Bisnis
Selasa, 22 Februari 2022 - 13:56 WIB

UMKM Bangkit Bikin BRI Yakin Hadapi Tantangan Ekonomi 2022

Bc  /  Danang Nur Ihsan  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dirut BRI Sunarso. (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA — Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) semakin menunjukan perbaikan kondisi bisnis. Hal ini menjadikan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI yakin dalam menghadapi tantangan ekonomi 2022.

Kebangkitan UMKM di dalam negeri ini sekaligus merefleksikan kuatnya pemulihan ekonomi Indonesia yang dipercaya menjadi Presidensi G20 dengan tema Recover Together, Recover Stronger pada tahun ini.

Advertisement

Melalui tema Presidensi G20 tersebut, Indonesia mengajak seluruh dunia untuk bahu-membahu, saling mendukung untuk pulih bersama serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan.

Baca Juga: Dukung G20, BRI Dorong Pemerataan Ekonomi Melalui Holding Ultra Mikro

Advertisement

Baca Juga: Dukung G20, BRI Dorong Pemerataan Ekonomi Melalui Holding Ultra Mikro

Sektor UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia dilihat telah mampu beradaptasi dan mulai pulih dengan baik di kondisi pandemi Covid-19. Kebangkitan UMKM ini menjadi angin segar bagi pertumbuhan bisnis BRI. Kondisi pemulihan ini ditangkap perseroan melalui riset Indeks Bisnis UMKM BRI.

Hasil dari tiga Indeks UMKM BRI tersebut telah mencapai level optimistis dengan skor melebihi 100 pada kuartal IV-2021. Pertama, indeks bisnis UMKM secara mikro yang mengukur volume produksi, total nilai penjualan, rata-rata harga jual, volume pesanan, volume pemesanan barang input, volume persediaan barang jadi, rata-rata jumlah karyawan, hingga realisasi investasi mendapat hasil yang memuaskan.

Advertisement

Baca Juga: Ditantang Sri Mulyani Genjot Nasabah UMKM 2 Kali Lipat, Ini Komentar Dirut BRI

Direktur Utama BRI Sunarso membeberkan bahwa pelaku UMKM merasa optimistis terhadap langkah-langkah yang ditempuh pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, menstabilkan harga barang dan jasa, menyediakan dan merawat infrastruktur, memberikan rasa aman dan tenteram, serta menegakkan hukum dan rasa keadilan.

“Ternyata data ketiga indeks tersebut menunjukkan optimisme. Indeks kepercayaan pelaku UMKM terhadap pemerintah masih sangat baik. Artinya sangat percaya terhadap kemampuan pemerintah mengelola berbagai tantangan perekonomian nasional. Maka itulah yang menjadikan bahwa BRI untuk menghadapi 2022 itu optimis,” kata Sunarso dalam acara BRI Microfinance Outlook 2022, belum lama ini.

Advertisement

Dengan kokohnya sektor UMKM, Sunarso yakin BRI dapat melalui tantangan ekonomi pada tahun ini dengan kinerja mengesankan. Dirinya menceritakan Indonesia digempur tantangan ekonomi yang datang dari luar dan dalam negeri.

Baca Juga: Menjawab Kebutuhan Pasar, BRI Terus Pacu Transformasi Digital

Di luar negeri, Sunarso menyebut arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dapat memiliki implikasi bagi perekonomian di Indonesia. Pasalnya, keputusan Bank Sentral AS, The Fed, dalam melakukan tapering off serta potensi kenaikan suku bunga acuannya bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan dan arus investasi. Hal itu bisa terjadi sebagai efek dari gejolak pergerakan kurs dollar AS.

Advertisement

Arah kebijakan moneter AS itu juga dapat memantik Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter tertinggi di dalam negeri untuk meningkatkan BI-rate. Langkah BI dalam mengerek suku bunga acuannya bisa memberikan tekanan bagi bisnis perbankan.

Dua tantangan ini, lanjut Sunarso, telah dipetakan dengan penuh pertimbangan oleh perseroan. Membaiknya demand side menjadikan BRI optimistis tetap optimal melakukan ekspansi kredit.

“Situasi yang sebenarnya bisa saya katakan masih optimistis bahwa kami akan bisa tumbuh secara sustain,” tambah Sunarso.

Baca Juga: Gencar Literasi Keuangan, Investor Milenial Wealth Management BRI Meroket 47%

BRI menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 9%-11% year on year (yoy) di tahun ini. Dari segi manajemen risiko, Sunarso yakin BRI bisa menjaga rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) di level 2,8%-3%. Profitabilitas coba didongkrak dengan mematok target Net Interest Margin (NIM) 7,6%-7,8%, dibarengi dengan efisiensi cost of credit di kisaran 2,8%-3%.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif