SOLOPOS.COM - Salah satu gim lokal dari Game Studio Fafifu, PDKT, di Solo. Foto diambil, Kamis (17/8/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Sebagai salah satu bidang dalam industri kreatif, game masih memiliki peluang dan tantangan yang luas bagi game developer lokal untuk dapat bersaing dalam pasar.

Dilansir dari aptika.kominfo.go.id, Kamis (17/8/2023), jumlah pemain game di Indonesia saat ini tercatat lebih dari 170 juta orang di berbagai platform berdasarkan Peta Ekosistem Industri Game Indonesia 2021.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Ponsel pintar menjadi gadget terpopuler untuk bermain gim yaitu sebanyak 84%. Disusul 43% yang menggunakan komputer desktop, 20% melalui notebook atau laptop, dan 9,5% memakai konsol.

Lebih lanjut dilaporkan jumlah pendapatan dari gim di Indonesia mencapai USD1,1 miliar (Rp16,72 triliun/kurs USD1 = Rp15.200). Angka tersebut merupakan potensi yang amat besar untuk dikembangkan ke depan.

Pangsa pasar permainan elektronik nasional masih didominasi oleh gim buatan luar negeri. Disebutkan pada 2020, pangsa pasar gim di Indonesia 99,5% masih dikuasai produk-produk asal luar negeri atau setara lebih dari USD1,7 miliar atau sekitar Rp26,3 triliun.

Namun, menurut Effendi pasar gim di Indonesia pada tahun 2025 diproyeksikan akan terus berkembang dan dapat mencapai US$2,5 miliar atau sekitar Rp38,6 triliun.

Indonesia dinilai sebagai negara yang menyediakan pangsa pasar industri gim terbesar di Asia Tenggara, bahkan menduduki peringkat ke-16 untuk tingkat global.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada tahun 2020 mencatat industri gim di indonesia berhasil menyumbang sekitar Rp24,88 triliun atau 2,19 persen kontribusi terhadap total Gross Domestic Product (GDP) nasional.

Game Developer dari Fafifu Game Studio, Firman Adhi menguraikan ia merintis game lokal bertema foklor. Salah satu game yang ia rintis adalah game card mobile yang menawarkan pilihan percakapan sesuai tema yang diambil, yaitu PDKT.

Kurang dari sebulan ada sekitar 50 unduhan di Google Play Store. Gagasan awal game card tersebut karena memudahkan topik bincang-bincang untuk pengguna.

Selain itu ia juga mengembangkan 2D platformer pixel art adventure di PC, bernama Alas yang mengusung kebudayaan Yogyakarta. Ia mengerjakan project tersebut bersama tiga orang rekannya yang bertugas sebagai graphic designer dan game designer.

Ada beberapa metode monetisasi produk digital, misalnya gim. Misalnya dengan metode berlangganan, beli patah, atau beli item dengan metode in application purchase dan ads dalam game.

Ia memilih menggunakan metode in application purchase dan ads karena menyesuaikan tipe game, PDKT yang dibuat. Ia menawarkan konsep deck pertanyaan yang telah disortir sehingga pertanyaan yang ditawarkan telah terorganisir.

Menurutnya dengan belum banyaknya game karya anak bangsa yang mendunia dapat dijadikan peluang untik memperkenalkan budaya Indonesia sebagai sesuatu yang fresh. Dalam publikasi game yang ia buat di Android tersebut membutuhkan budget kurang dari Rp1 juta.

“Mayoritas penikmat game di Indonesia lebih memilik bermain game yang kompetitif dengan fitur co-op yang mana masih jarang ditemukan pada game-game dalam negeri,” ujar Firman saat dihubungi Solopos.com, Selasa (15/8/2023).

Salah satu gamer di Solo, Pratama mengaku lebih menyukai game luar negeri daripada game-game lokal. “Soalnya developer game lokal biasanya masih banyak kekurangan, seperti grafik, bug, glitch server,” ujar Pratama.

Saat ini ia lebih menyukai game mobile dibandingkan game di komputer. Selain karena lebih simpel, banyak game mobile yang mudah dimainkan dengan ukuran lebih kecil. Rata-rata game mobile bisa dimainkan secara gratis dibandingkan dengan game komputer yang harus membeli terlebih dahulu.

Dikutip dari bisnisindonesia.id, tren pasar gim di Indonesia telah menunjukkan pertumbuhan positif, kendati sejauh ini masih didominasi oleh gim-gim buatan luar negeri. Para pelaku industri dan seluruh elemen terkait tengah berupaya menjadikan gim buatan anak bangsa sebagai tuan di negeri sendiri.

Ketua Umum Asosiasi Game Indonesia,Cipto Adiguno, mengatakan di dunia hiburan, industri gim video diam-diam tumbuh secara eksponensial, dengan pasar berkali-kali lipat dibandingkan dengan industri musik dan film.

Secara umum, menurut prediksinya, hal itu terjadi lantaran karakteristik industri cenderung digital dan tidak memiliki batasan geografis. Orang bisa membuat gim di manapun dan berjualan di manapun.

“Pemain lokal bisa jual ke luar, begitu juga dengan luar yang bisa jual ke pasar lokal. Kemajuan teknologi mengakibatkan industri ini terus berubah, artinya selalu ada tempat dan peluang bagi para pemain baru untuk masuk,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya