek digitalisasi di pasar daring, serta minimal omzet yang diperoleh minimal Rp60 juta setahun.

“Kali ini UMKM yang sudah terseleksi ini bisa ada kapasitas building, peningkatan kemampuan, peningkatan dari sisi tata kelola, dan bagaimana membuat laporan keuangan yang baik,” terang Dwiyanto kepada awak media, Kamis.

Advertisement

“Kami berikan pembekalan dua hari ini, misalnya metode go green [ramah lingkungan], karena salah satu posisi tawar adalah aspek green economy,” jelasnya.

“Bagaimana proses produksinya itu menggunakan bahan yang tidak merusak lingkungan, kemudian limbahnya juga tidak mengganggu lingkungan, dan bagaimana UMKM yang siap ekspor betul-betul dibekali dengan pengetahuan, kira-kira kalau mau masuk di pasar negara tertentu, apa saja preferensi marketnya? Itu juga ada masukan dari agregator,” tambah dia.

Untuk UMKM yang telah ekspor, pihaknya berharap bisa melakukan pendampingan agar bisa ekspansi lebih pesat lagi. Oleh sebab itu, harus ada peningkatan kapasitas produksi, modal perbankan yang harusnya lebih mudah diakses untuk UMKM.

Advertisement

Dia juga menekankan laporan keuangan UMKM sebaiknya dicatat secara digital, sehingga memudahkan untuk mengukur kemampuan UMKM tersebut. Dwiyanto juga menekankan agar UMKM bisa bertransaksi secara nontunai, dengan cara ini menurutnya bisa memperluas pasar mereka.

Pemilik Rachma Jaya Wood, Fahmi Rachmadan Putra, mengaku mengetahui infomasi program ini melalui komunitas pelaku UMKM yang dia diikuti. Sebagai produsen kerajinan rumah untuk hewan peliharaan, dia ingin mendapatkan akses dan pengetahuan agar bisa mengembangkan usahanya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif