SOLOPOS.COM - Sejumlah produk PT Sinergi Solo Sejahtera Solo. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Menjadi bagian pasar produk manufaktur jelas tak mudah. Apalagi untuk usaha yang masih bermodal terbatas seperti industri menengah kecil (IKM) lokal.

Meski peran IKM begitu penting dalam pemenuhan kebutuhan industri nasional, mereka toh tetap harus jungkir balik untuk bertahan dan memenangi persaingan.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Mengikuti pelatihan hingga puluhan kali, jeli melihat peluang, dan rajin berburu jejaring, hanya sebagian dari strategi IKM lokal manufaktur. Potret keberhasilan dari kerja keras IKM lokal ini bisa dilihat di Jawa Tengah (Jateng). Tentu saja sulit bagi IKM lokal untuk berjuang sendiri dalam mengatasi tantangan teknologi, inovasi, bahkan promosi produk.

Astra melalui yayasannya, Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), sejak 43 tahun lalu fokus dalam pembinaan IKM di beberapa wilayah, salah satunya Solo, Jawa Tengah. Ketua Pengurus YDBA, Sigit P. Kumala, menyampaikan sejak program dimulai pada 2019 hingga kini ada 22 IKM manufaktur di Solo. Sebanyak 50% IKM tersebut merupakan IKM mandiri yang telah mengikuti program pembinaan.

Selain pembinaan, YDBA juga melakukan assement dan diketahui sebanyak 45% IKM merupakan IKM pra-mandiri dan 5% merupakan IKM madya. Pembinaan ini bertujuan agar IKM mampu menghasilkan produk sesuai standar quality, cost, and delivery (QCD) yang dibutuhkan oleh customer atau offtaker masing-masing.

Offtaker meliputi perusahaan yang memberi kesempatan bagi IKM untuk memasok produknya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Sigit menyadari bahwa untuk mengakselerasi pertumbuhan IKM diperlukan kolaborasi termasuk dalam menciptakan pasar.

“YDBA memberikan fasilitasi pemasaran melalui kolaborasi dengan stakeholders, baik dari pemerintah, asosiasi, maupun akademisi,” kata Sigit, belum lama ini.

Meski tantangan pengembangan IKM lokal manufaktur begitu berat, YDBA membuktikan melalui program pendampingan yang konsisten, banyak IKM yang sukses. Seperti yang berhasil dicapai Sutarmin, pemilik PT Sinergi Solo Sejahtera binaan YDBA. Meski dirinya bahkan tidak lulus SMP, pria yang mengelola IKM di Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar ini sukses memasarkan produk buatannya hingga Semarang, Surabaya, Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta.

Usaha Sutarmin berfokus pada mold maker, spare part, manufacturing, workshop, dan general trading. Sejak dirintis 2011 lalu dan menjadi binaan YDBA pada 2019, dia berkomitmen menjalankan 5R alias Ringkas, Rapi, Resik, Rawat & Rajin; menerapkan manajemen keuangan; hingga product development.

Puluhan Pelatihan

Sebelum terjun di industri maufaktur, dia memulai usaha konveksi. Karena melihat saudaranya terjun di industri manufaktur, Sutarmin mulai tertarik. Minimnya pengetahuan di bidang ini, membuat dia mengandalkan jejaring dan promosi dari mulut ke mulut.

Pria ini pun pernah mengalami jatuh bangun berbisnis, namun semangat kerja keras dan berani mengambil risiko menjadi modalnya untuk sukses seperti sekarang. Hingga 2021, PT Sinergi Solo Sejahtera telah mengikuti 25 pelatihan, delapan pendampingan, dan dua program fasilitasi pembiayaan maupun pemasaran.

Berkat hal itu, usaha Sutarmin berhasil meraih predikat IKM mandiri versi YDBA. IKMnya dinilai mampu menerapkan lima pilar usaha yang meliputi produksi, keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia. Serta mampu mengimplemtasikan health, safety, and environment (EHS), dan corporate social responsibility (CSR).

Sutarmin memproduksi cetakan atau mold produk untuk sendok, tempat sambal, gagang alat pel, lemari plastik, dan berbagai produk lainnya. Dalam sebulan ia mampu memproduksi dua set cetakan hingga tiga set cetakan.

Sekali inject cetakan tersebut mampu menghasilkan 24 sendok plastik. Agar harga produk yang dihasilkan variatif , dia membuat variasi desain dan produk yang dihasilkan. “Saya menghitung skala produksi dengan rata-rata satu jam pada kisaran harga Rp100.000 hingga Rp200.000,” urai dia.

Tak hanya datang dari masalah domestik IKM, ada pula tantangan dari luar yakni gempuran produk impor. Hal ini dialami IKM pandai besi UD Arum Sari milik Supriyanto di Kabupaten Klaten. Ia memulai usaha pandai besi ini sejak 1989. Semula bisnis yang berfokus membuat cangkul ini cukup mudah berjalan. Namun, datang masalah ketika terjadi banjir cangkul impor.

Kesulitan Cari Karyawan

 Aktivitas di IKM pandai besi UD Arum Sari milik di Kabupaten Klaten. (Istimewa)

Aktivitas di IKM pandai besi UD Arum Sari milik di Kabupaten Klaten. (Istimewa)

Harga cangkul impor memang lebih murah yakni Rp40.000, namun tidak siap pakai. Beda dengan cangkul buatanya yang dijual Rp60.000 hingga Rp80.000. Saat ini Supriyanto memiliki empat pekerja, rata-rata satu orang mampu memproduksi 50 cangkul per hari. Produknya laku di Pulau Jawa hingga Kalimantan.

“Saya menjadi binaan YDBA. Pemasaran produk sangat dibantu oleh YDBA. Didampingi hingga mandiri dan tidak dilepas begitu saja misalnya hanya mengadakan pelatihan kemudian selesai,” ujar dia.

Di sisi lain, IKM binaan YDBA lainnya Fajar Tri Anggoro membuktikan dengan regenerasi IKM manufaktur bisa bertahan. Dia mengambil alih usaha pandai besi milik keluarganya yang berpusat di Kabupaten Banyumas mulai 2017. Usaha yang berfokus pada produksi alat pertanian ini sebenarnya telah dimulai 1968.

Untuk mempertahankan usaha tersebut, dia telah belajar workshop pandai besi sejak SD dan ikut berdagang. Menurutnya, prospek alat pertanian ini masih besar. Tantangan usaha miliknya adalah tenaga kerja yang sudah berusia di atas 40 tahun. Selain itu permasalahan bahan baku yang harus dibeli dari Tegal membuat biaya operasional sangat tinggi.

Regenerasi menjadi salah satu strategi untuk menjaga kelangsungan bisnisnya. “Saat ini kami punya lima karyawan. Produk yang dijual berkisar dari Rp5.000 hingga Rp85.000 dan rata-rata beromzet Rp40 juta sebulan. Produk kami laris manis di Banyumas dan bahkan hingga Ciamis, Pemalang, dan Klaten,” imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya