SOLOPOS.COM - Ilustrasi Valas.(Dok/JIBI/Solopos).

Solopos.com, SOLO — Kenaikan suku bunga penjaminan untuk valuta asing (valas) di bank umum menjadi 2,25 persen berdasarkan penetapan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Kebijakan tersebut diprediksi akan meningkatkan tabungan valas di Solo. Tetapi untuk jangka panjang, berdampak pada penurunan deposito.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Penurunan deposito valas terbukti dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo, yang menyebut adanya penurunan yang cukup drastis secara year over year (YOY).

Penurunan deposito valas mencapai 50,79 persen pada Deesember 2022 dibandingkan periode yang sama tahun 2021. 

Menurut pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah Solo (UMS) Anton Agus Setyawan, Kamis (2/3/2023), prediksi kenaikan simpanan valas akan naik karena ada peningkatan bunga penjaminan simpanan.

“Untuk tabungan bisa jadi naik karena memang ada kenaikan suku bunga, ditambah dengan adanya peningkatan bunga penjaminan simpanan yang ditetapkan oleh LPS, tentu akan menarik nasabah untuk menyimpan tabungan valas,” ulasnya.

Sedangkan bagi mereka yang memiliki simpanan valas, mereka enggan menyimpannya dalam jangka panjang karena berbagai faktor.

Mulai dari situasi politik yang sedang panas, hingga fluktuasi ekonomi yang terjadi karena ancaman resesi.

Salah satu dari mereka yang menabung valas yakni Febrina Kusuma. Perempuan yang merupakan pengusaha ini berinvestasi dan menabung valas sejak 2013.

Baginya, valas sangat bergantung dengan suku bunga yang diterapkan oleh bank sentral dan kondisi ekonomi.

“Sebenarnya kenapa valas lebih dipilih untuk disimpan, karena secara nilai lebih stabil, terutama Dolar Amerika Serikat. Tetapi, tetap ada kesulitan misal ketika sempat ada krisis ekonomi, dan sebenarnya juga jauh lebih rentan terhadap isu-isu politik atau gejolak di wall street,” jelasnya.

Mengenai kondisi saat ini, ia mengaku belum berani menyimpan valas dalam jangka panjang meskipun bunga yang ditawarkan menggiurkan.

Mengingat, dengan kondisi ekonomi yang masih tumbuh pasca pandemi, membuatnya harus punya uang dalam bentuk rupiah.

“Karena setelah pandemi, semua usaha sedang berusaha bangkit, maka banyak pencairan dalam bentuk rupiah dari dolar atau valas yang lain. Pastinya untuk belanja modal dan menghindari adanya ancaman penurunan nilai karena kondisi politik saat ini,” jelasnya.

Sementara, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo,  Eko Yulianto kepada Solopos.com, Rabu (1/3/2023), mengatakan secara data, ada penurunan DPK valas hingga lebih dari 10 persen.

Secara angka, pada Desember 2022 lalu dana pihak ketiga (DPK) valas mencapai Rp4,97 triliun.

“Kalau simpanan DPK valas di perbankan posisi Desember 2022, tercatat sebesar Rp4,97 triliun, mengalami penurunan 10,51 persen dibandingkan Desember 2021. Penurunan DPK valas tersebut karena adanya penurunan deposito valas yang di periode Desember 2022 turun sebesar 50,79 persen dibandingkan Desember 2021,” ulas Eko.

Meskipun memang ada penurunan secara umum dalam DPK valas, Eko menyebut, giro dan tabungan valas di Solo justru meningkat secara YOY. Peningkatan yang terjadi juga cukup signifikan.

“Untuk giro valas dan tabungan valas, keduanya naik masing-masing 11,97 persen dan 33,09 persen, secara komposisi, valas posisi Desember 2022, didominasi oleh tabungan valas sebesar Rp2,13 triliun, giro valas Rp1.60 triliun dan deposito valas sebesar Rp1,24 triliun,” ulas Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya