SOLOPOS.COM - Pemilik PT Sinergi Solo Sejahtera, Sutarmin menjelaskan proses produksi usaha manufaktur miliknya di pabriknya di Gondangrejo, Karanganyar, pada Selasa (4/7/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO Manufaktur menjadi salah satu industri yang berkembang di wilayah Soloraya. Walaupun diproduksi secara lokal, produk buatan industri kecil dan menengah (IKM) Solo diminati secara nasional.

Salah satunya diungkapkan oleh Pemilik CV Sidodadi Mandiri, Panca Saptanto. Ia memulai usaha manufaktur pada 2014 secara mandiri.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Saat pandemi Covid-19, ia berusaha bertahan karena berkurangnya permintaan pesanan. Ia memilih bertahan dengan cara menjaga manajemen internal, misalnya memaksimalkan tenaga kerja dan mempertahankan kualitas produk.

Saat memulai usaha, ia hanya berada di lingkungan perumahan, dengan luas tempat produksi kurang lebih 4 x 4 meter.

Kini, ia berpindah tempat dengan alasan jam kerja lebih panjang dan tidak menganggu lingkungan sekitar karena memang berada di kawasan industri di tempat seluas 960 meter persegi.

Sebelum pandemi ia hanya melayani service kompresor. Saat ini ia melayani jasa fabrikasi, pembuatan spare part industri, instalasi pipa angin, dan lain-lain. Panca menguraikan biaya fabrikasi cukup mahal karena harga alat dan bahan baku yang tinggi.

Ia mengaku melayani beberapa pesanan spare part dari PT Cimory, PT Mas Media, PT YPTI, Mould Etheric, PT IGP, dan PT Charoen Phokpand. Saat ini ia belum mampu merambah ke pasar ekspor, ia hanya berfokus pada di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Saat ini ia hanya berfokus melayani pesanan dari sektor food and beverage (FnB) karena permintaannya besar. Kendati demikian ia tengah mencari kebutuhan produk yang sektor lainnya.

Selain itu Panca menguraikan tantangan usaha manufaktur miliknya adalah etos kerja karyawan.

Produk yang ia hasilkan adalah spare part penunjang mesin, misalnya spare part mesin press cup, moulding atau cetakan, blade mixer, dan spare part rokok.

Dalam sebulan ia mampu memproduksi 50-100 buah spare part penunjang mesin ini dengan harga bervariasi mulai Rp50.000 hingga puluhan juta rupiah per produk.

“Misalnya industri pupuk itu kebutuhannya seperti apa, kami belum pernah masuk. Namun pada sektor makanan dan minuman, mereka juge berkembang, dari satu pabrik bangun pabrik lagi. Otomatis pasarnya tumbuh, harapannya kami juga ikut tumbuh,” ujar Panca saat ditemui Solopos.com di CV Sidodadi, Colomadu, Karanganyar, pada Selasa (4/7/2023).

Pemilik PT Sinergi Solo Sejahtera, Sutarmin juga mempunyai usaha di bidang manufaktur berupa mould maker, spare part, dan workshop. Hal ini ia ungkapkan di tempat produksi miliknya di Gondangrejo, Karanganyar.

Awalnya ia menyewa ruko seluas 8 x 12 meter kemudian pindah 2020 di lahan seluas 16 x 40 meter. Bisnis yang makin bertumbuh membuatnya terus mengembangkan produk yang ia hasilkan. Produknya laris manis di wilayah Pulau Jawa.

Saat memulai usaha, ia berkisah masalah manajemen produksi, tenaga kerja, dan sektor pengelolaan keuangan cukup menjadi problem. Pengetahuan masalah finansial baik untuk modal dan pengelolaan keuangan menjadi masalah utama.

Sutarmin dulunya mengawali usahanya sebagai pebisnis konveksi. Ia seringkali melakukan perjalanan keJakarta untuk mendapatkan produk-produk yang dapat dijual langsung kepada pelanggan.

Kemudian ia memutuskan untuk menggeluti usaha manufaktur dengan fokus pada pembuatan mold. Usahanya dimulai 2011, tantangan lain yang ia hadapi kala itu adalah minimnya kompetensi dan pekerja dalam usaha molding.

Saat pandemi, ia mengaku bertahan dengan hanya mengandalkan satu pelanggan dari Surabaya sehingga tetap eksis. Sutarmin mengaku memperluas jejaring dan menjaga kepercayaan pelanggan menjadi strateginya sehingga laris manis di berbagai daerah.

Kini ia memproduksi cetakan atau mold produk untuk sendok, tempat sambal, gagang alat pel, lemari plastik dan berbagai produk lainnya.

Dalam sebulan ia mampu memproduksi dua set cetakan hingga tiga set cetakan. Sekali inject cetakan tersebut mampu menghasilkan 24 sendok plastik.

Agar harga produk yang dihasilkan variatif menurut desain dan produk yang dihasilkan. Semakin kompleks mold tentu semakin mahal. karena butuh waktu lama dalam memproduksinya.

Harga material mold juga variatif, dari yang biasa hingga yang mahal. Pihaknya menghitung skala produksi dengan rata-rata satu jam pada kisaran harga Rp100.000 hingga Rp200.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya