Bisnis
Kamis, 12 Januari 2023 - 17:31 WIB

WMPP Ikut Menjaga Kelestarian Bumi dengan Memproduksi Pupuk Organik

Bc  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP atau WMP) melalui anak usaha di lini bisnis peternakan sapi terpadu, PT Pasir Tengah mengolah dan memanfaatkan kembali kotoran-kotoran sapi menjadi pupuk organik. (Istimewa/WMPP)

Solopos.com, SOLO — PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP atau WMP) melalui anak usaha di lini bisnis peternakan sapi terpadu, PT Pasir Tengah mengolah dan memanfaatkan kembali kotoran-kotoran sapi menjadi pupuk organik yang kaya manfaat.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kotoran ternak, terutama sapi merupakan sebuah material yang kaya manfaat bagi pertanian, khususnya menyuburkan tanah karena unsur haranya yang tinggi.

Advertisement

Sebelum ada pupuk kimia seperti saat ini, masyarakat terdahulu menggunakan pupuk kotoran ternak, seperti kotoran sapi untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian mereka.

Tidak heran, hingga saat ini pupuk organik dari kotoran sapi masih menjadi alternatif bagi para petani ketika pupuk kimia harganya semakin mahal di pasaran.

Advertisement

Tidak heran, hingga saat ini pupuk organik dari kotoran sapi masih menjadi alternatif bagi para petani ketika pupuk kimia harganya semakin mahal di pasaran.

“Hal ini juga sejalan dengan komitmen Perusahaan untuk memanfaatkan kembali limbah bermanfaat sebagai upaya dalam mendukung upaya pelestarian lingkungan,” Waste Processing and Fertilizer Development Management Officer, di PT Pasir Tengah, Tri Doni Saputra, dalam rilis yang diterima Solopos.com.

Secara umum, lanjut dia, pengelolaan kotoran sapi di Perusahaan terdiri dari tiga proses utama. Pada tahap pertama yaitu pembersihan kandang, tim terkait akan membersihkan semua kotoran ternak sapi yang dihasilkan.

Advertisement

Langkah ini dilakukan seperti membersihkan tempat penampungan air dan pakan sapi, hingga menebar serbuk gergaji. Jika kebersihan kandang selalu dijaga, hal ini juga dapat meminimalkan sapi-sapi yang sakit akibat bakteri ataupun virus.

Tri Doni Saputra atau yang akrab disapa Doni, langkah selanjutnya adalah pengolahan kotoran sapi. Semua kotoran sapi yang dikumpulkan akan dikategorikan berdasarkan tingkat kadar air yang dimiliki. Jika kadar air kotoran sapi melebihi 60%, maka kotoran sapi akan dikelola di dalam IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).

Kemitraan Bersama

Di IPAL limbah cair tersebut dipisahkan padatan dengan cairan menggunakan alat atau mesin Screw Press sehingga didapatkan padatan dengan kadar air rendah untuk bisa di fermentasi di gudang pupuk.

Advertisement

Selanjutnya untuk kotoran sapi dari kandang dengan kadar air di bawah 60%, maka kotoran sapi akan diolah di fasilitas pabrik pupuk, atau melalui program kemitraan bersama pihak ketiga.

Setelah itu, kotoran ternak akan melalui proses fermentasi selama kurang lebih satu hingga tiga bulan. Langkah selanjutnya adalah proses pembalikan yang akan dilaksanakan dengan proses mekanisasi menggunakan excavator atau loader dengan tujuan agar bakteri aerobik dapat tersebar merata dan proses fermentasi aerobik dapat berjalan dengan sempurna.

“Proses fermentasi ini dapat mencapai suhu 80 derajat Celcius yang dapat membuat tekstur limbah menjadi remah serta baik bagi tanaman karena unsur amonia sudah hilang,” jelas Doni.

Advertisement

Setelah semua proses tersebut terlewati, maka pupuk pun dapat dipanen. Bahan baku pupuk yang siap pakai setelah melewati proses fermentasi memiliki karakteristik yaitu kering, tidak panas (suhu ruang), berwarna coklat kehitaman, tidak menggumpal, tidak berbau, kadar air dibawah 45%.

Setelah proses fermentasi berjalan sempurna, maka hasil fermentasi tersebut merupakan bahan baku yang siap panen. Kemudian proses selanjutnya akan masuk ke dalam pabrik pupuk organik untuk diproduksi menjadi produk pupuk jenis mash dan granule.

Pupuk tersebut melalui proses produksi mekanisasi di dalam pabrik maka produk siap digunakan, untuk selanjutnya dilakukan proses pengemasan dan mendistribusikan ke mitra-mitra kerja sama Perusahaan hingga menjualnya secara komersil sebagai usaha peningkatan nilai tambah kegiatan bisnis perusahaan.

“Dengan mengelola limbah secara bertanggung jawab dan berkelanjutan, maka Perusahaan pun telah berkontribusi dalam menjaga kelestarian bumi kita,” ujar Doni.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif