SOLOPOS.COM - Salah satu Quick Response Code Indonesian Standard atau biasa disingkat QRIS yang tertempel di warung di Kota Solo, Jumat (27/1/2023). (Solopos.com/Gigih Windar Pratama).

Solopos.com, JAKARTA – Nasabah perbankan dan dompet digital mengeluhkan adanya merchant atau pedagang mengenakan biaya berlebih kepada pembeli atau hingga 10 persen saat bertransaksi menggunakan Quick Response Code Indonesia Standar (QRIS).

Pengguna QRIS mulai mengeluhkan pengenaan biaya tarif transaksi QRIS saat berbelanja di warung dan gerai makanan minuman.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Juli, seorang karyawan swasta berusia 33 tahun, mengungkapkan dalam sehari bisa bertransaksi menggunakan QRIS hingga 5 kali, mulai dari membeli sarapan, camilan, kopi susu, makan siang, dan makan malam. Dia mengeluhkan bahwa saat ini, semua warung minta penambahan Rp1.000 per scan barcode.

Dia menilai persentase yang diminta tersebut lebih besar dari yang diatur. Padahal, Bank Indonesia hanya mengenakan biaya bagi pedagang usaha mikro menjadi 0,3 persen dari nilai transaksi.

“Tadi pagi saya beli bubur setengah porsi, harganya Rp10.000, lalu tukang bubur minta ditambahkan Rp1.000 menjadi Rp11.000. Angka yang diminta sama tukang bubur lebih dari 0,3 persen,” ungkapnya saat ditemui di Jalan Setiabudi, Rabu (12/7/2023).

Juli mengungkapkan bahwa 0,3 persen dari Rp10.000 hanyalah Rp30. Namun, banyak pedagang minta sampai 10 persen dari total transaksinya. Adapun QR Code yang ditempel pada kaca gerobak tukang bubur berasal dari Gopay.

Menurut Juli, pedagang yang menggunakan QRIS harus diedukasi oleh regulator sistem pembayaran, agar sejalan dengan regulasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dia juga mengharapkan agar perusahaan penyedia sistem pembayaran juga tidak mengenakan biaya tambahan saat menggunakan QRIS.

Alhasil, Juli lebih memilih mengeluarkan selembar uang Rp10.000 untuk membayar bubur, sebab pedagang bubur meminta tambahan Rp1.000 bila menggunakan QR Code. Saat ditemui terpisah, mahasiswa UPN Veteran Jakarta, Ramdani mengaku telah dikenakan biaya transaksi Rp1.000 dalam setiap transaksi di kantin kampusnya.

Sejak tahun lalu, dia telah menambahkan biaya Rp1.000 saat membeli makanan di kantin. “Harga gado-gado di kantin biasanya Rp15.000, tetapi pedagangnya minta dilebihkan Rp1.000 kalau membayar pakai QRIS. Biaya tambahan ini sudah sejak tahun lalu. Ya, saya tambahkan saja kalau sedang tidak memegang uang tunai,” tuturnya.

Sejujurnya, Ramdani lebih suka membayar minuman jus, ayam geprek, dan gado-gado pakai QRIS, karena cukup mengeluarkan HP dan membuka aplikasi bank. Namun, dia lebih memilih menggunakan cash, sebab bisa hemat dan tidak ada biaya tambahan.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Pakai QRIS, Pedagang Bebankan Biaya Hingga 10 Persen ke Pembeli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya