SOLOPOS.COM - Ilustrasi bisnis thrifting dari pakaian bekas impor. (Solopos.com).

Solopos.com, SOLO — Fenomena jual beli baju impor bekas atau dikenal dengan istilah thrifting disebut mematikan industri lokal. Meski demikian hal ini juga menjadi tantangan produsen lokal untuk meningkatkan kualitas produk.

Dosen Bidang Keahlian Ilmu Tekstil Pendidikan Bahasa dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Endang Sri Handayani, menguraikan bab thrifting dan batik bisa menjadi dua hal yang berbeda, apalagi dikaitkan dengan eksistensi batik di Kauman dan Laweyan.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Namun, ketika dihubungkan dengan perkembangan fesyen lokal, Endang menilai thriting berkaitan erat dengan produk fesyen lokal, berbeda dengan batik dari Kauman dan Laweyan, dan secara umum dari Soloraya. Endang menguraikan kantong produaen batik di Soloraya ada beberapa tempat

“Untuk kain bermotif batik, sampai saat ini masih aman, sebab batik sudah menjadi busana wajib untuk berbagai acara resmi di Indonesia. Sering banget menggunakan dresscode batik pada hari tertentu, bahkan seragam sekolah,” terang Endang saat dihubungi Solopos.com pada Sabtu.

Menurutnya, setidaknya setiap orang di Soloraya pasti mempunyai batik, bahkan dalam lingkup lebih luas. Jadi bersinggungan dengan thrifting, industri batik cenderung stabil dari segi peminat.

Endang menjadi salah satu orang yang menolak baju thrifting sejak adanya tren thrifting ini dengan berbagai alasan, terutama limbah. Padahal menurut Endang, saat ini dunia mulai resah dengan limbah fesyen, karena penggunaan bahan yang tidak ramah lingkungan.

Lebih lanjut, menurutnya Indonesia sebagai negara produsen produk tekstil, akhir-akhir ini Endang menjelaskan seperti kebanjiran produk fesyen bekas atau sampah fesyen.

“Ini yang jadi poin paling bahaya bagi saya, terutama dari segi isu lingkungan. Saat sebagian penggiat fesyen gencar riset membuat busana dengan konsep zerowaste, untuk mengurangi limbah potongan kain, ini malah impor limbah,” ungkap Endang.

Selain itu, ada dampak ekonomi bagi pelaku bisnis tekstil dan fesyen yang mulai terasa. Dengan iming-iming harga murah dapat baju branded dengan kualitas bagus, konsumen lupa, bahwa ada produk anak bangsa yang tereliminasi perlahan bahkan mati.

Menurut Endang, dari sisi manapun impor produk fesyen bekas merugikan untuk negeri, maka kesadaran masyarakat untuk setop belanja thrifting akan sangat membantu negara untuk beberapa hal. Kesadaran konsumen tersebut akan terbentuk dengan edukasi. Kemudian untuk produsen produk fesyen terdapat tantangan untuk meningkatkan kualitas produksinya.

“Terakhir, pemerintah sepertinya sudah memberlakukan pelarangan impor produk fesyen dalam bentuk bal dari luar negeri. Semoga berhasil, save Indonesia dari sampah fesyen, thrifting,” ujarnya.

Sebelumnya, perajin batik di Kota Solo mengaku tak terpengaruh dan tak gentar dengan adanya tren thrifting tersebut.

Salah satunya diungkapkan oleh Ketua Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman, Gunawan Setiawan, saat dihubungi Solopos.com Rabu (6/4/2023). Gunawan menilai thrifting tidak berpengaruh secara langsung kepada eksistensi industri batik di Kota Bengawan, khususnya di wilayah sentra batik di Kauman, Pasar Kliwon, Kota Solo.

Ia menilai batik dengan produk yang digemari dalam pasar thrift berbeda, selain mempunyai target pasar berbeda. Hal ini juga disebabkan batik mempunyai nilai budaya dan seni yang khas yang tidak dimiliki produk-produk thrift.

Senada, Ketua Forum Pengembang Kampung Batik Laweyan, Solo, Alpha Fabela Priyatmono menilai thrifting tidak berpengaruh signifikan terhadap pangsa pasar industri batik.

“Menurut saya tidak begitu berpengaruh, batik sebagai komoditi perdagangan. Suatu karya yang sarat dengan muatan budaya yang adiluhung,” ujar Alpha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya