SOLOPOS.COM - Ilustrasi asuransi. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA — Produk tradisional mengambil alih pendapatan premi di industri asuransi jiwa yang mulanya digerakkan oleh Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Invetasi (Paydi) atau unit-linked.

Pengamat ungkap beberapa faktor yang membuat tren produk asuransi tradisional meningkat pada tahun ini.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Pengamat asuransi Dedi Kristianto menyebut salah satu faktor peningkatan tersebut yakni semakin banyaknya produk tradisional yang dijual melalui kanal-kanal pemasaran yang lain, dibandingkan sebelumnya baik itu melalui bank ataupun kerjasama dengan badan usaha tertentu.

“Literasi keuangan masyarakat juga masih cukup rendah untuk memahami produk unit-linked yang dirasa lebih ribet oleh masyarakat dibanding produk tradisional,” kata Dedi kepada Bisnis, Minggu (8/10/2023).

Dedi mengatakan pandemi Covid-19 membawa dampak panjang menyebabkan sekitar 3 juta polis unit-linked di-surrender. Artinya, ada penarikan dana massal atau pembatalan polis sebelum perjanjian asuransi selesai. Menurutnya dampak tersebut masih terasa sampai sekarang.

Tidak hanya itu, Dedi mengatakan bahwa banyaknya keluhan masyarakat terkait produk unit link juga menyebabkan masyarakat menjauhi produk tersebut dan memilih untuk membeli produk tradisional.

“Banyaknya masalah pada industri asuransi sepanjang tahun 2022 yang banyak menyebabkan perusahaan asuransi ditutup sangat menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap industri ini sekaligus dalam hal membeli polis asuransi [terutama unit-linked],” ungkapnya.

Dengan demikian, Dedy menyebut perusahaaan-perusahaan asuransi saat ini cenderung membuat produk-produk asuransi tradisional dengan dimodifikasi secara fitur dibandingkan membuat produk unit-linked.

Di sisi lain, Dosen/Praktisi Manajemen Risiko, dan Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (Kupasi) Wahyudin Rahman mengatakan bahwa tren tersebut membuktikan bahwa masyarakat sudah mulai sadar terutama akan harfiahnya konsep asuransi adalah proteksi.

“Sehingga mereka hanya membeli produk tradisional dan reguler seperti term life dan whole life,” kata Wahyudin kepada Bisnis, Kamis (5/10/2023).

Menurut Wahyudin masyarakat lebih nyaman untuk melakukan investasi secara terpisah, di tengah mudahnya akses investasi. Selain itu masyarakat juga dapat menyesuaikan limit nominal serta instrumen yang dikehendaki seperti reksadana pasar uang hingga pasar modal, bahkan menabung uangnya di bank.

Wahyudin menyampaikan efek domino dari maraknya kasus gagal bayar asuransi jiwa beberapa tahun terakhir juga mendorong naiknya produk tradisional.

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat produk tradisional mengambil alih pendapatan premi di industri asuransi jiwa yang mulanya digerakkan oleh unit link. Menurut catatan AAJI, premi industri asuransi yang berasal dari produk tradisional meningkat 12 persen pada semester I/2023 menjadi Rp43,67 triliun dari sebelumnya Rp38,97 triliun.

Sejumlah asuransi telah membukukan penurunan premi tunggal seiring dengan strategi perusahaan untuk meningkatkan premi reguler. Misalnya saja, PT Asuransi Allianz Life Indonesia atau Allianz Life Indonesia mencatatkan penurunan premi tunggal pada kuartal I/2023 yang menjadi salah satu pendorong penyusutan laba bersih.

Dari laporan keuangan perusahaan, jumlah laba setelah pajak yang diperoleh mencapai Rp48,3 miliar atau turun 42,2 persen dibandingkan dengan Rp82,2 miliar pada kuartal I/2022.

Di sisi lain, PT MSIG Life Insurance Indonesia Tbk. juga sempat mencatatkan penurunan pendapatan premi pada semester I/2023. Pendapatan premi perusahaan asuransi tersebut mencapai Rp1,26 triliun per Juni 2023. MSIG Life memperoleh pendapatan premi Rp1,28 triliun pada semester I/2022.

Head of Customer and Marketing MSIG Life Lukman Auliadi mengatakan penurunan 0,9 persen tersebut terjadi lantaran turunnya pencapaian premi untuk produk premi tunggal.

“Namun perlu digarisbawahi bahwa penurunan ini sejalan dengan rencana perusahaan untuk meningkatkan kualitas bisnis perusahaan dalam jangka panjang dengan lebih berfokus kepada produk premi regular dibandingkan premi tunggal,” kata Lukman kepada Bisnis, Sabtu (19/8/2023).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya