SOLOPOS.COM - Petugas kebersihan membersihkan lantai komplek Masjid Raya Syeikh Zayed, Solo, Jawa Tengah, Selasa (28/2/2023). Masjid Raya hadiah dari Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed (MBZ) kepada Presiden Joko Widodo tersebut sudah dibuka untuk umum. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/rwa.

Solopos.com, SOLO – Munculnya destinasi wisata baru di Kota Solo menjadi tren positif bagi industri pariwisata saat periode Ramadan dan Lebaran. Okupansi hotel diyakini meningkat menjelang Lebaran seiring gelombang pemudik yang berdatangan ke kampung halaman.

Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif diandalkan untuk memberi pemasukan bagi pendapatan asli daerah (PAD). Saat Ramadan, biasanya okupansi hotel anjlok lantaran minimnya tamu yang menginap di hotel. Berbeda dengan Ramadan pada tahun-tahun sebelumnya, kini banyak destinasi wisata baru di Kota Bengawan yang menjadi magnet bagi wisatawan atau pemudik yang melewati Kota Solo saat menempuh perjalanan ke kampung halaman.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Ketua DPC Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Soloraya, Andri Ridya Putra, mengatakan okupansi hotel di Solo diperkirakan meningkat pada pekan keempat atau menjelang Lebaran. Banyak wisatawan dari luar Soloraya yang menginap di hotel, termasuk para pemudik yang hendak pulang kampung. “Mereka tertarik ingin mengunjungi Solo Safari atau Taman Pracima di kompleks Pura Mangkunegaran. Belum lagi, Masjid Raya Syeikh Zayed Solo yang menjadi ikon wisata religi saat bulan puasa,” kata dia, saat diwawancari Solopos.com, Sabtu (25/3/2023).

Andri menekankan pada Masjid Raya Syeikh Zayed Solo yang sudah dibuka untuk aktivitas keagamaan selama Ramadan. Hampir saban hari, masjid hibah dari Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) tak pernah sepi pengunjung. Umat muslim melakukan buka puasa bersama yang dilanjutkan dengan Salat Tarawih di masjid.

Saat gelombang pemudik mulai berdatangan dan melewati Kota Solo, masjid tersebut menjadi daya tarik bagi mereka. “Bukan tidak mungkin, para perantau bakal singgah di masjid dan menginap di Solo. Baru melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Jadi okupansi hotel bakal meningkat. Kalau saat awal Ramadan memang hotel cenderung sepi,” ujar dia.

Sementara itu, pengurus BPC Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo, M.S. Adji, mengatakan tingginya okupansi hotel dibarengi dengan bertambahnya lama tinggal wisatawan atau length of stay di Kota Solo. Saat ini, length of stay Kota Solo di kisaran 1,5 hari-1,6 hari. Targetnya, lenghth of stay Kota Solo mampu menembus 2 hari pada 2023.

Selama Ramadan, pelaku bisnis perhotelan menggencar beragam program promo paket buka puasa untuk menutup biaya operasional saat low season. “Hampir di setiap hotel ada paket buka puasa bersama all you can eat selama Ramadan. Harganya juga bervariatif di masing-masing hotel,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya