SOLOPOS.COM - Ketua Klaster Usaha Endog Lewo Garut, Dadan Nurjaman, mengaku bantuan BRI KlasterkuHidupku membuat proses produksi jadi lebih lancar dan ada peningkatan produksi anggota. (Istimewa)

Solopos.com, GARUT–Memasuki Kampung Lewo, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, aktivitas usaha rumahan yang dilakukan warganya menjadi pemandangan khas sehari-hari.

Ya, kampung ini memang dikenal sebagai pusat industri rumahan endog lewo, jajanan tradisional khas Garut yang sering menjadi oleh-oleh khas saat berkunjung ke daerah tersebut. Endog lewo terbuat dari singkong, tepung tapioka, dan bahan-bahan lainnya yang diolah dengan cara direbus, kemudian digoreng hingga menjadi jajanan renyah.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Aktivitas produksi yang dilakukan di masing-masing rumah menjadi penopang kegiatan ekonomi masyarakat di Kampung Lewo.

Para pelaku usaha yang tergabung dalam Klaster Usaha Endog Lewo pun merasakan proses produksinya yang semakin lancar dan mengalami peningkatan produksi sejak mendapatkan bantuan dari program BRI KlasterkuHidupku. Bagaimana kisahnya?

Ketua Klaster Usaha Endog Lewo, Dadan Nurjaman, bercerita usaha rumahan endog lewo sudah berlangsung selama puluhan tahun di Kampung Lewo. Usaha yang ia rintis sendiri juga turun-temurun dari keluarganya.

“Sekarang sudah ada 10 anggota yang bergabung ke dalam klaster usaha ini. Jadi fungsinya sebagai paguyuban untuk membantu anggota kelompok yang lain karena kan proses produksi kami ini masih dilakukan secara tradisional semua,” bebernya seperti dikutip Selasa (26/3/2024).

“Dari dulu kita kalau mau produksi nggak pernah beli bahan dari luar. Biasanya masing-masing punya kebun atau lahan untuk menanam bahan-bahannya sendiri. Nanti kalau di daerah saya ada yang kekurangan bahan bisa dibantu anggota yang lain. Dari hasil produksi juga saling membantu,” tambahnya.

Sesuai namanya, produk yang dihasilkan oleh klaster usaha ini fokus pada endog lewo yang terdiri ada beberapa varian bentuk dan juga rasa. Untuk varian bentuk ada yang gepeng, kecil, dan besar.

“Beda bentuk, beda juga bahan-bahannya. Kalau yang gepeng ini pakai bumbu bawang irisan yang besar-besar. Kalau endog lewo kecil itu endog lewo jadul yang populer di tahun 70an. Sekarang kan trennya yang besar-besar dan renyah seperti snack ball gitu. Nah kalau varian rasanya ada yang pedas dan original,” lanjut Dadan.

Sampai saat ini, endog lewo yang diproduksi para anggota Klaster Usaha Endog Lewo dipasarkan di sekitar wilayah Garut dan Jawa Barat sebagai makanan khas.

“Pemasarannya masuk pasar-pasar tradisional dan toko oleh-oleh untuk wisatawan yang datang ke Garut,” ungkapnya.

Produksi Meningkat Berkat KlasterkuHidupku BRI

Tahun 2023 lalu Klaster Usaha Endog Lewo mendapatkan bantuan dari program BRI KlasterkuHidupku. “Awalnya memang inisiatif sendiri mencari informasi untuk mendapatkan bantuan usaha, lalu ada info bantuan dari BRI. Dari situ kami mulai mendaftarkan klaster usaha ini. Kami kirim proposal, lalu akhirnya ada panggilan dari BRI untuk mendapatkan bantuan,” cerita Dadan.

Bantuan yang diterima adalah alat-alat yang membantu proses produksi, seperti kompor high pressure, wajan, mesin penggiling, tabung bakar, wadah cetak dan mesin adonan. Diakui Dadan, bantuan tersebut membuat proses produksi jadi lebih lancar sehingga ada peningkatan produksi anggota.

“Ada peningkatan produksi tentunya, sekarang rata-rata kita bisa memproduksi sekitar 400 kg setiap bulannya. Kalau dulu nggak sampai segitu. Harga per kilogramnya sekitar Rp35.000, jadi tentunya menambah pemasukan anggota,” ungkapnya.

Selain mendapatkan bantuan berupa alat-alat produksi, Klaster Usaha Endog Lewo juga beberapa kali menerima undangan bazar atau pameran di event-event BRI seperti Pesta Rakyat Simpedes. Tentunya hal ini membuat Klaster Usaha Endog Lewo semakin dikenal masyarakat.

“Alhamdulillah berkat bantuan dari BRI ini para anggota semakin semangat melakukan produksi, prosesnya jadi terasa lebih ringan. Harapannya semoga kerja sama ini bisa terjalin terus dan kami mendapatkan bantuan dari program BRI lainnya untuk meningkatkan usaha kelompok,” pungkas Dadan.

Di kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, menambahkan program Klaster Usaha Klasterkuhidupku merupakan wadah yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnisnya.

Dengan pemberdayaan dan pendampingan tersebut, pelaku UKM dapat mengembangkan produknya dan memperluas usaha.

“Kami berkomitmen untuk terus mendampingi dan membantu pelaku UMKM, tidak hanya berupa modal usaha saja tapi juga berupa pelatihan-pelatihan usaha dan program pemberdayaan lainnya sehingga UMKM dapat tumbuh dan tangguh. Semoga kisah Klaster Usaha Endog Lewo Garut ini dapat menjadi cerita inspiratif yang bisa ditiru oleh pelaku UMKM di daerah lain,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya