SOLOPOS.COM - Ilustrasi terminal peti kemas (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Transformasi operasional terminal peti kemas menjadi program utama PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) untuk memperkuat pelayanan dan menekan port stay atau waktu singgah kapal. Hal ini dilakukan guna mengurangi ketimpangan operasional terminal peti kemas di wilayah Indonesia Timur dengan wilayah Indonesia Barat.

Perusahaan operator terminal SPTP terus melakukan akselerasi percepatan operasional terminal peti kemas untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi waktu singgah kapal. Tranformasi operasional itu diimplementasikan dengan menerapkan konsep hub (pelabuhan utama) dan spoke (pelabuhan pengumpan).

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Hal itu mampu memberikan benefit bagi pengguna jasa dan mendorong pertumbuhan serta pemerataan ekonomi nasional. “Misalnya, menjadikan satu pelabuhan menjadi pusat distribusi peti kemas di wilayah tertentu. Ini sudah dilakukan di Terminal Peti Kemas (TPK ) Sorong sebagai hub peti kemas di wilayah Indonesia Timur,” kata Direktur Utama SPTP, M. Adji, saat berbincang dengan wartawan, Jumat (24/2/2023).

Sepanjang 2022, SPTP juga mulai merambah kawasan tengah dan timur Indonesia dengan mengoperasikan sejumlah terminal peti kemas di Makassar, Bitung, dan Ambon. Hal ini wujud komitmen dalam meningkatkan layanan jasa terminal peti kemas yang lebih efisien dan menguntungkan.

Bagi pengguna jasa, tranformasi operasional terminal peti kemas mampu mengurangi port stay. Otomatis, cost operasional bisa ditekan dan durasi alur pengiriman barang atau logistik semakin cepat dan mudah.

“Nah, bagi PT Pelabuhan Indonesia (Persero) melalui SPTP juga menguntungkan. Biaya operasional bongkar muat bisa ditekan dan potensi peningkatan trafik kapal. Selain itu efisiensi biaya bahan bakar serta capcity unlock,” ujar dia.

Adji mencontohkan waktu singgah kapal atau port stay di TPK Sorong, Papua. Sebelum merger, port stay sekitar 72 jam. Kini, waktu singgah kapal berkurang drastis menjadi 24 jam atau sehari.

Di sisi lain, upaya meningkatkan arus peti kemas luar negeri dilakukan dengan penyediaan terminal yang berfungsi sebagai transshipment internasional. Saat ini, SPTP tengah melakukan kajian yang menyeluruh untuk menentukan lokasi dalam pengembangan pelabuhan transshipment internasional.

Diharapkan, kapal-kapal besar dari luar negeri bisa masuk ke Tanah Air dan melakukan aktivitas bongkar muat di pelabuhan transshipment internasional. “Ekosistem pelabuhan harus kuat dan bisa bersaing dengan negara tetangga. Pelabuhan transshipment internasional bakal bersaing langsung dengan negara tetangga,” ujar dia.

VP Komunikasi Korporasi dan Protokoler SPTP, Suryo Khasabu, menyampaikan SPTP membuka pintu bagi perusahaan maupun stakeholder dalam rangka pengembangan pelabuhan. Selain kualitas layanan, kebijakan merger Pelindo diharapkan mendorong standarisasi di seluruh terminal peti kemas. “Kami juga berupaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) guna mendukung pelayanan prima dan sistem pelabuhan yang terintegrasi,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya