Bisnis
Minggu, 21 Mei 2023 - 21:46 WIB

Tiket Konser Coldplay Dijual hingga Rp170 Juta via Online, Ini Kata Ekonom UNS

Maymunah Nasution  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Konser Coldplay. (Instagram @coldplay)

Solopos.com, SOLO — Dosen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Nurul Istiqomah, mengatakan harga tiket konser band Inggris Coldplay masih terlalu segmented.

Segmented untuk tiket seharga itu, tidak semua orang mampu membelinya karena bagi sebagian orang masih merasa sayang untuk membeli tiketnya,” papar Nurul saat dihubungi Solopos.com, Minggu (21/5/2023).

Advertisement

Nurul juga mengkhawatirkan penjualan tiket konser lewat calo yang mendahului para fans saat presale. Pantauannya mendapatkan data harga tertinggi lewat calo sebesar Rp170 juta dan Rp60 juta.

Angka fantastis tersebut coba Solopos.com telusuri. Salah satu e-commerce mengunggah tiket konser Coldplay di Kuala Lumpur sempat dijual hingga 43 ribu RM atau Rp 140,9 juta. Tiket tersebut sempat melesat ke angka 52 ribu RM atau Rp 170,4 juta.

Advertisement

Angka fantastis tersebut coba Solopos.com telusuri. Salah satu e-commerce mengunggah tiket konser Coldplay di Kuala Lumpur sempat dijual hingga 43 ribu RM atau Rp 140,9 juta. Tiket tersebut sempat melesat ke angka 52 ribu RM atau Rp 170,4 juta.

Dia memprediksi banyak penggemar Coldplay yang tidak mendapatkan tiket walaupun sudah berupaya membeli dengan beberapa device, sehingga nantinya akan banyak yang menunggu sampai tanggal konser agar harga bisa turun.

Selain calo, fenomena dalam konser Coldplay juga termasuk pembelian tiket dengan pinjol (pinjol). Nurul mengatakan banyak calon penonton konser Coldplay yang mengambil pinjol karena tidak memiliki tabungan untuk membeli tiket tetapi keinginan datang ke konser Coldplay tidak terbendung.

Advertisement

“Pilih berhemat, lagi pula saya cuma hafal beberapa lagunya. Saya yakin juga orang-orang yang membicarakan konser ini terus-terusan hanya hafal beberapa lagu mereka,” papar Ilham saat ditemui Solopos.com, Minggu.

Menurut Ilham, diskografi Coldplay mengalami pergeseran drastis dari yang awalnya berkonsep britpop menjadi musik yang lebih ceria. Dia juga menilai hal itu karena Coldplay ingin menyasar pasar baru yang lebih menyukai musik electronic dance music (EDM).

Ilham mengatakan hal itu memberi banyak kerugian yang cukup fatal, karena Coldplay sukses debut di tahun 2000 dengan musik britpop sehingga disukai masyarakat Indonesia.

Advertisement

“Fans Coldplay yang baru mungkin tidak tahu lagu-lagu mereka seperti Clocks atau Shiver karena band itu sudah jarang memainkannya juga. Sekarang Coldplay malah lebih dikenal dengan musik EDM padahal dulunya jenis musik mereka mirip dengan Oasis atau band Inggris lain,” lanjut Ilham.

Ilham sendiri penasaran siapa orang-orang yang bisa membuat Coldplay terus dibicarakan walaupun popularitas mereka tidak setinggi dibandingkan saat debut yaitu periode 2000-2010.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif