Bisnis
Jumat, 20 Januari 2023 - 16:03 WIB

Yummy, Lezatnya Mi Ayam Pak Saimo Sukoharjo yang Eksis Selama 30 Tahun

Galih Aprilia Wibowo  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Saimo di kedai Mi Ayam Pak Saimo miliknya di Gayam, Sukoharjo. (Istimewa/Novi)

Solopos.com, SUKOHARJO — Warungnya mudah ditemukan di tepi jalan menjadi bukti bila mi ayam merupakan salah satu santapan favorit banyak orang, tidak terkecuali masyarakat Solo dan sekitarnya. Salah satu pilihan mi ayam di Sukoharjo, jatuh kepada Mi Ayam Pak Saimo yang telah eksis sejak 30 tahun yang lalu.

Meski sempat pindah lokasi, kedai yang menawarkan mi ayam dengan tipikal rasa manis khas Wonogiri masih tetap jadi jujukan, tidak hanya bagi masyarakat Sukoharjo, tetapi juga warga Solo dan sekitarnya. Para pelanggan setia rela menempuh jarak lebih jauh untuk menuntaskan rasa kangen terhadap kelezatan Mi Ayam Pak Saimo.

Advertisement

Anak Saimo, Edy Eksanto, menceritakan mi ayam yang ia jual seharga Rp9.000/porsi. Dalam sehari paling tidak ia bisa menjual lebih dari 300 porsi, belum lagi topping kepala ayam, hati ampela, ceker ayam, dan sayap ayam. Untuk ceker ayam harganya cukup Rp1.500/potong, kemudian pelengkap lain dijual dengan harga Rp6.000/porsi.

Sebelum pindah di lokasi saat ini, yaitu Jl. Dr. Sutomo, Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, kedai mi ayam tersebut bertempat di dekat Rumah Dinas Bupati Sukoharjo, beberapa tahun setelah berjualan keliling.

Advertisement

Sebelum pindah di lokasi saat ini, yaitu Jl. Dr. Sutomo, Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, kedai mi ayam tersebut bertempat di dekat Rumah Dinas Bupati Sukoharjo, beberapa tahun setelah berjualan keliling.

Di tempat baru, saat ini telah berjalan tiga tahun hingga sekarang. Meski pindah, pelanggan tetap Mi Ayam Pak Saimo ini rela menempuh jalan lebih jauh.

Dulunya kedai milik ayahnya ini buka dari 12.00 WIB hingga malam, sedangkan di tempat yang baru mulai buka pukul 07.00 WIB hingga 13.30 WIB. Kedai miliknya paling ramai dikunjungi pukul 09.00 WIB hingga 11.00 WIB.

Advertisement

Tanpa pengawet, adonan mi hanya dibuat dari tepung gandum, telur ayam, telur bebek, dan air. Ayahnya masih membuat adonan sendiri, sebagai tangan pertama hingga sekarang. Edy menguraikan bahwa setiap hari pukul 12.00 WIB, ayahnya sudah mulai membuat adonan.

Sementara itu, untuk pilihan ayam, Edy mengaku bahwa ayahnya memiliki kriteria sendiri dalam memilih ayam dari peternak yaitu yang bobotnya lebih dari dua kilogram tiap ekor, sehingga ketika dicincang, tidak akan hancur.

Meskipun jauh dari pusat kota Sukoharjo, mi ayam milik ayahnya ini selalu ramai pengunjung. Edy menguraikan bahwa tips sebagai pedagang kuliner adalah dengan menjaga rasa, sehingga konsumen yakin dan mengetahui bahwa cita rasa masakan dari dulu, sama sekali tidak berubah.

Advertisement

Edy menjelaskan bahwa perbedaan mi milik ayahnya dengan yang lain berdasarkan komentar pelanggan, adalah tekstur mi yang lebih kenyal serta bumbu mi yang cenderung manis gurih yang berasal dari kuah ayam.

Lebaran menjadi momen paling ramai kedai milik ayahnya. Keramaian pengunjung itu berlangsung hingga sepuluh hari setelah Lebaran. Itu sebabnya, ia harus menambah stok mi menjadi 30 kilogram setiap hari.

Ayahnya saat ini berusia 52 tahun, sedangkan pria asli Sukoharjo ini merintis sejak ia berusia 22 tahun. Menjalani usaha kuliner selama 30 tahun, awalnya membuka usaha bersama istrinya.

Advertisement

“Jatuh bangun jadi pedagang, tentu ada masanya sepi, ada masanya ramai, namanya wirasusaha, tergantung pasar. Waktu Pandemi Covid-19 lalu sempat tutup selama sebulan, tentu omzet berkurang,” terang Edy menceritakan perjalanan ayahnya. Ia menguraikan saat ini mi ayam milik ayahnya bisa dipesan melalui Shopeefood dan Go-Food, kadang ia menerima cerita driver karena jaraknya yang jauh dengan pelanggan yang memesan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif