Bisnis
Rabu, 29 Maret 2023 - 16:22 WIB

Tren Belanja Online Terus Tumbuh, Pelaku Usaha Tak Perlu Toko Offline

Galih Aprilia Wibowo  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi toko online (Solopos Dok)

Solopos.com, SOLO — Perubahan pola perilaku konsumen yang cenderung menyukai fenomena online shopping membuat para pelaku usaha tidak memerlukan toko untuk menjalankan usaha mereka.

Salah satunya diungkapkan oleh Pemilik Nind Family Collection, Wildan Farih, bermodalkan marketplace dan tanpa stok barang ia bisa menjalankan usaha jual beli fesyen miliknya selama kurang lebih lima tahun. Ia menjalankan usahanya dengan sistem reseller.

Advertisement

Produk yang ia jual menyasar usia anak hingga remaja. Saat ini gamis remaja dan setelan anak menjadi produk miliknya yang paling laris manis.

Saat Ramadan, permintaan pesanan yang datang melalui marketplace di tokonya terus menunjukkan tren posistif. Grafik kenaikan pesanan di tokonya mulai terlihat sejak Desember 2022 dengan total 366 pesanan.

Advertisement

Saat Ramadan, permintaan pesanan yang datang melalui marketplace di tokonya terus menunjukkan tren posistif. Grafik kenaikan pesanan di tokonya mulai terlihat sejak Desember 2022 dengan total 366 pesanan.

Selanjutnya, pada Januari 2023, ia menerima 837 pesanan, kemudian meningkat pada Februari 2023 menjadi 978 pesanan, hingga bulan ini pesanan yang ia terima terus mengalami peningkatan.

Ia biasanya mengambil barang di Beteng Trade Center (BTC) Solo. Toko yang menjadi langganannya tidak memberi ketentuan minimal pesanan, cukup dengan mendaftar reseller dan membantu memasarkan produk, supplier barang melayani dengan harga khusus reseller.

Advertisement

“Antara perlu enggak perlu ya, perlu sebagai bukti validasi diri maupun bisnis. Tapi lebih ke enggak perlu kalau mengingat tingkat efisiensi bisnis era digital,” ujar Wildan saat dihubungi Solopos.com pada Rabu (29/3/2023).

Namun sebagai reseller menurut dia, cukup sulit ketika ingin mengembangkan produk sendiri atau naik kelas menjadi produsen. Hal ini disebabkan banyak produsen yang langsung menjual produknya ke konsumen serta tren pasar yang tidak bisa diprediksi.

Produsen banyak yang langsung memasarkan produk miliknya melalui fenomena live shopping yang marak di media sosial. Wildan mengaku tertarik untuk mencoba berjualan di TikTok namun masih terkendala konsep jualan yang membutuhan studio serta harus selalu menyediakan stok barang yang cukup banyak.

Advertisement

Selain itu, untuk mengikuti tren live shopping ia harus mencari host yang interaktif untuk menunjang streaming live shopping nantinya. Pemilik Mbatu Skincare, Damarratri Chandra Wijaya, mengaku memulai usahanya melalui marketplace kemudian merambah ke TikTok Shop. Setelah itu, ia mendirikan toko kecil untuk produk miliknya.

Namun menurutnya, sejauh ini pemasaran produk melalui online masih sangat efektif, terutama dengan metode live streaming di mana calon pembeli dapat berinteraksi dengan penjual secara langsung. “Jika penjualan online sudah sesuai dengan target menurut saya tidak lagi memerlukan toko offline. Atau kalau memang mempunyai keinginan untuk membuka toko offline harus mempunyai modal double dan teliti dalam menjaga stok yang ada, karena penjualan online stok yang terjual sangat cepat habis jika toko online sedang ramai,” ujar Damarratri.

Selain itu, menurut Damarratri, masyarakat saat ini lebih suka belanja online karena banyak diskon dan kemudahan yang diberikan saat transaksi. Untuk memulai live streaming, banyak hal yang harus disiapkan sebagai seller.

Advertisement

Selain studio dan perlengkapan studio, seller yang memasarkan produk melalui live streaming memerlukan produk-produk tester atau sampel. Hal itu bertujuan agar pada saat menjelaskan produk lebih mudah dan meningkatkan kepercayaan kepada calon pembeli jika ingin membeli produk tersebut pada saat live streaming berlangsung.

Memulai usaha dengan sistem online misalnya dropship tentu tidak mengharuskan memiliki banyak stok produk. Namun ketika menjual barang dengan sistem dropship biasanya harga produk kurang bersaing dengan seller yang lain. Ia mengaku hanya menjual barang yang ready stok dan menghindari sistem pre order untuk meminimalisir pembatalan pesanan dari pembeli.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif