SOLOPOS.COM - Ilustrasi stok beras di Jawa Tengah. (Solopos.com/Adhik Kurniawan)

Solopos.com, SEMARANG — Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga memastikan stok beras tidak akan mengalami kelangkaan seperti yang terjadi dengan komoditas minyak goreng pada 2022.

“Saya yakin soal beras kita tidak akan mengalami masalah seperti yang pernah terjadi di komoditas lain,” ujar Jerry di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (21/2/2024) seperti dilansir Antaranews.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Jerry menekankan Indonesia tidak mengalami kelangkaan beras. Sampai saat ini, stok beras di Perum Bulog masih mencukupi hingga masa Lebaran 2024. Selain itu, panen raya diprediksi terjadi pada Maret-April 2024 sehingga Indonesia memiliki ketersediaan beras.

“Pertama karena kita tidak pernah langka, sampai saat ini stok beras cukup dan ketersediaan aman tapi memang harga fluktuatif,” kata Jerry.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) bersama-sama dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Kementerian Pertanian dan Perum Bulog melakukan langkah strategis untuk terus menjaga ketersediaan kebutuhan pokok di setiap pasar dan ritel modern.

Lebih lanjut, Kemendag akan langsung turun ke lapangan tanpa menunggu laporan dari masyarakat terhadap ketersediaan bahan pokok.

“Ini juga untuk memastikan apa yang kita dapat di laporan dan di lapangan selaras. Apalagi tadi disampaikan bulan depan kita panen raya, mudah-mudahan ini berkontribusi pada ketersediaan yang melimpah dan saya yakin ini ketersediaan untuk konsumen dan masyarakat,” ucapnya.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan memastikan bahwa Indonesia memiliki persediaan beras cukup banyak untuk periode Ramadhan dan Idul Fitri 2024.

“Beras tidak ada masalah, berasnya banyak cuma alternatif beras Bulog,” ujar Zulkifli pada Selasa (20/2/2024).

Saat ini pemerintah memiliki stok sebanyak 1,4 juta ton beras. Menurut Zulkifli, jumlah tersebut akan ditambah lagi dengan masuknya beras impor sehingga total menjadi 2 juta ton beras.

Beras-beras tersebut merupakan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang digelontorkan pemerintah melalui Perum Bulog.

Harga yang dipatok untuk beras SPHP pada zona 1 sebesar Rp10.900 per kilogram, zona 2 Rp11.500 per kilogram, dan zona 3 Rp11.800 per kilogram.

Beras ini cukup diminati lantaran mudah didapat di pasar tradisional, ritel modern, gerai Perum Bulog dan pemerintah daerah.

Sebelumnya, Perum Bulog Kantor Wilayah Jawa Tengah (Jateng) memperbanyak jumlah penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) tahun 2024 menjadi dua kali lipat lebih banyak dibandingkan rata-rata bulanan di 2023.

Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Jateng Ahmad Kholisun, di Semarang, Senin (19/2/2024), menyebutkan jumlah rata-rata penyaluran beras SPHP di tahun 2023 hanya 7.800 ton per bulan.

Sedangkan pada 2024 sejak periode Januari, kata dia lagi, penyaluran beras SPHP ditargetkan mencapai 15.000 ton per bulan.

“Pada 2023 rata-rata 7.800 per bulan [beras SPHP yang disalurkan]. Nah, tahun ini dua kali lipat dari rata-rata bulanan tahun lalu. Pada Februari ini saja di pertengahan bulan sudah terdistribusi 9.000 ton atau sudah di atas dari rata-rata bulanan tahun lalu,” katanya lagi seperti dilansir Antaranews.

Ia menyebutkan bahwa beras SPHP dikemas dalam ukuran 5 kilogram per pak dan dijual dengan harga Rp9.950 per kilogram dari gudang Bulog, sedangkan di pasaran harganya ditetapkan bervariasi dengan batasan harga eceran tertinggi (HET) Rp10.900 per kilogram karena adanya biaya transportasi yang berbeda di masing-masing daerah.

“Beras SPHP dipasarkan melalui berbagai saluran distribusi, baik lewat distributor, pedagang pasar tradisional, pengecer. Rumah pangan kita [RPK Bulog], toko-toko, maupun ritel modern, baik berskala nasional maupun lokal,” katanya pula.

Bulog Jateng, kata Kholisun, terus memaksimalkan penyaluran beras SPHP agar merata dan bisa dinikmati masyarakat luas dengan berbagai upaya, seperti di tingkat kantor cabang Bulog.

Kemudian, pasar murah dengan menggandeng pemerintah daerah dan pemangku terkait melalui Program Pengendalian Harga dengan berjualan menggunakan kendaraan pengendali inflasi yang saat ini baru ada tiga armada, serta melalui Program Gerakan Pangan Murah yang digelar di sejumlah kelurahan.

Menurut dia, penambahan alokasi beras SPHP diharapkan menjadi salah satu upaya untuk mengendalikan harga beras di pasaran, selain upaya lain yakni Bulog Jateng mendapat tugas untuk penyaluran bantuan pangan 23.500 ton beras.

Saat ini, Bulog Jateng mencatat stok beras mencapai 91.000 ton, terdiri atas stok operasional sebanyak 48.000 ton dan stok dalam perjalanan 43.000 ton. Kemudian, stok komersial sebanyak 3.500 ton sehingga total 94.500 ton beras.

Untuk pengadaan beras, Kholisun menjelaskan Bulog Jateng melakukan pengadaan dalam negeri dengan puncak panen raya dalam negeri diperkirakan pada periode Maret dan April, serta sebagian impor.



“Kabupaten Demak dan Grobogan termasuk daerah sentra produksi. Saat ini di kedua daerah tersebut belum panen dan meski ada banjir, harapannya tidak signifikan berpengaruh pada produksi dan penyerapan,” katanya, seraya mengaku belum mendapatkan data luasan sawah terdampak banjir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya